Gimana jadinya kalau kamu kena serangan tidur mendadak? Enggak peduli tempat dan waktu, kamu tertidur di saat terancam! Inilah yang dialami Aika Bintang Callista. Ternyata, alerginya gak berlaku pada Levin Jordan, playboy yang berusaha mendekatinya. Bisakah Aika percayakan masa remajanya ke Levin?
Lihat lebih banyakTahun Kedua Semester I | Waktu Bagian Ambyar
Di dunia yang penuh misteri ini, kira-kira mana yang lebih banyak? Cowok berengsek atau cowok berjiwa pahlawan? Kita enggak akan pernah tahu, sampai kita berhadapan langsung. Namun, jangan sampai tertipu! Sebab, cuma ada perbedaan tipis di antara mereka. Sama halnya dengan yang sedang dialami Aika Bintang Callista. Siswi teladan yang namanya meroket di SMA Internasional Andenvers. Di tengah lapangan, gadis berbibir glossy itu terengah-engah setelah menghindari kejaran seorang cowok. Namun tetap saja, bila ditakdirkan bertemu, mau lari sampai ke ujung dunia pun bakal sia-sia. “Hah, huh, bentar, perut aku sakit,” keluh Aika seraya menekan perutnya dan mengatur napas. Tiap hari, ada saja peristiwa aneh yang terjadi di hidupnya. Ia tambah stress karena melihat Haris Satya Cakrawala berhasil menyusul. Cowok berambut model comb over itu menenteng sekotak cokelat berbentuk hati.Aika sengaja menyentakkan kaki jenjangnya buat menutupi sekujur tubuh yang bergetar. “Kenapa sih kamu ngikutin aku terus?” “Denger-denger, kamu udah buka hati ya?” ceplos cowok itu tanpa babibu. Dari awal masuk sekolah, Aika memang jagonya nolak cowok. Gak terhitung berapa kali kalimat klise, ‘Maaf, aku mau fokus belajar’ sudah terlontar sejak tahun pertama berlalu. Alasannya bukan ecek-ecek karena gadis itu benar-benar membuktikan hasil belajarnya. Juara umum pertama se-Andenvers. Walau di balik semua pencapaian itu, ada banyak yang harus dilalui. Serunya cinta monyet mesti ditinggalkan, hari yang berat, dan sepinya malam. Sebenarnya, ada alasan lain yang lebih kuat dibanding fokus belajar. Aika alergi cowok. Dia bakal langsung tertidur pulas tiap dekat cowok yang dirasa mengancam. Bahasa medisnya, Aika punya penyakit Narkolepsi—gangguan sistem syaraf yang bisa menyebabkan rasa kantuk berlebih atau tiba-tiba. Walau belum pasti penyebabnya, Kasus Aika yang satu ini dipercaya Amara berhubungan erat dengan masa kecil anak gadisnya itu yang sempat cedera otak karena hampir diculik. “Kata siapa?” Aika mendelik pada Haris. “Postingan I*. Kamu hangout bareng si Levin, kan? Aku yakin kalian belum jadian, kan? Itu berarti aku masih punya kesempatan?” racau Haris. “Ah ....” Akhirnya Aika paham ke mana arah pembicaraan Haris. Levin Jordan. Aika menelan ludah saat sosok si pemilik nama terbesit dalam bayangan semu. Dia adalah cowok istimewa yang ditemuinya waktu MPLS atau OSPEK setahun yang lalu. Entah kenapa hanya pada Levin, alergi Aika gak bekerja. Sampai sekarang, Aika mencari alasan kenapa semua ini bisa terjadi. Padahal, asal kalian tahu, Levin Jordan itu cowok yang nakal. “AIKA! AIKA!” Tubuh Aika berguncang keras. Ia tersentak, kembali dari lamunan tentang Levin Jordan. Tapi yang lebih bikin jantungan adalah muka Haris berada dekat dengan Aika. Sangat dekat sampai bikin mata Aika juling. Sontak, gadis itu berteriak, “AAAAAAA!!!” Sensor jantung di jam tangannya bercahaya merah, menunjukkan detak yang perlahan melambat. Gak habis pikir memang, orang kalau kaget biasanya sport jantung.Lain halnya dengan Aika—setelah tragedi penculikan semasa kecil—hal langka mulai terjadi di kehidupannya, terutama berkaitan dengan cowok. Kalau seorang cowok membuat Aika merasa terancam atau sekadar kaget, sesuatu terjadi. Bola mata berbinar Aika bergerak ke atas, memutih. Kelopak matanya pun segera terkatup saking mengantuknya. Dia bukan putri tidur. Dia, Aika Bintang Callista, yang ingin dicintai.Ada sebuah dongeng waktu aku SMA, bahwa tempat ini adalah salah satu spot terseram di sekolah.Sebuah pohon beringin tua yang terasingkan. Akarnya merambat tebal ke bawah, sementara daunnya yang rimbun menutup akses cahaya."Kamu mau ajak aku kabur apa uji nyali?" ledekku sambil berkacak pinggang.Levin berdecih, merasa pintar. "Diam deh. Meski tempat ini bikin malas, tapi satpam itu gak akan kepikiran kita ada di sini."Aku mengangkat bahu, lalu menjatuhkan diri di akarnya yang besar."Adem juga ya?" celetukku sambil melihat sekitarku yang didominasi oleh kebun.Sekolah ini dulunya kebun besar sih, jadi sebagian lahannya tidak berubah. Levin menyusulku duduk, meraup rambutnya dengan kasar tanpa menjawab apa pun.Dia terkekeh dengan kepala dibenamkan ke lutut."Kenapa?" tanyaku mencoba memancing.Benar saja, anak ini langsung mengangkat kepala dengan wajah protes.Dia menyelipkan rambutku ke telinga. "Mana mungkin, Tuan Putri. Sudah tugasku," ucapnya lembut.Pandangannya menurun. "Aku
D-Day. Pulang kampus biasanya aku lesu dan macam gembel. Kali ini beda, semangatku bahkan full tank mungkin sampai besok pagi. Klakson mobil yang kutunggu-tunggu akhirnya terdengar. Batang hidung Levin kelihatan pas jendela mobil turun dengan sempurna. “Let’s go, Pretty.” Aku sudah semangat membuka pintu, eh ada saja yang tak sesuai harapan. Tanganku berusaha menarik berkali-kali, tapi tetap macet. Ternyata Levin masih menguncinya. Baru setelah kuketuk, ia panik menekan kunci dari dalam. “Nyebelin,” gerutuku. “Hehe, maaf.” Mataku menyipit ke Levin. Jas semi formal, celana bolong berantai, dan piercing tempel di tengah bibir bikin aku salah fokus. Dia nyentrik kalau sedang jalan-jalan, padahal setahuku kamar dan lemarinya cuma diisi sama kaos bola. Aku jadi mikir, di mana dia menyimpan pakaian dan pernak-perniknya. Jangan-jangan, di rumah Levin punya ruang rahasia. “Kita mau belanja di mana nih?” “Mall paling deket aja.” “Okay! Meluncur.” Levin lantas menginjak pedal gas. “Kata
“Alright, enough for today. Karena besok hari spesial, Bapak gak akan ngasih tugas du—” Belum selesai Pak Tomi—dosen mata pelajaran bahasa Inggris—bicara, tapi sorak gembira langsung memenuhi kelas. Aku ikut senang walau tidak ikut loncat-loncat. “Angjaaay! Mabsur dah mabsur,” sambar Marvin Nalendra, ketua Divisi Seni. Selain sering typo, hobinya menciptakan bahasa alien. Mabsur di kamus dia artinya mantap dan subur. Tugas bikin banyak pikiran soalnya. Orang yang banyak pikiran gampang kurus. Teorinya sih begitu. “Guru gweh nih guru gweeh!” Januar William, tak mau kalah. Dia memang tidak sekuat Jarvis, tapi cukup tangguh sebagai Ketua Divisi Keamanan bareng sohibnya, Edward Chandra. Pak Tomi geleng-geleng kepala sambil senyum malu-malu. “Pokoknya kalian tidur yang nyenyak. Yang cewek, jangan maksain diet. Yang cowok, jangan begadang nonton bola. Tinggal satu mapel lagi, ya?” pesan Pak Tomi, menenteng tas hitamnya dan berdiri di depan. “Iya, Pak,” jawabku mewakili. “Ya sudah, se
BATU nisan tertancap di depanku. Meski otakku berkali-kali mengelak bahwa yang terbaring di bawah sana adalah orang asing, tapi hati kecilku berkata lain. Lonjakan kebimbangan antara sedih dan kecewa bergemuruh di dalamnya.Di sisi lain, aku nggak percaya pusara yang bertahun-tahun kudatangi bersama ibu hanyalah sebuah tanah kosong. Levin mengusap bahuku, menyalurkan sedikit kehangatan lewat sentuhannya."Jangan ditahan kalau mau nangis," ucapnya lembut.Dia tahu mataku sudah terlihat sendu. Seolah siap menumpahkan segalanya. Penglihatanku perlahan buram, tertutup oleh genangan air yang siap terjun bebas. Saat itu terjadi, aku langsung berbalik untuk membenamkan kepalaku di tubuhnya.Levin dengan sigap mendekapku erat. Menepuk-nepuk punggungku lembut tanpa kata. Dia tidak bersuara, membiarkan lirihku menggema di tengah peristirahatan insan manusia.***Waktu terus berlalu. Dalam penantian kami menunggu pengumuman dari sekolah, asisten ayah, Pak Beni banyak berkunjung ke rumah. Dia mem
Dering alarm ponsel membangunkanku dari tidur singkat yang melelahkan. Tirai jendela tersibak angin dari ventilasi udara lalu menimbulkan golden hour yang menerpa setengah wajahku. Dengan mata yang sedikit terbuka, kuintip isi ponselku, di sana tertera waktu yang menunjukkan pukul 08.00 WIB. Seharusnya jika semua hal berjalan normal, saat ini aku sedang berada dipanggung perpisahan, menerima piagam penghargaan dengan nama Aika. Tapi, karena pandemi virus COVID-19 yang melanda dunia, sekolah kami tidak melakukannya. Kami harus belajar prihatin. Meski begitu, aku menikmati dan mensyukuri sebab diberi kelulusan dengan mudah. Aku beringsut dan duduk di tempat tidurku, membuka whatsapp lalu memeriksa pesan yang masuk. Tidak ada ucapan “Happy Graduation, Aika!”, seperti yang kuduga dari jauh-jauh hari. Bagiku, menerima ucapan seperti iu hanyalah mimpi belaka. Aku tidak cukup dekat dengan teman sekelasku untuk dapat ucapan selamat. Tak lama kemudian, sebuah pesan masuk. Aku terheran-heran,
Sepatu Levin menghentak-hentak ubin. Gak ada jejak kaki kotor yang tertinggal, lagi pula bukan itu yang Aika cemaskan. Tapi, ekspresi cowok itu yang seolah akan memilinnya seperti squishy. “Serius Aika gak inget sama gue? Ini gue Levin! Sahabat kecil, temen sekelas, solmet sejati lo!” lontar Levin. Selepas menaruh botol, Aika menepuk-nepuk baju dan selimutnya yang kecipratan air. Gadis itu menggeleng. “Maaf, tapi gue belum bisa—” Levin merangkap kedua tangan Aika. Gadis itu membelalak dengan genggaman tiba-tiba itu. Lebih bingung sebab Levin menatap kosong ke Aikahnya. Tertegun, atau melamun. Sekelebat situasi tak biasa menghantam penglihatan Levin. Jeritan menusuk indra pendengAikan cowok itu, dan dia yakin jeritan itu berasa dari Aika. Bergeser ke Aikah lain, seorang gadis lainnya tampak buram. Gadis itu meronta dengan beberapa orang yang mengunci tubuhnya. Levin bergidik. Fokusnya kembali pada Aika. “Aika, kamu ngeliat kejadian ngeri ya di sana?” celetuk Levin. Dengung listr
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen