Share

Serangan di Pagi Buta

KEMARAHAN yang seketika membakar hatinya membuat Tumanggala secara tak sadar berjingkat. Membuat gerakan hendak bangkit berdiri ke depan. Namun gerak tubuh prajurit itu segera tertahan oleh rentangan tangan Wipaksa.

"Tahan dulu amarahmu, Prajurit," ujar Wipaksa setengah berbisik. Sepasang matanya memandangi Tumanggala dengan tatapan tajam.

"Ini bukan penyergapan main-main. Setiap gerakan harus diperhitungkan dengan matang. Aku tidak mau amarahmu merusak tugas kita di sini," tambah Wipaksa.

Meski disampaikan dengan perlahan, lagi setengah berbisik, namun dari nada bicaranya Wipaksa terdengar tengah mengancam Tumanggala. Lurah prajurit itu memang tidak main-main dengan ucapannya tersebut.

Hal itu membuat Tumanggala kertakakkan rahang sekali lagi. Gerahamnya terdengar bergemeletuk keras. Dengan susah payah ditekannya hawa amarah yang serasa sudah berada di ubun-ubun.

Seraya menghela napas panjang, perlahan Tumanggala kembali duduk berjongkok. Kembali

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status