Arranged Marriage with the Ruthless CEO

Arranged Marriage with the Ruthless CEO

last updateLast Updated : 2025-12-02
By:  Lin KongUpdated just now
Language: Filipino
goodnovel4goodnovel
8.5
3286 ratings. 3286 reviews
550Chapters
5.2Mviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Dahil sa kawalang bayag ng kaniyang ama at pang-aapi ng kaniyang madrasta, napilitan si Natalie na magpakasal kay Mateo Garcia, isa sa mga pinakamakapangyarihang tao sa San Jose. Sa araw ng kanilang kasal, natuklasan ng kaniyang asawa na hindi na siya birhen bago pa man sila ikasal, na siyang nagpatibay ng paniniwala nito na isa siyang maduming babae na may magulong buhay. Matapos dalhin ang bata sa loob ng kaniyang sinapupunan sa loob ng siyam na buwan, iniluwal ni Natalie ang kaniyang anak, pinirmahan ang annulment papers na inihain sa kaniya ng kaniyang asawa, at saka naglaho na parang bula. Makalipas ang ilang taon, nagbalik si Natalie sa San Jose kasama ang isang bata. "Mr. Garcia, balita ko ay naghahanap kayo ng personal doctor?" Malugod na pumayag si Mateo. "Tanggap ka na." May bali-balitang kumakalat na walang asawa, ni kalandian si Mr. Garcia. Ngunit para siyang Isang tutang naglalambing sa kaniyang personal doctor at itinuturing ang anak nito, na hindi pa alam kung sino ang tunay na ama, na parang sarili niyang anak.

View More

Chapter 1

KABANATA 1

Baru tiga minggu bekerja sebagai seorang pelayan, Binar malah memergoki tuannya sedang menuntaskan hasratnya seorang diri.

Hari itu, Binar yang biasanya hanya mengurusi lantai bawah, mendadak terpaksa mengantarkan sarapan ke kamar majikannya yang berada di lantai dua. Hal tersebut terjadi karena pelayan lainnya sedang sangat sibuk.

Biasanya, sarapan akan disiapkan di meja makan. Nyonya Celia akan duduk dengan wajah malas, sementara Tuan Bhaga sibuk membaca tablet dengan dahi mengernyit. 

Tetapi, sudah dua malam ini nyonya rumah tidak pulang.

“Duh, Tuan marah enggak ya kalau aku yang antar?” Binar bergumam sendiri, terlebih saat matanya sudah bisa melihat pintu kamar utama yang terbuka sedikit.

Dia membasahi tenggorokan dengan susah payah dan menghela napas. “Ayo, Binar. Kamu bisa.”

Namun, langkah Binar yang tadinya mantap, perlahan memelan ketika mendengar suara rintihan dari dalam kamar. Dia mengernyit. “Apa tuan sakit ya?”

Dia meletakkan nampan di meja terdekat dan kembali berjalan cepat. Tangannya membuka pintu dengan terburu-buru. “Tuan, ada apa—”

Seketika, napas Binar tertahan, matanya melotot, dan tubuhnya membeku saat melihat pemandangan di dalam kamar. 

Di atas tempat tidur, Baju Bhaga tersingkap ke atas, memperlihatkan otot perut yang terbentuk indah. Celananya melorot sampai paha dan kepalanya menengadah ke atas dengan mata terpejam.

Tangannya bergerak naik turun di antara kedua pahanya, dan dia melenguh penuh kenikmatan.

Melihat bibir pria itu terbuka dan mendesahkan uap panas, Binar tanpa sadar menggigit bibirnya sendiri. Tanpa berkedip, Binar memperhatikan tangan tuannya yang sedang memuaskan dirinya sendiri!

“T-Tuan…”

Saat suara terkesiap Binar terdengar, Bhaga menoleh dengan cepat. Dia terkejut setengah mati. Menunduk sesaat sebelum menarik apa pun di dekatnya untuk menutupi tubuh.

"KELUAR!" suara Bhaga meninggi, penuh malu dan amarah.

Sontak, Binar berbalik, tubuhnya gemetar. Tapi ada yang mengusik dadanya, mata yang sedang marah itu kelihatan kesepian.

Lupa akan sarapan yang belum diantar, Binar berlari turun. Dadanya saat ini berdebar cepat dan pikirannya berisik. 

Apa itu barusan?! Kenapa tuan sampai melakukan hal seperti itu? Kenapa tidak menunggu nyonya pulang?

Sampai di lantai bawah, Binar cepat berjalan menuju dapur. Memikirkan apa yang dia lihat tadi, mendadak dia kembali menggigit bibir dan menyandarkan tubuhnya pada dinding di samping lemari es.

“Aku bakal dipecat enggak ya?” Binar mengerjap. “Kalau dipecat, aku tinggal di mana?”

Pikiran Binar kembali pada masa kecilnya. Dia ditinggalkan oleh orang tua yang bercerai pada usia sepuluh tahun. Ayahnya pergi meninggalkan hutang, sedangkan ibunya yang tak tahan harus banting tulang akhirnya menikah lagi dengan pejabat desa dan melupakannya.

Sejak saat itu, Binar tinggal bersama neneknya. Dia sibuk sekolah dan berjualan kue basah yang akan dititipkan ke warung saat berangkat sekolah dan diambil saat pulang. Lalu saat lulus SMA, neneknya sakit keras, akhirnya berpulang di usia Binar yang ke dua puluh tahun.

Selama bertahun-tahun, dengan usaha jualan kue basah, Binar hanya mampu membayar bunga dari hutang ayahnya, dan tak bisa berkutik saat rumahnya disita penagih hutang. Hingga salah satu tetangga jauhnya, mengajak untuk ikut bekerja di rumah ini.

Tapi, baru tiga minggu bekerja, Binar justru membuat majikannya marah dengan menyaksikan adegan pribadinya.

Bayangan ekspresi tuannya tadi masih terbayang dan membuatnya gelisah.

"Binar! Kamu melamun lagi? Ini sarapan Tuan Bhaga, kenapa belum diantar?!" Maryam, kepala pelayan, menghampiri Binar dengan tatapan tajam.

“Ma-maaf, Bu. Saya lupa.” Dia membasahi tenggorokan dengan susah payah.

Tangannya yang memegang nampan berkeringat. Mengantar sarapan berarti harus bertatap muka dengan Tuan Bhaga lagi. Aduh, bagaimana ini, pikirnya.

"Lupa? Dasar anak baru. Cepat bawa ke kamarnya! Tuan sudah menunggu!" hardik Maryam.

Binar melirik ke arah ruang makan. Perutnya tiba-tiba mules. Dia tidak bisa. Tidak sekarang.

"Bu, em ... boleh... boleh saya minta tolong?" pintanya, suara bergetar takut. "Saya janji akan melakukan tugas apa pun. Saya... saya mules." Itu bohong, dan dari raut wajah Maryam, Binar tahu wanita itu tak percaya sepenuhnya.

Maryam mendengus, kesal tapi juga iba melihat wajah pucat Binar. “Dasar. Baiklah. Tapi sebagai gantinya, kau urus Ardan.”

Mendengar nama Ardan, beban di pundak Binar terasa sedikit lebih ringan.

Ardan. Anak Tuan Bhaga dan Nyonya Celia. Di rumah seluas dan semegah ini, bocah lima tahun itu adalah satu-satunya penghuni yang tidak membuatnya merasa terancam. Justru, dialah yang membuatnya betah.

Sayangnya anak itu justru yang paling kesepian. Binar pertama kali bertemu Ardan di taman belakang. Saat itu Ardan sedang main sendiri.

“Kenapa main sendiri, Tuan Muda?”

Ardan tak menoleh, tetap melanjutkan bermain, dan menjawab dengan malas. “Tidak ada yang mau main denganku.”

Binar tersenyum. “Kalau begitu saya temani ya?” tawarnya.

Ardan menoleh. “Benar?”

“Iya. Kapanpun Tuan Muda mau main, panggil saya saja. Oke?”

Suasana hati Binar sudah lebih baik setelah menghabiskan banyak waktu bersama Ardan. Ternyata, di balik sikap pendiam, Ardan adalah anak yang cerdas dan haus perhatian. Kemarin mereka melakukan banyak hal, mulai dari menggambar, main tebak-tebakan, dan bermain puzzle.

Untuk pertama kalinya, Binar mendengar suara tawa Ardan yang begitu hangat.

Keesokan harinya, sejak bangun tidur tadi, Ardan sudah mencari Binar. Kini mereka sedang di taman samping rumah.

“Ayo, Tuan Muda. Suap lagi, biar makin kuat,” bujuk Binar sambil menyuapi makan Ardan.

Ardan membuka lebar mulut, tapi matanya tidak lepas dari mainan barunya. Sebuah bola kristal berisi salju yang bisa berputar dan menyala dengan boneka kecil menari di dalamnya. Di sekelilingnya mainan lain berserakan, tapi Ardan tak peduli.

"Nanti saljunya turun banyak ya, Kak Bin? Seperti di TV," celetuk Ardan dengan mulut penuh.

"Bisa saja, asalkan Tuan Muda habiskan makannya dulu," jawab Binar sambil tersenyum.

Ardan mengangguk antusias dan mengunyah dengan lahap. Saat akan menyuap suapan terakhir, tangannya yang memegang bola kristal terlepas. Bola itu lepas dari tangannya, memantul di karpet tebal, dan menggelinding dengan cepat lalu melewati ruang keluarga.

"Yah!" seru Ardan, wajahnya berubah cemas.

"Jangan khawatir, Kakak ambilkan," tenang Binar. Dia meletakkan piring dan beranjak dari sana.

Dia mengikuti lintasan bola kristal itu yang ternyata berhenti persis di depan pintu ruang kerja Tuan Bhaga yang sedikit terbuka. Saat dia membungkuk untuk mengambilnya, suara itu tiba-tiba mengoyak kesunyian rumah yang biasanya hening.

Suara itu bukan desahan Tuan Bhaga seperti pagi itu, bukan juga teriakan Ardan yang ceria. Suara itu adalah perempuan yang dipenuhi amarah.

“BRENGSEK KAMU, BHAGA!”

Prang!

Diikuti suara barang-barang yang dilemparkan dan pecah.

Expand
Next Chapter
Download

Book Review

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang  manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.

Ratings

10
66%(2177)
9
0%(9)
8
1%(26)
7
1%(19)
6
2%(79)
5
1%(37)
4
2%(60)
3
1%(41)
2
11%(360)
1
15%(478)
8.5 / 10.0
3286 ratings · 3286 reviews
Write a review

reviewsMore

Baby Paor Abas
Baby Paor Abas
what happened author still no update tapos na ba ang kwento???
2025-12-08 08:19:33
0
0
Mar Jo Rie
Mar Jo Rie
Kung mag update pero walang kwenta parin paulit2 at paikot2 Lang.
2025-12-07 04:29:35
0
0
DarReyn Tapgos Navarete
DarReyn Tapgos Navarete
Nagtatae yata si Author kaya wlang update
2025-12-06 23:54:36
0
0
Grace Mendoza
Grace Mendoza
3 days na walang update sana pag Ng update mdmi nmn di yung isa lang
2025-12-06 23:24:48
0
0
May castillo
May castillo
ano petsa wala pa din update hays tlga
2025-12-06 17:45:47
1
0
550 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status