Share

Bab 7

" Dari mana saja kamu semalam sayang?" tanya Laura kepada suaminya dengan penampilan kusut setelah menghilang di malam pertama mereka.

"Bukan urusan kamu." Balas Liam ketus sambil membuka bajunya.

Laura terdiam tidak ingin membantah kalimat Liam, meskipun dalam benaknya tercipta berbagai pertanyaan, salah satunya kenapa sikap Liam jadi berubah setelah menikah.

Sebelum nya Liam begitu manis dan baik kepadanya, hingga Laura yakin dan bersedia menikah dengannya.

"Apakah kamu ingin makan sesuatu?" tanya Laura sambil membantu Liam membuka pakaiannya.

" minggirlah aku bisa sendiri tidak perlu kamu bantu. " ucap Liam menghindari bantuan Laura.

" oke, sekali lagi aku bertanya Apakah kamu ingin makan sesuatu ? kalau ya aku akan mengambilkannya untukmu. "

"Tidak perlu , lebih baik keluarlah aku mau istirahat. " ucap Liam sambil merebahkan dirinya di ranjang.

" ya sudah. " Laura mengalah melihat sikap suaminya, lalu menundukkan badannya dan berniat melepaskan kaos kaki suaminya.

"Sudah kubilang aku bisa melakukannya sendiri, kamu tidak perlu berlebihan seperti ini Laura. " Ucap Liam setengah membentak dan menyingkirkan tangan istrinya dari kakinya.

Laura mendengus sesaat, namun terus melanjutkan niatnya sampai kedua kain yang membungkus kedua kaki suaminya terlepas, kemudian Laura beranjak dari posisinya kemudian berjalan keluar dari kamar suaminya, yang kini juga menjadi kamarnya juga.

Laura menengok sebentar sebelum melanjutkan langkah nya menuju pintu kemudian berucap "Aku akan berada di dapur bersama nana yaya. "

Liam sama sekali tak membalas ucapan Laura, namun membaringkan tubuhnya di ranjang besarnya.

"Seandainya kamu bukan putri dari lelaki bajingan itu Laura. " Batin Liam lalu melirik sekilas ke arah Laura tanpa sepengetahuan perempuan yang mengenakan dress terusan berwarna coklat susu itu.

Laura menyempatkan diri untuk berhenti sejenak tepat di pintu, kemudian berbalik dan melihat suaminya yang sama sekali tak melihat ke arah dirinya.

"Ada apa denganmu Liam, mengapa kamu bisa berubah hanya dalam waktu semalam. " Gumam Laura lirih kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

Laura menutup pintu kamar itu dengan perlahan, Dirinya sama sekali tidak ingin menimbulkan suara yang akan membuat Liam tidak nyaman.

Laura berjalan menuju dapur seperti yang telah di sampaikannya kepada Liam tadi.

"Nyonya, apa anda membutuhkan sesuatu ? " Tanya Nana Yaya begitu melihat istri tuan nya itu sudah berada di dekat dapur.

"Hemm.. tidak Nana, saya hanya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, bolehkah saya membantu Nana ? "Balas Laura dengan senyum di paksa.

" Tapi Nyonya, anda adalah nyonya di rumah ini, bagaimana mungkin Nyonya mau membantu saya di dapur. "

"Tidak apa, Nana bisa menyuruh saya melakukan apapun. " Ujar Laura.

"Tidak Nyonya tidak mungkin, pasti Tuan Liam akan memarahi saya habis-habisan kalau membiarkan Nyonya bekerja di dapur bersama saya. " Balas Nana Yaya dengan penuh kekhawatiran.

"Tidak akan, bahkan semalam Liam sudah menyuruh mu untuk menyiapkan kamar pembantu untukku. " Ucap Laura.

"Tetapi Tuan sudah membatalkan perintah nya Nyonya, beliau sudah menyuruh anda kembali ke kamarnya seperti sebagaimana mestinya bukan? " Nana Yaya mengingatkan apa yang sudah di lakukan oleh tuannya pagi ini ketika menyuruh dirinya memindahkan kembali semua barang Laura ke kamar nya.

"Tapi bukan berarti saya tidak bisa membantu Nana kan? " Ucap Laura kemudian melangkah maju dan meraih sebuah pisau yang berada di antara beberapa macam sayuran di meja.

"Jadi bagaimana aku harus memotong wortel ini Nana? " tanya Laura sambil mengacungkan sebuah wortel berukuran sedang kepada Nana Yaya.

"Jangan Nyonya, saya mohon. "

"Sudah biarkan saja dia melakukan sesuai kemauannya Nana. "

Dua perempuan itu langsung menoleh ke arah sumber suara Bariton tersebut, Ternyata di situ telah berdiri Liam yang masih dengan penampilan yang sama seperti sebelum Laura meninggalkan nya tadi.

"Sayang.. "

"Tuan.. "

sahut dua perempuan berbeda generasi itu bersama an.

Laura dan Nana Yaya tidak menyadari bahwa beberapa detik yang lalu Liam menyaksikan perdebatan kecil mereka berdua.

"Biar Laura yang memasak untuk hari ini, aku ingin merasakan masakan istriku. " Ucap Liam.

"Baiklah Tuan, aku akan membantu Nyonya. " balas Nana Yaya.

"Tidak perlu, Nana lakukan saja hal lain, dan jangan biarkan siapapun membantu Laura di dapur, biar dia melakukan semuanya sendiri. " Ucap Liam datar.

"Tapi Tuan. " Nana Yaya menyela.

"Sudah sudah tidak apa Nana, biar saya melakukan semuanya sendiri. " Laura mencegah Nana Yaya berdebat dengan suaminya.

"Aku ingin melihat apakah Princess Sanders bisa melakukan hal-hal yang biasa di lakukan oleh pelayan di rumah nya. " Ujar Liam dengan nada sinis dan merendahkan.

Laura hanya membalas sindiran suaminya itu dengan senyum tipis.

********

"Nana tolong siapkan semua di meja ya, saya akan memanggil Tuan . " Ucap Laura kepada Nana Yaya yang tengah berdiri di samping Laura membantu dirinya menata makanan di meja makan.

"Baik Nyonya. " Balas Nana Yaya dengan anggukan pelan.

"Tidak perlu repot, saya sudah berada di sini. " Sahut Liam yang sedang melangkah mendekat ke arah meja makan.

"Kupikir kamu masih istirahat sayang. " Ucap Laura kepada suaminya.

Liam tak menyahut hanya melirik sekilas kepada istrinya, kemudian berhenti tepat di depan meja makan dan berdiri di atas kursi utama.

Liam melihat ke atas meja yang di penuhi berbagai menu tak biasa.

"Nana.. " Liam memanggil asisten rumah tangga nya.

"Iya Tuan. " balas Nana Yaya suaminya sigap.

"Bukankah saya sudah bilang jangan ada yang membantu Laura untuk memasak. " Ujar Liam.

"Memang tidak ada yang membantu, Nyonya menyiapkan semuanya sendiri. "

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status