Share

Asmara di Kehidupan 303
Asmara di Kehidupan 303
Penulis: Dee Renjii

Bab 1. Tangisan Sang Panglima

“Oh Raja Akhirat, lempar saja aku neraka. Biar hancur lembur rohku di sana. Aku tak mau lagi bereinkarnasi. Aku tak sanggup lagi harus hidup dan menderita karena cinta!”

 Sosok berbaju putih, rambut panjang awut-awutan itu terus  berlutut dan mengiba di hadapan raja akhirat, memohon agar tidak bereinkarnasi lagi. Sosok itu terlihat lusuh suram dan penuh duka, tak akan ada yang mengira kalau pria lusuh itu dulunya adalah seorang Dewa perang yang membawahi seratus ribu pasukan langit. Dulu, dia begitu gagah perkasa dan disegani semua dewa-dewa di langit, populer di kalangan para dewi, sebelum dia melakukan kesalahan, jatuh cinta pada dewi kayangan bernama Chang-e.

Chang-e pada saat itu dikejar panah api hingga ke kayangan. Sang Panglima berusaha menolong tapi sayang dia kalah cepat dari Wukang, salah seorang dewa yang bertugas sebagai tukang di istana langit. Wukang lebih dulu menolong sang Dewi. Wukang dan Chang-e pun jatuh cinta pada pandangan pertama, sesuatu yang membuat Sang Panglima kecewa dan sakit hati. Sang Panglima yang dimabuk cinta gelap mata, secara diam-diam dia menyelinap ke ruangan roda pemutar waktu, dia ingin mengulang waktu agar dia jadi orang pertama yang menolong Chang-e dan bisa mendapat cinta sang Dewi. Namun, beberapa kali dia mencoba, takdirnya tak berubah, Wukang dewa tukang kayu istana langit, tetap jadi orang pertama yang menolong Dewi Chang,e.

Tak menyerah, sang Panglima yang sudah dimabuk asmara bermaksud mengikat kaki Chang-e dengan tali jodoh agar sang Dewi jatuh cinta padanya. Apes bagi Panglima, aksinya ketahuan Ibu Suri kerajaan langit hingga akhirnya dia harus dihukum, menjadi manusia dan harus menjalani seribu kali derita Cinta.

Raja akhirat yang duduk di atas singgasana mengelus-elus jenggot, menatap iba pada roh Panglima yang dulunya begitu perkasa. Dia sungguh menyayangkan nasib Panglima yang harus berakhir seperti ini.

“Aiih, Panglima … kenapa pula kau dulu melanggar aturan langit, hingga akhirnya jadi begini. Aku benar-benar tak habis pikir. Toh kau bisa bersenang-senang dengan Dewi kayangan tanpa melanggar aturan,” kata raja akhirat menggeleng-geleng kepala prihatin.

Pria lusuh yang dulunya seorang dewa perang itu mendongakkan kepalanya, menatap raja akhirat dengan mata berkaca-kaca.

“Apa kau pernah jatuh cinta, Raja Akhirat?” tanya sang Panglima menatap mata Raja Akhirat.

“Tidak! sebagai penguasa akhirat, aku tercipta tanpa memiliki rasa!” jawab Raja Akhirat tegas.

“Ha ha, pantas saja kau sama sekali tak mengerti apa yang aku rasakan,” sang Panglima tertawa parau. Tawa yang melambangkan duka, letih dan putus asa.

“Aku memang salah, tapi tidakkah kau pikir hukuman ini terlalu berat! Mengalami satu derita cinta saja membuatku kehilangan segalanya, bayangkan jika harus menjalaninya seribu kali. Ah percuma saja, kau takkan pernah tau betapa menyiksanya cinta!”

Raja akhirat terdiam tak bisa menjawab. Dia hanya menjalankan perintah dari Kaisar langit, tak berani menilai hukuman dijalani oleh sang Panglima ini terlalu berat atau tidak. Dia juga tak bisa menilai tentang cinta. Sebagai pengadil, dia memang tak diberi nafsu dan rasa-rasa yang melekat agar selalu bisa berlaku adil, tegas dan tak pandang bulu. Tapi, melihat Panglima yang selalu meraung-raung seperti orang gila saat hendak menjalani hukuman derita kehidupan cinta berikutnya, Raja Akhirat merasakan rasa yang aneh pada dirinya. Untuk pertama kalinya, dia merasakan rasa iba.

Tiba-tiba, sorot cahaya biru memasuki ruangan. Sorot cahaya biru itu, dalam sekejap berubah menjadi sosok pria tua dengan rambut, jenggot panjang dan pakaian yang semuanya berwarna putih. Sosok tua itu, membawa sebuah gulungan kertas dari istana langit.

“Hormat kepada Dewa Pengatur Nasib!” Raja Akhirat berdiri memberi hormat, begitu juga dengan para pengawal di sekitarnya.

Hanya Panglima saja yang tetap berlutut tak memberi hormat. Panglima justru menatap sang dewa dengan tatapan benci yang teramat dalam.

Dewa yang rambut, jenggot dan kumisnya semua berwarna putih itu menjura, membalas memberi hormat. Matanya melirik ke arah Panglima yang masih menatapnya tajam. Sejujurnya, Dewa Pengatur Nasib tak tega melihat koleganya dulu di istana langit mendapat hukuman yang begitu berat. Tapi, tugas dari kaisar langit sangat jelas, kesalahan yang dilakukan Panglima juga bukan main-main, dia tak punya pilihan selain harus menjalankan titah penguasa langit itu.

Dewa Pengatur Nasib menggeleng kepala, membuang jauh rasa ibanya pada sang Panglima. Dia kemudian mengeluarkan gulungan kertas dari balik bajunya, membuka kertas itu lebar lebar dan membacanya dengan suara lantang penuh wibawa.

“Hukuman untuk Panglima Tiang Feng yang telah melanggar hukum langit dengan jatuh cinta pada Dewi di kayangan. Dia harus menjalani seribu kali derita cinta. Pada kehidupan ke tiga ratus tiga, Panglima Tiang Feng akan menjadi seorang Senopati  yang perkasa, di sebuah kerajaan di Jawa. Dia banyak berjasa pada kerajaan, tapi dia justru harus jatuh cinta pada musuh kerajaan. Dia membuat kesalahan yang merugikan kerajaan hingga akhirnya tewas dan dicap sebagai pengkhianat kerajaan, gara-gara seorang wanita.”

“Siap, laksanakan perintah!” jawab Raja Akhirat dan pengawal akhirat serempak.

Dewa Pengatur Nasib menggulung kertasnya kembali. Dia kemudian menyerahkan kertas itu pada raja akhirat untuk kemudian ditindak lanjuti. Dewa Pengatur Nasib membelai-belai jenggotnya, sambil menatap iba pada panglima yang dulu menjadi temannya bermain catur di istana langit. Kini, salah seorang panglima langit itu terlihat begitu tak berdaya.

Panglima Tiang Feng menarik napas dalam-dalam mendengar kehidupan yang akan dia jalani. Dia kini harus tewas dan dicatat sejarah sebagai pengkhianat. Dia masih ingat di kehidupan ketiga ratus satunya, dia menjadi sosok mertua yang bermain cinta dengan menantunya sendiri dan berakhir mati di tenggelamkan warga di sungai. Kebalikannya, di kehidupan sebelumnya, dia menjadi seorang menantu yang main gila dengan mertua dan sama-sama berakhir tragis, tewas di tenggelamkan di sungai. Kilasan-kilasan kehidupan asmara dari kehidupan kehidupan sebelumnya terus terlintas dalam benaknya, membuat sang Panglima tersulut emosi.

“Tak bisakah kau menulis kehidupan yang lebih tragis lagi wahai Dewa Pengatur Nasib! Di kehidupan sebelumnya, kau menuliskan nasibku sebagai manusia tak bermoral, sekarang kau jadikan aku lebih tak bermoral lagi dengan menjadi pengkhianat!” maki Panglima Tiang Feng mengepalkan tinjunya, menatap dengan sorot mata penuh benci pada Dewa Pengatur Nasib.

Dewa yang selalu memakai pakaian serba putih itu menggeleng-gelengkan kepala. Dia bisa mengerti perasaan sang Panglima yang begitu menderita, marah dan kesal padanya. Tapi, lagi-lagi dia hanya menjalankan tugasnya. Otaknya juga kadang lelah memikirkan jalan cerita yang tragis untuk Panglima dan itu semua juga harus dengan persetujuan penguasa langit.

“Andaikan kau tak melanggar aturan langit, kau mungkin masih jadi Panglima perang kerajaan langit dan mungkin bisa sejajar dengan Dewa Erlang. Aku hanya menjalankan tugas. Kuharap kau mengerti posisiku,” Dewa Pengatur Nasib mencoba memberi penjelasan.

“Ha ha  ha!”

Panglima tertawa keras sambil bangkit berdiri, rambutnya makin terlihat makin awut-awutan. Dia menatap tajam ke arah Dewa Pengatur Nasib. Sambil menuding sang Dewa, Panglima Tiang Feng mengancam akan membalas semua rasa sakit hatinya.

“Dewa Pengatur Nasib! Aku akan mengingat semua ini. Bila nanti hukumanku selesai, dan kembali menjadi Dewa, aku akan membuat perhitungan denganmu!”

“Lancang! Berani sekali kau mengancam utusan dewa di tempatku!” bentak Raja Akhirat murka. Wajahnya yang hitam legam jadi makin terlihat mengerikan. Dia memang menghormati Panglima, tapi di Akhirat, tak boleh ada yang berlaku kurang ajar, apalagi pada utusan langit.

“Pengawal!”

“Siap!” Petugas Akhirat  yang berjaga langsung bersiap.

“Bawa Roh penasaran ini, menuju jalur reinkarnasi untuk menunggu giliran!”

“Siapa yang mulia!”

Empat orang penjaga dengan sigap mengcengkram lengan sang Panglima, dan menyeretnya pergi.

“Lepaskan, Lepaskan! Aku tak mau jatuh cinta lagi! Tak mau! Lepaskan ….”

Panglima Tiang Feng, berontak mencoba melepaskan diri, tapi pengawal langit dengan sigap menyeretnya ke jalur Reinkarnasi untuk menjalani derita cinta selanjutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status