LOGINDahil sa kawalang bayag ng kaniyang ama at pang-aapi ng kaniyang madrasta, napilitan si Natalie na magpakasal kay Mateo Garcia, isa sa mga pinakamakapangyarihang tao sa San Jose. Sa araw ng kanilang kasal, natuklasan ng kaniyang asawa na hindi na siya birhen bago pa man sila ikasal, na siyang nagpatibay ng paniniwala nito na isa siyang maduming babae na may magulong buhay. Matapos dalhin ang bata sa loob ng kaniyang sinapupunan sa loob ng siyam na buwan, iniluwal ni Natalie ang kaniyang anak, pinirmahan ang annulment papers na inihain sa kaniya ng kaniyang asawa, at saka naglaho na parang bula. Makalipas ang ilang taon, nagbalik si Natalie sa San Jose kasama ang isang bata. "Mr. Garcia, balita ko ay naghahanap kayo ng personal doctor?" Malugod na pumayag si Mateo. "Tanggap ka na." May bali-balitang kumakalat na walang asawa, ni kalandian si Mr. Garcia. Ngunit para siyang Isang tutang naglalambing sa kaniyang personal doctor at itinuturing ang anak nito, na hindi pa alam kung sino ang tunay na ama, na parang sarili niyang anak.
View MoreBaru tiga minggu bekerja sebagai seorang pelayan, Binar malah memergoki tuannya sedang menuntaskan hasratnya seorang diri.
Hari itu, Binar yang biasanya hanya mengurusi lantai bawah, mendadak terpaksa mengantarkan sarapan ke kamar majikannya yang berada di lantai dua. Hal tersebut terjadi karena pelayan lainnya sedang sangat sibuk.
Biasanya, sarapan akan disiapkan di meja makan. Nyonya Celia akan duduk dengan wajah malas, sementara Tuan Bhaga sibuk membaca tablet dengan dahi mengernyit.
Tetapi, sudah dua malam ini nyonya rumah tidak pulang.
“Duh, Tuan marah enggak ya kalau aku yang antar?” Binar bergumam sendiri, terlebih saat matanya sudah bisa melihat pintu kamar utama yang terbuka sedikit.
Dia membasahi tenggorokan dengan susah payah dan menghela napas. “Ayo, Binar. Kamu bisa.”
Namun, langkah Binar yang tadinya mantap, perlahan memelan ketika mendengar suara rintihan dari dalam kamar. Dia mengernyit. “Apa tuan sakit ya?”
Dia meletakkan nampan di meja terdekat dan kembali berjalan cepat. Tangannya membuka pintu dengan terburu-buru. “Tuan, ada apa—”
Seketika, napas Binar tertahan, matanya melotot, dan tubuhnya membeku saat melihat pemandangan di dalam kamar.
Di atas tempat tidur, Baju Bhaga tersingkap ke atas, memperlihatkan otot perut yang terbentuk indah. Celananya melorot sampai paha dan kepalanya menengadah ke atas dengan mata terpejam.
Tangannya bergerak naik turun di antara kedua pahanya, dan dia melenguh penuh kenikmatan.
Melihat bibir pria itu terbuka dan mendesahkan uap panas, Binar tanpa sadar menggigit bibirnya sendiri. Tanpa berkedip, Binar memperhatikan tangan tuannya yang sedang memuaskan dirinya sendiri!
“T-Tuan…”
Saat suara terkesiap Binar terdengar, Bhaga menoleh dengan cepat. Dia terkejut setengah mati. Menunduk sesaat sebelum menarik apa pun di dekatnya untuk menutupi tubuh.
"KELUAR!" suara Bhaga meninggi, penuh malu dan amarah.
Sontak, Binar berbalik, tubuhnya gemetar. Tapi ada yang mengusik dadanya, mata yang sedang marah itu kelihatan kesepian.
Lupa akan sarapan yang belum diantar, Binar berlari turun. Dadanya saat ini berdebar cepat dan pikirannya berisik.
Apa itu barusan?! Kenapa tuan sampai melakukan hal seperti itu? Kenapa tidak menunggu nyonya pulang?
Sampai di lantai bawah, Binar cepat berjalan menuju dapur. Memikirkan apa yang dia lihat tadi, mendadak dia kembali menggigit bibir dan menyandarkan tubuhnya pada dinding di samping lemari es.
“Aku bakal dipecat enggak ya?” Binar mengerjap. “Kalau dipecat, aku tinggal di mana?”
Pikiran Binar kembali pada masa kecilnya. Dia ditinggalkan oleh orang tua yang bercerai pada usia sepuluh tahun. Ayahnya pergi meninggalkan hutang, sedangkan ibunya yang tak tahan harus banting tulang akhirnya menikah lagi dengan pejabat desa dan melupakannya.
Sejak saat itu, Binar tinggal bersama neneknya. Dia sibuk sekolah dan berjualan kue basah yang akan dititipkan ke warung saat berangkat sekolah dan diambil saat pulang. Lalu saat lulus SMA, neneknya sakit keras, akhirnya berpulang di usia Binar yang ke dua puluh tahun.
Selama bertahun-tahun, dengan usaha jualan kue basah, Binar hanya mampu membayar bunga dari hutang ayahnya, dan tak bisa berkutik saat rumahnya disita penagih hutang. Hingga salah satu tetangga jauhnya, mengajak untuk ikut bekerja di rumah ini.
Tapi, baru tiga minggu bekerja, Binar justru membuat majikannya marah dengan menyaksikan adegan pribadinya.
Bayangan ekspresi tuannya tadi masih terbayang dan membuatnya gelisah.
"Binar! Kamu melamun lagi? Ini sarapan Tuan Bhaga, kenapa belum diantar?!" Maryam, kepala pelayan, menghampiri Binar dengan tatapan tajam.
“Ma-maaf, Bu. Saya lupa.” Dia membasahi tenggorokan dengan susah payah.
Tangannya yang memegang nampan berkeringat. Mengantar sarapan berarti harus bertatap muka dengan Tuan Bhaga lagi. Aduh, bagaimana ini, pikirnya.
"Lupa? Dasar anak baru. Cepat bawa ke kamarnya! Tuan sudah menunggu!" hardik Maryam.
Binar melirik ke arah ruang makan. Perutnya tiba-tiba mules. Dia tidak bisa. Tidak sekarang.
"Bu, em ... boleh... boleh saya minta tolong?" pintanya, suara bergetar takut. "Saya janji akan melakukan tugas apa pun. Saya... saya mules." Itu bohong, dan dari raut wajah Maryam, Binar tahu wanita itu tak percaya sepenuhnya.
Maryam mendengus, kesal tapi juga iba melihat wajah pucat Binar. “Dasar. Baiklah. Tapi sebagai gantinya, kau urus Ardan.”
Mendengar nama Ardan, beban di pundak Binar terasa sedikit lebih ringan.
Ardan. Anak Tuan Bhaga dan Nyonya Celia. Di rumah seluas dan semegah ini, bocah lima tahun itu adalah satu-satunya penghuni yang tidak membuatnya merasa terancam. Justru, dialah yang membuatnya betah.
Sayangnya anak itu justru yang paling kesepian. Binar pertama kali bertemu Ardan di taman belakang. Saat itu Ardan sedang main sendiri.
“Kenapa main sendiri, Tuan Muda?”
Ardan tak menoleh, tetap melanjutkan bermain, dan menjawab dengan malas. “Tidak ada yang mau main denganku.”
Binar tersenyum. “Kalau begitu saya temani ya?” tawarnya.
Ardan menoleh. “Benar?”
“Iya. Kapanpun Tuan Muda mau main, panggil saya saja. Oke?”
Suasana hati Binar sudah lebih baik setelah menghabiskan banyak waktu bersama Ardan. Ternyata, di balik sikap pendiam, Ardan adalah anak yang cerdas dan haus perhatian. Kemarin mereka melakukan banyak hal, mulai dari menggambar, main tebak-tebakan, dan bermain puzzle.
Untuk pertama kalinya, Binar mendengar suara tawa Ardan yang begitu hangat.
Keesokan harinya, sejak bangun tidur tadi, Ardan sudah mencari Binar. Kini mereka sedang di taman samping rumah.
“Ayo, Tuan Muda. Suap lagi, biar makin kuat,” bujuk Binar sambil menyuapi makan Ardan.
Ardan membuka lebar mulut, tapi matanya tidak lepas dari mainan barunya. Sebuah bola kristal berisi salju yang bisa berputar dan menyala dengan boneka kecil menari di dalamnya. Di sekelilingnya mainan lain berserakan, tapi Ardan tak peduli.
"Nanti saljunya turun banyak ya, Kak Bin? Seperti di TV," celetuk Ardan dengan mulut penuh.
"Bisa saja, asalkan Tuan Muda habiskan makannya dulu," jawab Binar sambil tersenyum.
Ardan mengangguk antusias dan mengunyah dengan lahap. Saat akan menyuap suapan terakhir, tangannya yang memegang bola kristal terlepas. Bola itu lepas dari tangannya, memantul di karpet tebal, dan menggelinding dengan cepat lalu melewati ruang keluarga.
"Yah!" seru Ardan, wajahnya berubah cemas.
"Jangan khawatir, Kakak ambilkan," tenang Binar. Dia meletakkan piring dan beranjak dari sana.
Dia mengikuti lintasan bola kristal itu yang ternyata berhenti persis di depan pintu ruang kerja Tuan Bhaga yang sedikit terbuka. Saat dia membungkuk untuk mengambilnya, suara itu tiba-tiba mengoyak kesunyian rumah yang biasanya hening.
Suara itu bukan desahan Tuan Bhaga seperti pagi itu, bukan juga teriakan Ardan yang ceria. Suara itu adalah perempuan yang dipenuhi amarah.
“BRENGSEK KAMU, BHAGA!”
Prang!
Diikuti suara barang-barang yang dilemparkan dan pecah.
“Naku bata ka.Wala namang problema, kung ayaw mo sa master’s bedroom, may mga guest room tayo dito...pero sigurado ka bang kailangan mo talagang umalis? Delikado na para sa isang babae ang magbyahe ngayon lalo na at buntis ka.”“Ate Tess, hindi na talaga akma para sa akin ang manatili rito.” Matatag ang desisyon ni Natalie na umalis sa mansyon.Gabi na at nag-aalala si Tess, kaya tinawag nito ang family driver para ihatid siya pauwi. Hindi na tumanggi si Natalie, walang mga taxi na dumadaan sa area na iyon at marami sa mga ride-sharing drivers kapag alanganin na ang oras ay ayaw niyang bumiyahe. Pagdating niya sa townhouse, hindi siya agad nakatulog.Hindi niya nakita si Mateo ngayong gabi, at sabi ni Tess, ilang araw na raw itong hindi umuuwi sa mansyon. Palaisipan sa kanya kung saan ito tumutuloy ngayon.“Ibig sabihin...may ibang bahay siya? Saan pa kaya siya maaaring puntahan? Baka... sa kompanya? Kahit saan siya nagpupunta sa gabi, kailangan pa rin niyang pumasok sa trabaho kinabu
Pagkaalis niya sa opisina ng Assistant direktor, bakas na bakas sa mukha ni Natalie ang pagkabalisa. Pumayag siya, oo—pero pagkatapos ng pagpayag niya, ano na? Malaking suliranin sa kanya ang binigay na obligasyon sa kanya ng direktor at hindi niya nagawang tumanggi. Noon nga na maayos pa sila ni Mateo ay hirap na hirap siyang humingi ng pabor, ngayon pa kaya na malabong-malabo na sila?Hindi pa siya nakakalayo mula sa opisina ng direktor, mabagal ang mga hakbang niya dahil tumatakbo ang isipan niya. Iniisip niya kung paano niya kukumbinsihin si Mateo na pirmahan ang second installment ng project funding ng team nila. Iniisip niya kung paano niya gagawin iyon gayong ayaw na siyang makita at makausap nito.“Natalie!”“Huh?” Laking gulat niya ng makita si Marie na naghihintay pa rin sa kanya, naroon ito sa isang bench na nagkalat sa hallway. “Nandito ka pa pala?”Agad nitong hinawakan ang braso niya. “Oo naman. Wala na akong duty, eh. Tsaka ngayon ko lang napansin, lalo na yatang lumaki
“Tungkol saan ang dokumentong ito?”Kinuha ni Isaac ang folder at mabilis na sinulyapan ito—galing ito sa departamento ni Director Norman Tolentino sa ospital na kaanib ng Garcia Group of Companies. Dati, inaprubahan ni Mateo ang isang sponsorship package para sa departamento nila dahil naroon si Natalie. Sa totoo lang, dahil lang sa suporta ng kumpanya kaya nakapagsimula ang project team ni Dr. Tolentino.Hindi ito one-time na fund approval—may kasunod pa itong mga installment. Ngayong lumipas na ang isang quarter, panahon na para ilabas ang pangalawang bahagi ng pondo para sa proyektong ito.Pero iba na ang panahon ngayon. Napakarami ng nagbago at hindi malayong maapektuhan pati ang ospital sa alitan ng mag-asawa.“Susubukan ko,” buntong-hininga ni Isaac. Pero sa totoo lang, wala siyang gaanong pag-asa.Pumasok siya sa opisina at inilapag ang folder sa mesa ni Mateo, kasama ang mga iba pang papeles na kailangan nitong i-review at asikasuhin para sa araw na ‘yon. Marami-rami rin ang
Wala pa ring sagot mula kay Mateo, kaya nagpadala ulit ng mensahe si Natalie. Hindi siya pwedeng humarap sa matanda ng mag-isa dahil mag-iisip lang ang matanda ng kung ano-ano at iyon ang iniiwasan niya.‘Hindi mo man lang ba ako masagot? Saglit lang naman daw ‘yon.’Pero pagkasend niya, biglang nag-lag ang screen—at lumaki ang kanyang mga mata sa gulat. May pulang exclamation mark na lumitaw sa tabi ng mensahe.“Ha?” Napatingin si Natalie sa screen, hindi makapaniwala. Ang paglabas ng pulang exclamation mark at malinaw na tanda na na-block siya. “Totoo ba ‘to…? Binlock niya ako?”Galit si Mateo, aminado siya na nasaktan niya ito at naiintindihan niya ‘yon. Pero usapang si Lolo Antonio ito. “Ganoon na ba siya kabulag sa galit, pati si Lolo hindi na niya iniintindi? Kalalakihan talaga. Makasarili. Mababaw. Lahat na yata.”Napabuntong-hininga si Natalie, pero kahit ganoon, nagpasya pa rin siyang dalawin ang matanda dahil nakapangako na siya kanina na darating siya para sa hapunan. Hindi






Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.
Ratings
reviewsMore