*****
(Selasa sore; beberapa jam setelah digelarnya rapat pemegang saham) Daphne menggeliat merasakan sapuan lidah Beau di bawah sana, ia menggigit telapak tangannya. Satu tangan terulur meremas rambut pirang sang mantan, menuntunnya untuk berbuat lebih. "Oh Beau!" Beau menuruti kode dari Daphne. Permainan mulutnya kian berani hingga membuat Daphne menjerit pasrah. Ia terpejam dengan kepala bersandar pada sofa. Rasanya benar-benar luar biasa! Daphne jadi teringat akan pertemuan awal mereka. Satu pertemuan yang menuntunnya ke dalam sebuah petualangan cinta nan membara. ----- Daphne Westwood hanyalah seorang mahasiswi biasa di Universitas Cambridge, berbekal beasiswa dan tinggal di asrama. Gelar bergengsi dari pihak ibu tak mampu mengangkat namanya ketika strata status sang ayah dipandang rendah oleh society. Jadi, Daphne hanya mengandalkan otaknya yang cerdas. Kemalangan hidupnya mulai membaik berkat tekad nekatnya menerobos kamar asrama. Di sanalah ia bertemu dengan Beau, yang kelak akan berperan besar dalam perubahan hidup seorang Daphne. -Pergi! Pulanglah dua jam lagi! Aku sedang bercinta dengan Beau Prince!- Daphne mengumpat ketika ia mendapati tulisan besar terpampang di depan pintu kamar asrama. Apa-apaan teman satu asramanya itu? Ia telah mengalami hari yang buruk dengan dosen sialan yang membuatnya terjebak dua jam di perpustakaan dan Harper melarangnya masuk? Daphne hanya ingin mandi lalu tidur sejenak sebelum shift kerjanya dimulai. Masa bodoh! Tanpa berpikir dua kali, gadis berambut keriting itu membuka pintu, menerobos masuk, mengabaikan peringatan yang terpampang. Namun, tubuhnya membeku di ambang pintu. Di sana, di atas ranjang nan sempit, pinggul Beau menghentak cepat tubuh Harper. Astaga! Mereka benar-benar melakukannya! Beau dan Harper sempat berhenti, hanya sekian detik, untuk sekedar memandang sengit Daphne lalu kembali melanjutkan permainan. Ini membuat Daphne kikuk, akhirnya Daphne memutuskan keluar dan menunggu mereka selesai di koridor asrama. Selang satu jam kemudian, Beau Prince keluar. Ia berjalan melewatinya begitu saja tanpa sapaan. Daphne memandang tajam kepergian Beau. Rasanya ia ingin menyumpah-serapahi pria itu, tapi Daphne masih mengingat tentang manner yang keluarganya ajarkan sedari kecil. Hey! Dia keturunan bangsawan Inggris dari pihak ibu, jadi ia harus menjaga sikap. Mendesah lelah, Daphne akhirnya berjalan gontai memasuki kamar asrama. Harper menyambutnya dengan senyum memuakan. Tubuh telanjangnya masih terbungkus selimut. "Dia luar biasa, Daphne! Kau harus merasakan his big thing!" Ucap Harper padanya dengan menekankan kata big thing. Daphne mengacuhkan perkataan Harper, ia lempar barang-barangnya ke ranjang lalu mengambil handuk yang ia hanger di handle almari baju. Guyuran shower akan terasa menyegarkan di hari yang panas ini. Ia melangkah masuk, benar-benar mengabaikan celotehan Harper tentang ukuran thing-nya Beau Prince yang memuaskan. Langkah Daphne terhenti di wastafel depan. Daphne mendapatkan catatan itu di sana, tepat di atas wastafel. Secarik kertas dengan sebutir permen buah di atasnya. -Maaf, membuatmu tidak nyaman, Lady Westwood. Saya hanya bisa memberimu permen ini. Mereka bilang, sesuatu yang manis mampu membangkitkan kembali mood anda. Salam hangat dari saya, Beau Prince- Daphne terkekeh. Pria yang aneh! Ia meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah. Daphne lebih tertarik dengan sebutir permen buah. Ia pun merobek bungkusnya lalu memasukan isinya ke dalam mulut. Sensasi apel manis seketika memenuhi rongga mulut, membuat Daphne mengembangkan senyum. Sungguh ajaib! Mantra Beau Prince telah berhasil mempengaruhi moodnya. Daphne pun meneruskan langkah memasuki sekat shower sembari mendendangkan lagu legendaris The Beatles berjudul Yesterday. "Aku rasa Beau Prince merupakan keturunan terakhir dari penyihir Inggris!" ----- "Beau sayang, kita pindah ke kamar yuk!" Daphne mengajak. Memori pertemuan pertama mereka membangkitkan hasrat dalam dirinya. Beau mendongak. Ia mendapati Daphne yang menatapnya sayu. Kabut gairah menyelimuti binar matanya. Mengingatkannya akan mata cantik Beast yang menatapnya pasrah saat ia bergerak kasar. "Sial!" Beau menaikan kembali celana Daphne lalu menyeka mulut. "Maaf sayang, tidak untuk malam ini. Rapat panjang telah membuatku kacau. Aku hanya ingin tidur. Bangunkan aku saat Velma sudah pulang." ***** (Rabu pagi) Beau mencumbu Daphne di dapur, berusaha fokus pada bibir sang kekasih. Bibir yang dulu membuatnya gila dan ketagihan. Sekarang pun masih kan? Setahun belakangan, sejak Beau mencantumkan nama Daphne dalam sertifikat kepemilikan apartemen, wanita itu bersikap sangat agresif, tidak lagi menolaknya. Bahkan Daphne sudah sering mengundangnya ke atas ranjang. Berbagi malam-malam panas bersama. Ia telah berhasil mendapatkan kembali hati sang mantan istri. Semua tidak lepas dari peran Aya Prince, sang istri kontrak. Empat tahun lalu, Beau Prince menawarkan sebuah pernikahan sandiwara pada Aya. Tujuannya, agar Daphne cemburu dan mereka berakhir rujuk. Beau masih mencintai Daphne, ia sempat terpuruk ketika Daphne menggugat cerai dirinya dan membawa pergi Velma, putri mereka satu-satunya. Kehancuran pernikahan Beau dan Daphne ditengarai karena bangkrutnya PrincePages. Daphne sudah terbiasa hidup mewah dan mudah. Wanita itu memilih pergi dan mencari penopang lain untuk menjembatani kebutuhannya dan sang putri. Hanya berselang tiga bulan setelah perceraian mereka, Daphne dan Charles Noran mewarnai setiap laman pemberitaan. Beau melepaskan ciuman mereka. Entah kenapa ia merasakan sesuatu yang beda dalam ciuman mereka. "Aku akan membangunkan Velma." Daphne mengangguk, ia membiarkan Beau berjalan keluar menuju kamar sang putri. Perasaannya membuncah, sepertinya ia kembali jatuh cinta kepada sang mantan. "Kapan kau akan melamarku kembali, Beau?" Wanita berkulit gelap itu kembali dengan pancake kedua setelah meniriskan pancake pertama. Alisnya berkerut saat menyadari pantat roti itu sedikit menghitam. Tidak mengapa, ia bisa memakannya. Salahnya juga yang tergoda dengan bibir sang kekasih di saat adonan sudah memasuki wajan. "Kapan kau akan menceraikan Aya, Beau?" Merasa tidak mendapati jawaban dari Beau, Daphne melayangkan kembali pertanyaan kedua. Beau Prince yang mendengar jelas dua pertanyaan dari Daphne menghentikan langkah tepat di belokan menuju kamar Velma. Hatinya gusar. Entah kenapa dua pertanyaan yang dulu begitu mudah terjawab, hari ini terasa menyakitkan didengar. "Apa yang terjadi padaku?" Gumamnya lirih. Pandangannya tertunduk, menatap tajam lantai kayu tempatnya berpijak. Ia mendesah berat, menyadari bayangan Beast kembali merayu benaknya. "Kau mengajakku bercinta di lantai?" Beau mengecup leher Beast, menuntunnya untuk turun dari ranjang. Ia merebahkan tubuh telanjang Beast di atas karpet bulu sebelum menindihnya dengan tubuhnya. "Beau, aku seharusnya menulis untukmu, bukan bercinta denganmu." Bayangan mereka bercinta di lantai mengacaukan pikiran Beau seperti terakhir kalinya ketika ia berada di tengah rapat. Gairahnya tersulut, rasa ingin mereguk nikmatnya tubuh sang novelis kembali tak tertahankan. Beau harus melampiaskan hasratnya. Ia sempat tertegun sejenak sebelum memutar tubuhnya untuk melangkah kembali ke dapur. Daphne adalah pilihan satu-satunya sekarang! Telinganya seolah berdengung sepanjang kakinya melangkah, memperdengarkan desahan-desahan sensual seorang wanita yang seharusnya tidak ia nodai. "Beast," lenguh Beau. Ia telah terjebak sempurna dalam lautan gairah. Kesadarannya dipertaruhkan, batas antara realita dan fantasi liarnya memudar. Beau melihatnya di sana. Duduk bersedekap di tengah ruang dapur dimana tepat di belakangnya ada Daphne yang sedang sibuk menata sarapan. "Oh, kau sudah kembali, Beau?" Pertanyaan Daphne bagaikan angin lalu, Beau lebih tertarik dengan sosok menggoda seorang Beast yang terbalut gaun panjang transparan yang bahkan tidak mampu menyembunyikan setiap lekuk menggoda pada tubuh sang novelis. Beast menyilangkan kaki, menyembunyikan satu titik tubuh yang menjadi pusat pandangan Beau Prince. "Apa yang kau inginkan, Mr. Prince?" Kedua tangan Beau terkepal melihat halusinasinya bertanya seduktif kepadanya. Giginya bergemeletuk dan rahangnya mengeras. Sorot tajam Beast membuat pertahanannya runtuh. "Daphne?" Panggilnya dengan suara rendah. Ia berusaha keras mengabaikan bayangan Beast dengan memusatkan pandangan ke arah Daphne. "Ya?" Daphne membeku ketika berpaling. Ia melihat Beau berdiri di ambang pintu dalam keadaan yang mampu membuat darahnya berdesir. "Bercintalah denganku!" *****Rebecca pernah memergoki Wiwid sedang menggauli istri pertamanya. Itu pada waktu Wiwid meminta klarifikasi perihal Raya. Ia tidak asing akan seluk beluk Mansion Rodney karena ia sudah sering bertandang sejak kecil ke Mansion tersebut. Tak terkecuali pintu rahasia di balik almari pakaian di dalam kamar Elizabeth. Pintu itu semacam jalan keluar rahasia yang tembusnya nanti pada tembok belakang sisi barat Mansion. Entah apa fungsinya, tapi Elizabeth pernah berkata padanya, jalan rahasia itu sudah ada sejak Mansion Rodney berdiri pada tahun 1930an.Rebecca melihat hampir keseluruhan adegan. Bagaimana temannya itu menjerit nikmat ketika Wiwid mengerjai tubuhnya. Rebecca bahkan tak mampu menahan gairah, ia terpaksa mengerjai dirinya sendiri dengan mulut terbekap tangan dan mata terfokus pada adegan panas di luar sekat almari. Akhirnya, setelah sekian lama ia hanya membayangkan, ia bisa juga melihat secara langsung tubuh telanjang seorang Wiwid. Pahatan sempurna yang akan ia jadikan fantasi
*****"Mr. Semito, aku rasa kau harus bertanya lebih terperinci mengenai hal ini pada istri pertamamu."Pernyataan Rebecca terus terngiang di telinganya, tentang Raya dan Keluarga Rodney. Wiwid sudah mencari tahu identitas yang tersembunyi di balik sosok tersebut, namun nihil. Bahkan Keluarga Henderson begitu apik menyembunyikan visual dari sosok tersebut. Jadi, Wiwid terpaksa mengorek informasi dari Elizabeth.Elizabeth semakin terlena dengan permainan ranjang sang suami, cara Wiwid bergerak saat tubuh mereka bersatu bagaikan ekstasi yang memabukan. Meluncur lembut dan tertumbuk tepat sasaran. Ini memang disengaja, sebuah strategi untuk mengalihkan fokus lawan sehingga ia mau membeberkan info yang diinginkan tanpa adanya paksaan. Wiwid mendapatkan kiriman foto candid dan rekaman CCTV dari Audrey tentang sosok Raya. Audrey sendiri memperolehnya dari sang ipar yang secara resmi sudah direkrut menjadi mata-mata oleh Wiwid. Ipar pria bernama Harry Corrigan. Visual wanita itu benar-benar
*****Beau sudah memutuskan, ia akan berpura-pura tidak tahu jika calon bayi yang dikandung Aya adalah hasil hubungan wanita itu dengan Liam. Kakeknya benar, ini semacam karma untuk dirinya dan dia harus rela menjalaninya. Howard Prince sudah menceritakan kepada Beau perkara kaitan masa lalu antara Keluarga Semito dengan Keluarga Prince. Ini membuat Beau semakin bertekad untuk memperbaiki mahligai rumah tangga mereka.Maka, di Sabtu sore nan dingin itu Beau bertandang ke apartemen milik Wiwid. Sengaja mengambil weekend karena ia tahu di hari Jumat, Sabtu dan Minggu, Wiwid akan menginap di Green Mansion, bermanja dengan istri keduanya.Beau disambut oleh Elizabeth, wanita itu menyambutnya dengan wajah jutek. Ia harus berupaya keras untuk menaklukan hati Elizabeth demi ijin menemui Aya. Dua jam, ia dibiarkan menganggur di luar unit apartemen. Akhirnya, dengan bantuan Howard lewat panggilan telepon, barulah Elizabeth luluh. Kakeknya memang termasuk salah satu orang yang disegani para pet
*****Raya Rodney Henderson, 25 Maret 1986-7 Juni 2017. Beloved wife.Aya termangu dengan pandangan tertuju pada tulisan di batu nisan. Bunga Krisan yang ia bawa terjatuh dari tangannya. Ia seharusnya sedih, merasa kehilangan atau merasa utuh karena kehampaan yang selama ini ia pertanyakan telah terjawab, walaupun jawaban itu berupa kematian. Tapi tidak. Kedua alisnya justru menyatu, garis-garis wajahnya menyiratkan ketidak sukaan akan sesuatu. Beloved Wife. Ia cemburu akan kalimat itu."Jadi, untuk apa kau mendekatiku, Liam?" gumamnya lirih.Aya menyelinap keluar ketika Wiwid mengunjungi apartemen Elizabeth untuk bercinta, ia sudah mengantongi alamat pemakaman Raya dari sang adik. Wiwid sebenarnya berjanji akan membawanya ke sana di hari Kamis, tapi Aya mempunyai sifat yang kurang sabar. Jadi, dengan menyuruh Logan untuk mengantarkannya, Aya keluar di pagi hari ketika jam sibuk perkantoran sedang berlangsung. Ini cukup merepotkan, pasti Logan akan melaporkan tindakannya ini pada Wiwi
*****Sudah hampir seminggu berlalu semenjak siaran live klarifikasi maupun siaran live streaming video berdurasi full yang diadakan The Rumor, Beau bertandang dan menetap sementara di Mansion Prince di Manchester. Ia sudah diberitahu sang Kakek perkara Raya Henderson alias Rodney alias Semito. Rasa bersalahnya kian menyebar, ia telah menghukum Aya secara tidak manusiawi. Apalagi setelah ia menginterogasi Rengganis perkara trauma Aya di masa lalu. Meskipun begitu, terlepas dari itu semua, ia masih ragu jika calon bayi yang dikandung Aya adalah darah dagingnya."Seharusnya, jika kau sudah bertekad menerima Aya, maka terima juga kekurangannya! Bukankah kau yang menjualnya kepada Liam dulu?"Perkataan sang Kakek membuat Beau ingin mencekik lehernya sendiri. Ia tidak lebih baik dari Aya. Ia justru yang terburuk. Belum lagi, Beau sempat kembali bercinta dengan Daphne. Rengganis juga mengatakan bahwa Aya mengetahui hal tersebut, tapi Aya memilih untuk diam. Yang membuat keadaan bertambah bu
Shock adalah gambaran perasaan yang Daphne rasakan ketika ia selesai menonton siaran live streaming video seks -yang heboh seminggu belakangan- yang diadakan oleh media online The Rumor. Bagaimana bisa mereka memutarnya secara menyeluruh tanpa adanya sensor? Tapi, Daphne akui kejeniusan mereka bisa diacungi jempol. The Rumor hanya bisa diakses bagi mereka yang memiliki barcode dan barcode tersebut didapatkan dengan cara yang sangat sulit dan terbatas. Ada data pribadi yang menyertai dan setiap peserta streaming diharuskan bergabung dalam sebuah forum live. Tujuannya, agar pihak penyelenggara bisa memantau visual dari si pemegang barcode, supaya mereka tidak bisa melakukan tindak kecurangan, seperti perekaman misalnya, atau penyusupan peserta live di bawah umur.Pun siaran konferensi live yang diadakan sebagai bentuk klarifikasi tak cukup mampu meredakan keterkejutan Daphne. Kali ini siapa pun bisa menontonnya. Siaran tersebut sengaja diadakan pada pukul sepuluh malam, agar terhindar d
*****"Aku mempunyai saudara kembar?"Pertanyaan Aya tidak terjawab. Baik Elizabeth maupun Wiwid memilih untuk diam, karena konferensi pers masih berlanjut. Aya mengabaikan reaksi mereka, ia pun kembali memfokuskan diri pada siaran langsung.Kini, di layar televisi tersorot wajah dari Markus Rodney, orang yang duduk di sisi sebelah kiri George Henderson. Ia merupakan sepupu jauh dari Ronald Rodney. Pria itu menceritakan bagaimana ia bisa bertemu dengan seseorang yang santun yang berasal dari pulau Jawa bernama Karmo Semito. Bagaimana mereka bisa akrab lalu saling bersepakat untuk sebuah adopsi. Pak Karmo dan istrinya berjanji akan menyerahkan anak kembar mereka kepada Markus dan Mellanie untuk diadopsi. Ia sudah memiliki seorang anak perempuan dan dua anak lelaki ketika istrinya sedang mengandung bayi kembar. Faktor berikutnya adalah ekonomi, pasangan Semito berharap dua anak mereka bisa pasangan itu bawa, namun Markus dan Mellanie memutuskan hanya akan mengadopsi satu bayi saja. Dan
*****"Raya!"Nama yang tersebut tidak cukup keras, namun mampu terdengar. Teriakan itu terucap dari bibir pria gagah yang sedang menggauli seorang wanita. Tubuh telanjangnya yang menindih wanita di bawahnya mengejang, sedikit bergetar. Ia mengumpat beberapa kali sembari menekankan pinggulnya lebih dalam, sebelum badannya sengaja ambruk menimpa tubuh telanjang si wanita.Adegan intim nan panas dalam video pun berakhir. Lalu kamera menyorot ke arah tiga pria paruh baya yang duduk berjajar dengan meja panjang di depan mereka, seperti sedang terlibat dalam sebuah konferensi diskusi atau semacamnya. Beberapa orang lain duduk di depan mereka, hanya posisi mereka lebih rendah dari ketiganya. Orang-orang itu jumlahnya mungkin tidak lebih dari dua puluh, terdiri dari baik pria maupun wanita."Baiklah! Saya akan mulai saja!"Pria yang berada di tengah membuka sesi setelah mendapatkan arahan dari sang produser acara. Mula-mula ia memperkenalkan diri sendiri -walaupun namanya sangat termahsyur d
*****"Bayi itu bukan anakku, kan Nis?"Hanya tersisa Beau dan Rengganis di kamar Aya. Rengganis berusaha meredakan gejolak polah si calon bayi dalam perut dengan mengusap-usap permukaan perutnya lembut. Ia masih terduduk di ranjang Aya. Peristiwa tadi cukup mengguncangnya. Beruntung, ia teringat nasihat temannya tentang hipnotis lagu pada orang yang mengalami sesi traumatis. Ternyata Aya mempunyai keterikatan tersendiri dengan lagu Angel-nya Sarah Mclachlan."Itu tidak bisa kaujadikan alasan untuk pembenaran tindakanmu, Beau. Kau memperkosa istrimu!"Beau tertunduk, memandangi karpet bulu lalu pandangannya beralih ke sebuah novel berjudul The Pale Horse karya Agatha Christie. Buku itu terbuka pada halaman awal, menyorot sebuah sub judul dengan larik Cerita Mark Easterbrook.Mesin espresso di balik pundakku mendesis bagaikan ular marah. Bunyi yang dibuat benda itu berkesan seram, bahkan mungkin jahanam. Mungkin, pikirku, kebanyakan bunyi di masa modern ini punya kesan seperti itu. Des