Hari ke-20
Hwan dan Ji Eun memang sudah kenal lama. Tapi sudah lama juga mereka tak bertemu. Banyak sekali waktu yang mereka habiskan tanpa satu sama lain.
Sebagai calon istri yang baik, Ji Eun ingin sekali mengenal calon suaminya dengan baik. Mengetahui kebiasaannya, hal yang ia sukai dan hal – hal yang tidak ia sukai. Makanan kesukaannya, atau bahkan alerginya.
Hwan juga memancarkan aura yang hangat di samping ketampanannya, ia berhasil membuat Ji Eun nyaman setiap kali mereka bersama.
Siang ini, Aera, yang profesinya sebagai sekretaris sedang membantu atasannya untuk membuat kimbap sayur.
Sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan sehari – harinya.
Usai rapat, Ji Eun berbelanja bahan untuk membuat kimbap dan meminta Aera untuk membantunya.
“Ah, samunim, lalu kapan kalian akan menikah ?,” Tanya Aera.
Ji Eun mengendikkan bahu dan menjawab, “Kami masih dalam proses pendekatan, aku harus membuatnya lebih nyaman denganku dan aku harus mengenalnya lebih baik. Dan Oppa sendiri yang akan menentukan tanggalnya.”
“Ah, aku iri.”
“Aih, kenapa iri. Kau cantik, imut dan pintar, memangnya kau tidak sedang berkencan ?,” Giliran Ji Eun yang bertanya.
“Aku baru sekali berkencan selama ini, entah mengapa aku terlalu nyaman dengan diriku sendiri. Jadi kalau berkencan dengan orang lain terkadang aku agak merasa terganggu,” Jawab Aera.
“Kalau begitu kau harus menemukan orang yang bisa membuatmu nyaman, Aera-ssi,” Ujar Ji Eun.
“Bagaimana caranya ?, apa aku harus mencoba semua pria dan memilih mana yang paling nyaman ?,” Tanya Aera.
“Ya !,” Ji Eun dibuat melotot.
“Apa maksudnya dengan mencoba ?!, aigoo kau terdengar mengerikan,” Ujar Ji Eun.
“Aku tidak tahu caranya samunim, aku ingin berkencan tapi tidak bisa menemukan pria yang tepat,” Ujar Aera.
“Mau mencoba kencan buta ?,” Tawar Ji Eun.
“Ayolah, aku tidak ada waktu untuk melakukan hal – hal seperti itu, samunim. Biar saja, aku pasti akan bertemu pria yang tepat suatu saat nanti,” Ujar Aera.
“Omo, kau semakin dewasa saja,” Ujar Ji Eun.
Aera hanya terkekeh sambil kembali mengisi kimbap.
“Selesai, sebagai imbalannya, nanti aku antar kau pulang dan kita makan malam bersama. Aku pergi dulu,” Pamit Ji Eun.
“Asyik !, ne. Hati – hati, samunim,” Ujar Aera.
Ji Eun menenteng tas berisi shopping bag dan menuju ke lobi. Mobilnya sudah siap disana, seperti biasa, ia memilih untuk mengemudikan mobilnya sendiri.
Ia langsung menuju ke resepsionis sesampainya di kantor Hwan.
“Permisi, dimana ruangan Lee Daepyo (Presdir Lee / Hwan) ?,” Tanya Ji Eun.
“Anda sudah punya janji ?,” Tanya si resepsionis.
“Ah, ya. Aku Direktur Keuangan Hanguk Inc.,” Ujar Ji Eun.
Resepsionis itu langsung menunjukkan lantai tempat ruangan Hwan berada. Meski sebenarnya ia tidak reservasi untuk menemui Hwan. Ia ingin memberikan sedikit kejutan.
“Ting !.”
Lift berhenti di lantai 20. Hanya ada ruangan Hwan disini, Ji Eun melangkah keluar lift dan menyusuri Lorong. Ada dua pintu berhadapan, pintu kaca dan pintu kayu yang besar, Ji Eun mengintip ruangan dan pintu kaca. Rupanya ini ruangan sekretarisnya.
“Tok.. tok..,” Ji Eun mengetuk dan langsung membuka pintu.
Terdengar suara gaduh seperti beberapa barang jatuh, ketika ia membuka pintu.
“NUGU ( SIAPA ITU ) ?!.”
Ji Eun agak tersentak, tapi ia memang mengejutkan Hwan karena datang tiba - tiba. Mungkin Hwan sedang melakukan hal penting dan ia menggangunya.
“Mohon maaf, siapa anda ?, Daepyonim tidak punya janji saat ini,” Ujar seorang wanita dengan kemeja setengah kusut.
“Dia kekasihku, biseonim (sekretaris). Kau boleh keluar,” Ujar Hwan.
“Ah, maaf mengejutkan oppa. Apa aku mengganggu kalian ?,” Tanya Ji Eun.
Wanita dengan eyeliner yang unik itu tersenyum, entah mengapa senyumnya terlihat cukup sinis.
“Tidak samunim, silahkan bertemu daepyonim,” Ujarnya.
“Ji Eun-ah ?.”
“Ne ?,” Ji Eun melangkah mendekati meja Hwan sambil tersenyum manis.
“Apa yang membawamu kemari ?,” Tanya Hwan sambil menarik Ji Eun untuk duduk di pangkuannya.
“Aku bawa makan siang untuk oppa, oppa belum makan kan ?,” Tanya Ji Eun.
“Eoh, kau bawa apa ?.”
Ji Eun membuka kotak bekal yang sudah ia siapkan dan seketika bau sedap serta segarnya sayuran tercium.
Hwan menganga.
“Kau membuatnya sendiri ?,” Tanya Hwan.
“Eoh, tentu saja,” Jawab Ji Eun.
“Aigoo, katakan padaku kau calon istri siapa ?,” Goda Hwan.
“Lee daepyo !.”
Mereka menikmati makan siang di ruang kerja Hwan.
“Sudah berapa tahun sekretaris itu bekerja untukmu ?,” Tanya Ji Eun setelah meletakkan cangkir kopinya.
“Eoh ?, ah, sudah hampir lima tahun, kenapa ?.”
“Bagaimana bisa dia tidak memperhatikan penampilannya ?. Kemejanya agak kusut dan bahkan ada kancing yang lepas, padahal dia sekretaris perusahaan ternama,” Ujar Ji Eun.
Hwan menelan ludah dan menatap Ji Eun.
Ekspresi gadis itu sepenuhnya heran, tidak tampak curiga atau lainnya.
“Mungkin tadi dia terburu – buru, ibunya sedang sakit dan dia yang menjaganya. Dia bahkan terlambat setengah jam saat datang ke kantor,” Ujar Hwan.
“Ah, tetap saja harus professional,” Sahut Ji Eun.
“Sudahlah, meskipun begitu masih ada pria yang menyukainya,” Ujar Hwan.
Ji Eun meletakkan ponselnya dan menatap Hwan penuh keheranan.
“Kau mengalihkan pembicaraan, kita sedang membicarakan profesionalisme, kenapa tiba – tiba jadi hubungan asmara ?.”
“Ah,” Hwan terkekeh.
“Aku hanya tidak suka membicarakan orang lain,” Ujar Hwan beralasan.
“Eoh, benar juga. Oppa, aku harus segera kembali ke kantor,” Ujar Ji Eun.
“Ah, ne.”
Hwan membantu Ji Eun merapikan kotak makan siangnya dan mengantarnya keluar.
“Lain kali jangan datang sebelum memberitahuku, aku takut kau datang ketika aku sedang tidak ada dan membuatmu buang – buang waktu,” Ujar Hwan.
“Ne oppa, gomawo,” Ujar Ji Eun.
Hwan tiba – tiba menahan lengan Ji Eun ketika gadis itu melangkah menuju ke mobilnya.
“Kau melupakan sesuatu, Choi Ji Eun,” Ujarnya setengah berbisik.
“Ne ?.”
Hwan tersenyum dan mengecup Ji Eun sekilas, “Dah, hati – hati di jalan,” Pesan Hwan.
Ji Eun yang tersipu hanya mengangguk dan segera masuk mobilnya.
Waktu terasa berjalan lebih cepat daripada biasanya bagi kedua manusia ini.Hwan sedang disibukkan dengan persiapan peresmian anak perusahaan baru di New York, banyak sekali orang yang harus ia temui dan rapat yang dihadiri.Begitupun dengan Ji Eun, ia harus menyiapkan berkas – berkas untuk audit tahunan dan pemeriksaan dari kementerian pajak. Belum lagi ada beberapa proyek pengembangan transportasi pemerintah yang memakai jasa konstruksi perusahaannya.Mereka bahkan hampir tidak sadar kalau sudah beberapa minggu tidak bertemu.Ji Eun merapikan sedikit rambutnya lalu meraih tas, sudah beberapa hari ini ia menginap berpindah – pindah hotel karena beberapa rapat dan agenda lain diselenggarakan di luar Seoul.Seperti hari ini, di Pohang.“Eonnie, kau sudah siap ?,” Tanya Aera.“Eoh, kau sendiri ?,” Ji Eun mengintip dari dressing roomnya.“Aku sudah siap, ayo kita sarapan,” Ajak
Ji Eun mengeringkan rambutnya seraya duduk di depan meja riasnya. Malam ini ia ada janji makan malan hanya dengan calon ayah mertuanya. Sekaligus ia ingin mendengar beberapa cerita tentang Hwan.Mereka sudah lama tidak bertemu, dan bahkan di pertemuan mereka, hanya sebatas makan siang.“Ji Eun-ah, omo, kau baru mandi ?.”Senyum Ji Eun memudar, “Aku yang seharusnya bilang omo, tidak bisakah kau ketuk pintunya dulu !.”“Ne..,” Kakak sulungnya itu keluar lagi dan mengetuk pintu, lalu kembali masuk.“Ada apa ?,” Tanya Ji Eun.“Kau punya lipstick merah yang tidak terpakai ?.”Ji Eun mengerutkan dahinya karena heran, apa – apaan ini, “Kenapa ?, mau belajar make up ?,” Tanya Ji Eun.“Aku kehabisan cat merah,” Jawabnya.Ji Eun menghela napas, “Baiklah, ambil di laci paling bawah rak hitam,” Ujar Ji Eun.“Kenapa tida
Hai temen - temen online !,I'm back, kemarin tanggal 30 September, at the end of the month aku akhirnya dapet email untuk menandatangani kontrak dan siap lanjutin cerita ini.Lil notes, cerita ini terinspirasi sama kehidupan seseorang yang aku harap bisa menjadi pelajaran buat kita.Pelajaran apa ?.Yang pasti tentang kehidupan, karena pelajaran tentang kehidupan gaada kuliahnya, gaada kursusnya, gaada modulnya dan gaada dosennya. Kita harus belajar tentang kehidupan dari hidup itu sendiri.Well, jangan terlalu serius !, semoga kalian enjoy sama ceritaku, aku juga menerima request tentang cerita apa yang pingin kalian baca.Let me know !, kalian juga bisa DM aku di Instagram buat request cerita, see you !
Dua minggu setelah makan malam, Ji Eun belum juga punya kesempatan untuk bertemu dengan calon suami yang sangat ia rindukan. Tapi setidaknya mereka sudah bicara via telpon beberapa kali.Ji Eun lembur sejak kemarin, meski banyak pekerjaan yang sudah ia selesaikan, ternyata banyak juga yang masih harus dikerjakan. Waktu menunjukkan pukul 21.30.Gadis itu meletakkan kembali botol air minumnya.“Aigoo, kapan selesainya ?,” Gumamnya.“Eonnie..,” Aera masuk.“Eoh, ?.”“Aku boleh pulang duluan ?,” Tanya Aera ragu.“Tentu, pulanglah. Hati – hati di jalan, sudah larut,” Pesan Ji Eun“Ne, kamsahamnida.” Aera pun keluar dan tentunya pulang.“Astaga, mataku. Apa masih banyak, oh ? kurang lima lembar,” Ji Eun Kembali berusaha fokus karena tinggal sedikit lagi ia akan selesai. Setelah memeriksa laporan, ia harus mengirimkannya ke Kementrian Keuangan dan beberapa
“Pinggangnya kurang kecil, kalau kau mengecilkan bagian pinggangnya sedikit lagi, kurasa gaun ini akan sempurna.”“Ah, ne. Kulihat – lihat, tubuhnya sangat proporsional ya, kurasa kau cocok menggunakan konsep “The Queen”,” Ujar wanita berusia di pertengahan 30 tahun an itu.“Ah, benarkah ?, bolehkah aku memakai tiara ?,” Tanya Ji Eun.“Tentu, suamimu menatapkan budget yang cukup besar,” Jawabnya.“Benarkah ?.”“Ne. Hati – hati, aku akan melepaskan gaunnya sekarang,” Ujar si desainer“Ne.”“Tapi kau sudah cocok dengan model gaunnya kan ?.”“Ne, aku suka sekali dengan desainnya. Kau tidak pernah mengecewakan Ashley-ssi,” Ujar Ji Eun.Ashley Choi sudah dua tahun menjadi desainer langganan keluarga Ji Eun. Awalnya ibunya menemukan desainer muda dan berbakat ini pada acara Seoul Weekly Fashion, ia tertarik dengan
“Ah, aku tidak sabar untuk menyiapkan setelan dan sarapan oppa setiap paginya,” Celetuk Ji Eun seraya berjalan beriringan keluar dari butik.“Aku tidak sabar tidur bersamamu,” Ujar Hwan.Ji Eun mencibir, “Dasar mesum.”Hwan terkekeh, “ Ayo pulang, biar supirku membawa pulang mobilmu.”“Kita mau kemana ?,” Tanya Ji Eun.“Rahasia, ikut saja,” Ujar Hwan.Hwan menyiapkan kejutan kecil, sebuah makan malam sederhana di taman rumahnya. Ia sudah meminta Yuri untuk menyiapkan makan malam, dan sekretarisnya itu baru saja mengirimi pesan kalau semua sudah siap.Hwan menggandeng Ji Eun memasuki rumahnya menuju ke taman. Ji Eun menatap sekeliling dengan mata berbinar.Apa yang sudah disiapkan Hwan untuknya ?.“Tara.., kejutan kecil. Dinner spesial untuk calon istriku,” Ujarnya.Senyum terkembang di wajah cantik Ji Eun ketika melihat taman yang
Kejadian malam itu tentunya membuat Hwan kalang kabut. Ia terbangun dalam kondisi bingung, pengar dan pusing.Apalagi setelah melihat Ji Eun terbaring di sampingnya.Namun apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur.Yuri yang pagi ini baru saja tiba di rumah Hwan terkejut karena melihat Ji Eun dengan raut wajah yang membingungkan keluar dari kamar Hwan.“Annyeonghaseyo, samunim. Kenapa sudah ada disini sepagi ini ?,” Tanya Yuri.“Kau sendiri ?,” Ji Eun malah balik bertanya.“Aku sekretaris Daepyonim, tentu saja aku harus menjemputnya dan menemaninya sejak sepagi ini,” Jawab Yuri.“Ne, aku pergi dulu,” Pamit Ji Eun.“Samunim, kau belum menjawab pertanyaanku,” Ujar Yuri sambil menahan Ji Eun.“Aku kemalaman dan harus menginap disini,” Jawab Ji Eun singkat dan langsung melenggang pergi.“Apa ?, kemalaman, memangnya apa yang kau lakukan semala
Waktu menunjukkan pukul 07.30.Gadis cantik yang akan merubah statusnya itu sudah siap. Ia sudah mandi dan sedang memakai gaun indahnya.Seluruh mata yang ada di ruangan itu tertuju padanya.Seorang wanita berusia 30 tahun mengoleskan kuasnya dengan terampil, sesekali ia menoleh ke cermin untuk mengecek hasil pekerjaannya. Sementara seorang wanita yang lain sibuk merapikan rambut si gadis pengantin.Sepasang anting yang mungil nan indah sudah terpasang di telinga Ji Eun, begitupun dengan kalung Swarovski pemberian sang calon suami, yang hanya dalam hitungan jam akan menjadi suami sahnya.“Aku tidak akan menghabiskan banyak waktu untuk meriasmu, kau sempurna Agassi (nona),” Ujar si MUA.“Kamsahamnida.”Sementara penata rambut menggelung rambut coklat Ji Eun yg sepanjang siku dan memasangkan tiara kecil.“Kau tidak pernah mencoba jadi model, Agassi ?,” Tanya penata rambut.“Ah, tid