Share

Menyelami Misteri

Penulis: MuhammadAriLaw
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-25 14:54:07

Aura berdiri di depan pintu perpustakaan sekolah dengan rasa cemas yang tak bisa ia bendung. Hujan yang reda tadi siang kini berganti dengan udara yang sejuk, dan suara langkah kaki pelan terdengar di lorong sepi. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya.

Ini hanya sebuah percakapan biasa, pikirnya, meskipun jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.

Ia memasuki perpustakaan dengan langkah mantap, mencari sosok yang sudah dikabarkan akan menunggunya. Sebuah meja di sudut ruangan terlihat kosong, namun di sana, duduk seorang pemuda dengan punggung membungkuk, tampak sedang membaca sebuah buku tebal.

Ari.

Aura mendekat pelan, tak ingin mengganggu suasana yang sudah tercipta. Ari, yang duduk dengan tenang, mengangkat wajahnya perlahan, matanya menatap tajam. Namun, ada sesuatu yang berbeda dari biasanya—sebuah keraguan samar yang tersirat di dalam tatapannya.

"Aura," katanya dengan suara rendah, namun cukup jelas, "Kamu datang juga."

Aura hanya mengangguk, mencoba untuk tidak terlihat cemas. "Kamu ingin bicara tentang apa?" tanyanya, suaranya sedikit lebih tinggi dari yang ia inginkan, namun ia tidak peduli. Rasanya, seperti ada seribu pertanyaan yang menumpuk di pikirannya, semuanya ingin ia ungkapkan sekaligus.

Ari menyentuh buku yang ada di meja, dan menutupnya dengan perlahan. "Ada beberapa hal yang perlu kamu tahu, tentang apa yang terjadi dengan akun itu. Aku ingin kamu mengerti sebelum kamu mengambil langkah lebih jauh."

Aura duduk di hadapannya, matanya tak lepas dari wajah Ari. "Aku ingin tahu, Ari. Semua orang di sekolah ini ngomongin akun itu. Aku nggak bisa tinggal diam. Aku harus tahu siapa yang membuatnya, dan kenapa."

Ari menatapnya sejenak, seolah menimbang-nimbang kata-katanya. "Aku tahu kamu penasaran. Tapi kamu harus siap dengan kenyataan kalau kadang kebenaran itu lebih rumit daripada yang kamu bayangkan."

Aura mengerutkan kening. "Kebenaran tentang apa?"

Ari menghela napas panjang. "Akun itu bukan hanya soal satu orang. Itu bisa menghancurkan lebih banyak kehidupan daripada yang kamu kira. Termasuk kamu." Ari menatap Aura dengan penuh perhatian, seolah ingin memastikan bahwa ia mengerti dampak dari segala yang akan diungkapkan.

Aura merasa jantungnya berdegup lebih kencang. "Apa maksudmu?"

Ari berdiam sejenak, dan akhirnya ia mengungkapkan sesuatu yang membuat Aura terkejut. "Aku tahu siapa pembuat akun itu, dan lebih dari itu, aku tahu siapa yang akan terlibat dalam permainan ini jika kamu terus mencari."

Aura merasa sebuah getaran tajam melintas dalam dirinya. "Kamu sudah tahu semuanya?" tanyanya, suaranya sedikit bergetar.

"Aku tahu lebih dari yang kamu kira," jawab Ari, dengan tatapan yang tak bisa dibaca.

Suasana semakin tegang. Aura merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik kata-kata Ari, dan seolah ada pintu yang akan dibuka—tapi ia harus siap dengan konsekuensinya.

"Apa yang harus aku lakukan?" akhirnya Aura bertanya, meskipun ia merasa sangat bingung. Bagaimana bisa ia memilih jalan yang benar jika semua ini masih begitu gelap?

Ari menatapnya lebih dalam, seolah mencoba mencari tahu apakah ia benar-benar siap. "Kamu harus memilih. Lanjutkan pencarianmu dan hadapi segala risiko, atau mundur dan biarkan semuanya berakhir."

Aura terdiam. Pilihan itu seperti dua jalan yang terpisah, keduanya membawa konsekuensi besar. Namun, ia tahu satu hal—kebenaran itu harus ditemukan, meskipun harus menembus kabut yang tebal dan penuh bahaya.

Aura duduk diam, matanya tertuju pada Ari, mencoba mencerna kata-katanya yang masih terngiang di telinganya. Perasaan cemas dan takut menyusup dalam dirinya, namun ada pula rasa penasaran yang tidak bisa ia padamkan. Keinginan untuk tahu lebih dalam, untuk menemukan kebenaran—meskipun itu bisa berbahaya.

Ari tidak berkata apa-apa setelah mengungkapkan peringatan itu. Ia hanya menatap Aura dengan tatapan yang sulit dibaca, seperti ada rahasia yang terkubur di balik mata coklatnya yang dalam.

"Ari, aku tidak bisa mundur sekarang," jawab Aura akhirnya, suaranya lebih tenang daripada yang ia rasakan. "Aku sudah terlibat. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Ari menyandarkan punggungnya pada kursi, menatap langit-langit perpustakaan yang redup, seolah sedang berpikir tentang bagaimana mengungkapkan hal yang lebih dalam. "Kamu tidak tahu apa yang kamu hadapi, Aura. Ini bukan hanya tentang akun itu. Ini tentang sesuatu yang lebih besar—yang bisa menghancurkan banyak orang, termasuk kamu."

"Apa maksudmu?" Aura bertanya lagi, kini lebih tegas. Ia sudah tidak bisa mundur. Semua yang terjadi selama ini—perasaan yang tumbuh dalam dirinya, rasa penasaran yang semakin memuncak—semuanya mengarah pada satu titik: Ari dan akun misterius itu.

Ari memalingkan wajahnya, seolah sedang mempersiapkan diri untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat penting. "Akun itu dibuat untuk membuka luka lama. Dan jika kamu terus mengikutinya, kamu akan menjadi bagian dari masalah besar ini."

Aura merasa ada sesuatu yang menggantung di udara, seperti kata-kata Ari itu adalah peringatan terakhirnya. "Apa yang harus aku lakukan? Aku nggak bisa berhenti. Aku harus tahu siapa yang ada di balik semua ini."

"Aku tahu kamu tidak akan berhenti. Tapi aku harus peringatkan kamu satu hal," Ari menatapnya serius, "Jika kamu terus mencari, kamu akan kehilangan lebih dari sekadar informasi. Kamu akan kehilangan dirimu sendiri."

Aura merasa sebuah ketegangan semakin mengikat tubuhnya. "Aku tidak takut," jawabnya, meski hatinya sedikit ragu.

Ari menundukkan kepala, seolah kecewa dengan jawabannya. "Kamu tidak tahu apa yang kamu hadapi," katanya pelan. "Ada orang-orang di luar sana yang siap melakukan apa saja untuk menjaga rahasia ini tetap terkubur. Dan mereka tidak akan segan-segan mengorbankan siapa saja yang mencoba mengungkapkannya."

Aura menghisap napas panjang. Semua yang dikatakan Ari membuatnya merasa seperti berada di tengah badai yang tak bisa ia kendalikan. Namun, entah mengapa, ia merasa ada sesuatu yang menarik di balik setiap kata yang keluar dari bibir Ari. Ada bagian dari dirinya yang ingin percaya pada Ari, meskipun ia tahu itu berisiko.

"Jika aku tetap maju, apa yang kamu harapkan?" Aura bertanya dengan suara yang lebih rendah, mencoba memahami posisi Ari.

Ari terdiam beberapa saat, seolah sedang menimbang jawabannya. "Aku hanya ingin kamu berhati-hati, Aura. Aku tahu kamu ingin keadilan. Tapi kadang, keadilan itu bisa lebih rumit daripada yang kita bayangkan."

Aura tidak bisa menahan perasaan yang membengkak di dadanya. "Tapi jika kita tidak mencoba, siapa yang akan memperbaiki semuanya?"

Ari melihat ke arah jendela perpustakaan yang menghadap ke halaman sekolah. Hujan mulai turun lagi, mengaburkan pandangannya, seperti menyembunyikan wajahnya yang penuh keraguan. "Aku tidak bisa menjanjikan apa-apa, Aura. Tapi aku akan membantumu, jika kamu benar-benar siap."

Aura merasa sebuah aliran hangat di dalam dirinya. Meskipun kata-kata Ari terkesan berat dan penuh keraguan, ia merasa bahwa inilah saatnya untuk melangkah maju—terlepas dari bahaya yang mungkin mengintai.

"Aku siap," jawab Aura dengan suara yang mantap, meskipun hatinya masih bergejolak.

Ari hanya mengangguk pelan, seolah menyetujui keputusan itu, namun ada bayang-bayang kesedihan yang tampak di matanya. "Baiklah," katanya, "Tapi ingat, kalau kita terus melangkah, kita harus siap dengan konsekuensinya. Tidak ada jalan kembali."

Setelah percakapan yang menggugah itu, Aura dan Ari terdiam dalam keheningan. Hujan mulai mereda, dan hanya suara langkah kaki pelan dari pengunjung perpustakaan yang terdengar. Namun, di dalam diri Aura, ada kegelisahan yang tak bisa ia sembunyikan.

Keputusan yang ia buat untuk terus mencari kebenaran terasa semakin berat. Tapi ada satu hal yang membuatnya tak bisa mundur—perasaan yang tumbuh untuk Ari, meski ia tahu itu bisa membawa lebih banyak komplikasi.

Ari berdiri, menyusuri rak buku dengan langkah pelan. "Kalau kamu benar-benar ingin tahu siapa yang ada di balik akun itu, kita harus mulai mencari petunjuk di tempat yang tepat. Tapi ingat, ini bukan cuma soal kamu dan aku lagi. Ini melibatkan banyak orang. Dan kita harus hati-hati."

Aura mengangguk, menatap Ari dengan tatapan yang penuh tekad. "Aku siap. Aku nggak takut."

Ari menoleh, dan ada sebuah senyuman tipis yang terukir di wajahnya, meskipun itu lebih mirip sebuah ekspresi kepedihan. "Kamu harus siap kehilangan lebih banyak dari yang kamu kira, Aura."

Aura menatapnya lama. Ada banyak hal yang belum ia pahami tentang Ari, tapi perasaannya semakin kuat. "Aku siap," katanya, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Ari.

Tiba-tiba, ponsel Aura berdering, dan ia melihat pesan singkat masuk. Pesan itu dari Dito.

"Kamu oke, Aura? Tadi kamu kelihatan khawatir banget."

Aura membalas cepat, tidak ingin Dito khawatir.

"Aku baik-baik aja. Jangan khawatir."

Namun, hatinya masih tidak tenang. Bagaimana jika ia membuat pilihan yang salah? Namun, ia tahu, saat ini ia tidak bisa mundur. Kebenaran itu harus ditemukan, meskipun langkahnya berbahaya.

"Ari," panggil Aura, suara penuh keyakinan. "Apa langkah pertama kita?"

Ari menatapnya sejenak, seolah menilai niat dan tekad Aura. "Kita mulai dengan mencari tahu siapa yang punya akses ke akun itu. Kita butuh seseorang yang tahu tentang teknologi dan bisa membantu kita menyusup ke dalamnya."

Aura mengangguk. "Siapa yang bisa kita percayai?"

Ari terdiam beberapa saat, lalu berkata dengan suara yang lebih rendah. "Aku tahu seseorang. Tapi dia bukan orang yang mudah diajak bekerja sama. Kita harus hati-hati."

Aura merasa perasaan cemas itu semakin menguat. Tapi ia juga tahu, tidak ada jalan lain selain terus maju.

Ari berdiri, menatap Aura dengan penuh perhatian. "Ingat, Aura, kita tidak hanya mencari kebenaran. Kita juga mencari tahu siapa yang bisa kita percayai."

Aura menggigit bibirnya, lalu akhirnya mengangguk. "Aku akan berhati-hati."

Saat mereka berdua berjalan keluar dari perpustakaan, suasana semakin gelap, dengan hujan yang kembali turun perlahan. Langkah mereka bergema di lorong kosong, seolah menciptakan tanda bahwa mereka sudah memasuki jalan yang tak bisa mereka balikkan.

Aura merasakan ketegangan yang lebih mendalam daripada sebelumnya. Perasaan yang mulai tumbuh dalam dirinya, rasa penasaran yang terus menggelora, kini membawa mereka lebih dekat pada rahasia yang tersembunyi di balik akun itu.

Tapi juga, membawa mereka pada bahaya yang semakin nyata.


Bab 3 akan dimulai dengan langkah berani mereka yang akan membawa Aura dan Ari pada petualangan lebih gelap, penuh misteri, dan tentu saja, semakin dekat pada perasaan yang tak bisa mereka hindari.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Antara Pasal dan Perasaan   Tentang Penulis

    Muhammad Ari Pratomo, yang dikenal juga dengan nama pena MuhammadAriLaw, adalah seorang pengacara, penulis, musisi, dan podcaster yang sangat berdedikasi dalam menciptakan karya-karya yang mendalam dan menggugah. Lahir di Indonesia, Ari dikenal tidak hanya di dunia hukum, tetapi juga di kalangan masyarakat luas sebagai sosok yang aktif menyuarakan keadilan dan kebenaran melalui berbagai platform, baik digital maupun langsung.Sebagai seorang pengacara, Ari memiliki tekad untuk membuat hukum lebih mudah dipahami oleh masyarakat umum dan lebih terjangkau. Dia juga terkenal karena perannya dalam memberikan edukasi hukum melalui media sosial dan podcast, menjangkau audiens yang lebih luas dengan tujuan untuk memberdayakan mereka agar memahami hak-hak mereka. Dalam dunia hukum, Ari dikenal karena pendiriannya yang teguh dalam memperjuangkan keadilan bagi mereka yang terpinggirkan.Namun, Ari tidak hanya berhenti pada dunia hukum. Sebagai penulis, dia memanfaatkan kemampuannya untuk menyent

  • Antara Pasal dan Perasaan   Akhir yang Baru Dimulai

    Beberapa bulan setelah pengungkapan besar yang mengguncang dunia, hidup Ari dan Aura tidak pernah kembali sama. Mereka berdua kini menjadi simbol bagi banyak orang yang menginginkan keadilan, walaupun dunia mereka tetap penuh dengan ketegangan.Ari kini tidak hanya dikenal sebagai pengacara yang berani, tetapi juga sebagai seorang pembela kebenaran yang tak pernah takut menghadapi kekuatan besar. Nama keluarga Nusa, yang dulu tak tersentuh, kini sudah tercoreng. Bukti yang mereka ungkapkan telah mengguncang pemerintahan, merubah banyak aturan, dan membuat banyak tokoh politik yang terlibat di dalamnya harus menghadapi hukum.Namun, kebenaran itu datang dengan harga yang mahal.Ari masih teringat jelas malam itu, ketika mereka pertama kali memutuskan untuk membuka folder berisi kebenaran yang lebih besar dari yang mereka bayangkan. Ketika semua terungkap, ketika mereka merasa seolah dunia telah berakhir, namun justru mereka menyadari bahwa mereka hanya berada di awal perjalanan yang le

  • Antara Pasal dan Perasaan   Dilema di Ujung Jalan

    Ari dan Aura duduk di mobil, mata mereka terpaku pada folder tebal yang tergeletak di antara mereka. Malam yang sebelumnya terasa gelap dan sunyi kini berubah menjadi lebih menekan, seolah-olah dunia di luar mobil turut mempersiapkan diri untuk apa yang akan mereka hadapi. Setiap detik yang berlalu seolah membawa mereka lebih dalam ke dalam misteri yang semakin kompleks.“Jadi, ini dia…” Aura berkata dengan suara gemetar, jarinya bermain dengan ujung folder itu, ragu-ragu untuk membukanya. “Kebenaran yang kita cari. Tapi, apakah kita siap untuk apa yang ada di dalamnya?”Ari menatap Aura, wajahnya serius namun penuh ketegasan. “Kita sudah terlalu jauh, Aura. Ini bukan hanya tentang kita lagi. Ini tentang kebenaran yang harus diketahui, meskipun itu berbahaya.”Ari menggenggam kemudi dengan erat, seolah mencari kekuatan dalam gerakan kecil itu. Mereka sudah menyaksikan kejahatan yang mengakar kuat dalam sistem, dan kini, mereka harus berhadapan dengan sisi gelap yang lebih dalam. Keben

  • Antara Pasal dan Perasaan   Jejak yang Tertinggal

    Ari dan Aura melaju melewati jalanan yang sepi, hanya diterangi lampu-lampu kota yang redup. Waktu sudah larut malam, namun suasana hati mereka jauh dari tenang. Ketegangan yang mereka rasakan semakin menyelimuti, seolah ada sesuatu yang besar menunggu mereka di depan. Setiap detik berlalu semakin mempercepat langkah mereka menuju takdir yang tak bisa dihindari.“Ari…” suara Aura terdengar ragu. “Apakah kamu benar-benar yakin kita bisa menghadapinya? Semua ini sudah terlalu besar. Aku merasa seperti kita berjalan menuju jurang.”Ari menatap lurus ke depan, meskipun hatinya juga dipenuhi keraguan. Semua bukti yang mereka temukan hanya membuka lebih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Setiap petunjuk yang mereka gali semakin menunjukkan adanya permainan yang jauh lebih besar dari yang mereka duga. Nama-nama yang mereka temui dalam dokumen itu bukan hanya orang biasa, tetapi pemain penting di dunia ini—orang yang tak segan-segan untuk menghancurkan siapapun yang menghalangi jalan mere

  • Antara Pasal dan Perasaan   Kebenaran yang Terungkap

    Langit masih gelap saat Ari dan Aura melaju menembus malam yang sepi, menuju tempat yang mereka yakini bisa memberi mereka jawaban yang lebih jelas. Mobil hitam yang mereka naiki terasa seperti menjadi penghalang antara dunia yang mereka kenal dan dunia yang penuh dengan intrik serta bahaya yang semakin mendalam. Tak ada kata yang terucap di antara mereka; masing-masing terperangkap dalam pemikiran mereka sendiri, merenungkan langkah yang akan mereka ambil berikutnya.Ari memegang kuat amplop coklat yang berisi informasi yang baru saja mereka peroleh. Setiap halaman di dalamnya seolah menggugah perasaan yang bertentangan—antara harapan dan ketakutan. Bukti-bukti itu terlalu kuat untuk diabaikan, namun mereka tahu bahwa semakin mereka menggali, semakin mereka terjebak dalam jaringan besar yang melibatkan banyak orang yang berkuasa.“Ari,” suara Aura pecah dalam keheningan mobil. “Apa yang kita lakukan setelah ini? Apa kita benar-benar siap untuk menghadapi mereka?”Ari menatap jalan ya

  • Antara Pasal dan Perasaan   Jejak yang Terlupakan

    Pagi itu, Aura dan Ari berdiri di depan sebuah gedung tinggi yang terletak di salah satu sudut kota. Di balik dinding beton yang dingin dan pintu kaca berlapis, ada dunia yang tak pernah mereka bayangkan—dunia yang terhubung dengan orang-orang berkuasa, yang tak ragu untuk menghapus jejak siapa saja yang menghalangi mereka."Apa kita benar-benar harus masuk ke sini?" tanya Aura, suara penuh keraguan. Ia memandang gedung dengan pandangan penuh tanda tanya. Gedung itu tampak biasa saja di luar, tetapi Aura merasakan ada sesuatu yang gelap di dalamnya.Ari menatapnya dengan serius. "Ini adalah tempat pertama yang harus kita tuju. Luna Putri bekerja di sini dulu—di ruang redaksi sebuah media besar yang sering mengungkapkan kasus-kasus gelap yang melibatkan Dimas."Aura menggigit bibirnya, menatap Ari dengan campuran ketegangan dan kecemasan. "Tapi ini bukan hanya tentang Luna, kan? Kita sedang melibatkan diri dalam hal yang lebih besar."Ari mengangguk pelan. "Betul. Tapi kita nggak punya

  • Antara Pasal dan Perasaan   Terperangkap dalam Jejak Digital

    Pagi itu, hujan yang semalam turun terus membasahi kota. Udara yang dingin dan lembab terasa menusuk ke kulit, membuat Aura merapatkan jaket hitamnya. Ia berjalan cepat menyusuri jalanan kota, matanya tertuju pada layar ponsel yang menunjukkan pesan dari Ari."Temui aku di kafe dekat kampus. Aku punya informasi yang mungkin bisa membantu kita."Aura merasa ketegangan merayap di tubuhnya. Informasi? Apa yang bisa Ari temukan? Seberapa dalam ia terlibat dalam permainan ini?Setelah beberapa menit berjalan, Aura akhirnya tiba di kafe yang dimaksud. Sebuah kafe kecil yang terletak di ujung jalan dengan jendela besar yang menghadap ke taman kampus. Di dalam, suasananya lebih hangat, dengan aroma kopi yang menyenangkan mengisi udara. Ia melihat Ari duduk di meja pojok, menatap layar laptop dengan ekspresi serius.Ari mengangkat pandangannya ketika Aura mendekat, memberikan senyuman tipis yang terasa tidak sepenuhnya tulus. "Kamu datang juga," katanya, suara rendah namun penuh arti."Ada apa

  • Antara Pasal dan Perasaan   Menyelami Misteri

    Aura berdiri di depan pintu perpustakaan sekolah dengan rasa cemas yang tak bisa ia bendung. Hujan yang reda tadi siang kini berganti dengan udara yang sejuk, dan suara langkah kaki pelan terdengar di lorong sepi. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya.Ini hanya sebuah percakapan biasa, pikirnya, meskipun jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.Ia memasuki perpustakaan dengan langkah mantap, mencari sosok yang sudah dikabarkan akan menunggunya. Sebuah meja di sudut ruangan terlihat kosong, namun di sana, duduk seorang pemuda dengan punggung membungkuk, tampak sedang membaca sebuah buku tebal.Ari.Aura mendekat pelan, tak ingin mengganggu suasana yang sudah tercipta. Ari, yang duduk dengan tenang, mengangkat wajahnya perlahan, matanya menatap tajam. Namun, ada sesuatu yang berbeda dari biasanya—sebuah keraguan samar yang tersirat di dalam tatapannya."Aura," katanya dengan suara rendah, namun cukup jelas, "Kamu datang juga."Aura hanya mengangguk, mencoba u

  • Antara Pasal dan Perasaan   Saat Pasal Bertemu Perasaan

    Hujan tak henti mengguyur Jakarta siang itu, menggambarkan kegelisahan yang menyelimuti Aura Ramadhani. Di ruang OSIS yang biasa sunyi, layar laptopnya menampilkan dokumen yang baru saja ia buka. "Cyberbullying di Kalangan Pelajar dan Perlindungan Hukum Berdasarkan UU ITE"—sebuah topik yang sudah cukup membuatnya tertarik untuk menulis esai hukum. Hukum adalah dunia yang mengalir dalam darahnya. Ayahnya seorang pengacara terkenal, dan sejak kecil, Aura dibesarkan dengan prinsip: keadilan harus dipertahankan, apapun harganya.Namun hari ini, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Bukan soal esainya, tapi perasaan yang mulai tumbuh dalam dirinya—sesuatu yang tak bisa ia kendalikan."Ara, nggak usah terlalu serius, deh. Kamu bisa jadi tua sebelum sempat jatuh cinta," celetuk Dito, sahabatnya, sembari menyodorkan secangkir cokelat panas.Aura menatapnya tanpa sepatah kata, hanya mengangkat alis. Dito memang selalu memiliki cara untuk mencairkan suasana, meski kadang komentarnya tidak tep

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status