Share

Bab 44.

Penulis: Itha Irfansyah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-23 07:08:32

Sinar matahari menembus tirai kamar, menciptakan semburat hangat yang menyentuh wajah Riana. Ia menggeliat pelan, lalu membuka mata. Beberapa detik ia hanya diam, mencoba mengingat di mana ia berada. Baru setelah melihat jaket kulit Adrian tergantung di kursi dan tas kecilnya di meja, ia sadar mereka masih di hotel.

Riana menoleh. Adrian duduk di dekat jendela, mengenakan kaus putih polos, dengan cangkir kopi di tangannya. Ia tampak tenang, menatap keluar ke arah jalan yang mulai ramai.

“Udah bangun?” suara Adrian terdengar lembut.

Riana mengangguk pelan sambil berusaha duduk. “Udah dari tadi?”

“Dari jam enam,” jawab Adrian sambil tersenyum tipis. “Kebiasaan lama, susah tidur lama-lama.”

Riana tersenyum kecil. “Aku… kayaknya tidur nyenyak semalam.”

“Syukurlah,” sahut Adrian, masih dengan nada tenang. “Kamu butuh istirahat.”

Suasana hening sejenak. Hanya suara samar kendaraan dari luar. Riana menatap tangannya sendiri, lalu berkata pelan, “Tentang semalam…”

Adrian men
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Awalnya Terpaksa, Akhirnya Jatuh Cinta   Bab 46.

    Sore berganti menuju senja. Langit di ufuk barat berubah warna dari jingga keemasan menjadi merah lembut, lalu perlahan memudar ke ungu keabu-abuan. Suara camar terdengar samar di kejauhan, menyatu dengan desir angin laut yang lembut menyentuh kulit. Riana dan Adrian berjalan keluar dari kafe setelah Dara menutup sebagian area outdoor. Dara hanya tersenyum melihat keduanya pergi, seolah mengerti bahwa mereka butuh waktu sendiri. Mereka melangkah menuju pantai yang letaknya hanya beberapa meter dari kafe. Pasirnya masih agak lembap setelah hujan tadi, meninggalkan aroma khas yang menenangkan. Ombak datang perlahan, memecah lembut di kaki mereka. Riana melepas sandal, membiarkan pasir halus menyentuh jari-jarinya. “Aku dulu sering ke sini waktu baru pindah ke kota ini,” katanya lirih. “Tempat ini satu-satunya yang bisa bikin aku tenang waktu semua orang masih menatap aku aneh.” Adrian menatapnya dari samping. “Sekarang nggak ada lagi yang boleh bikin kamu ngerasa sendirian.” Riana

  • Awalnya Terpaksa, Akhirnya Jatuh Cinta   Bab 45.

    Sinar matahari pagi menembus tirai jendela kontrakan kecil itu, memantul di meja kayu sederhana tempat beberapa pot kecil berisi bunga anyelir tumbuh subur. Suara ombak dari kejauhan berpadu dengan aroma kopi yang baru diseduh, Dara sudah datang sejak pagi, membawa dua cangkir kopi dan roti panggang. “Pagi, calon manajer andalanku,” sapa Dara ceria sambil tersenyum. Riana yang baru keluar dari kamar langsung tersipu kecil, rambutnya masih sedikit berantakan. “Pagi juga, Dara. Kamu datang sepagi ini dengan si cantik imut ini?” tanyanya heran sembari mengecup pipi putri kecil Dara dan Arga. “Ya jelas. Aku tahu kamu pasti nggak bisa tidur semalaman,” jawab Dara lembut, menatap sahabatnya penuh pengertian. “Aku cuma pengen kamu sarapan dulu sebelum ke kafe. Hari ini pasti banyak pesanan dari pelanggan tetap.” Riana tersenyum tipis, duduk di kursi rotan dan mulai menyeruput kopinya perlahan. Hangatnya menenangkan, tapi pikirannya masih melayang pada banyak hal, terutama pada persid

  • Awalnya Terpaksa, Akhirnya Jatuh Cinta   Bab 44.

    Sinar matahari menembus tirai kamar, menciptakan semburat hangat yang menyentuh wajah Riana. Ia menggeliat pelan, lalu membuka mata. Beberapa detik ia hanya diam, mencoba mengingat di mana ia berada. Baru setelah melihat jaket kulit Adrian tergantung di kursi dan tas kecilnya di meja, ia sadar mereka masih di hotel. Riana menoleh. Adrian duduk di dekat jendela, mengenakan kaus putih polos, dengan cangkir kopi di tangannya. Ia tampak tenang, menatap keluar ke arah jalan yang mulai ramai. “Udah bangun?” suara Adrian terdengar lembut. Riana mengangguk pelan sambil berusaha duduk. “Udah dari tadi?” “Dari jam enam,” jawab Adrian sambil tersenyum tipis. “Kebiasaan lama, susah tidur lama-lama.” Riana tersenyum kecil. “Aku… kayaknya tidur nyenyak semalam.” “Syukurlah,” sahut Adrian, masih dengan nada tenang. “Kamu butuh istirahat.” Suasana hening sejenak. Hanya suara samar kendaraan dari luar. Riana menatap tangannya sendiri, lalu berkata pelan, “Tentang semalam…” Adrian men

  • Awalnya Terpaksa, Akhirnya Jatuh Cinta   Bab 43.

    Langit sore mulai meredup ketika Riana dan Adrian melangkah keluar dari gedung kepolisian. Suara kendaraan di jalan raya seperti jauh sekali, hanya sisa angin lembut yang menyapu rambut Riana yang terurai sebagian. Wajahnya tampak letih, bukan karena fisik semata, tapi karena beratnya perasaan yang tertinggal di ruang interogasi tadi. Adrian berjalan di sebelahnya, tanpa banyak bicara. Ia tahu, Riana butuh diam. Hanya sekali-kali ia menoleh, memastikan langkah Riana tetap stabil. “Sudah pasti capek banget ya,” ujar Adrian akhirnya, pelan. Riana tersenyum samar. “Aku cuma... nggak nyangka semua ini bisa sampai sejauh itu.” “Yang penting kamu sudah berani datang ke sana. Itu langkah besar.” Riana menatapnya sekilas. “Kalau bukan kamu yang temani, mungkin aku nggak akan berani.” Adrian tak menjawab, hanya menatap jauh ke arah langit yang mulai berubah jingga. Dalam dadanya ada sesuatu yang sulit dijelaskan, antara kagum, khawatir, dan... sesuatu yang lain. Malam turun cepat. Sete

  • Awalnya Terpaksa, Akhirnya Jatuh Cinta   Bab 42.

    Suasana kafe masih sepi. Aroma kopi baru diseduh bercampur dengan wangi roti panggang. Riana berdiri di dekat meja kasir, tangannya menggenggam apron lusuh yang baru saja ia lipat. Wajahnya tampak tenang, tapi matanya menyiratkan keraguan yang dalam.“Dara… aku mau minta izin. Aku harus pulang ke kotaku selama dua hari.”Dara berhenti menulis di buku kas, menatap Riana penuh tanya)“Pulang? Sekarang? Ada apa, Ri?”Riana menghela napas panjang. Ia mencoba tersenyum, tapi suaranya bergetar.“Ada urusan penting di kantor polisi… Adrian mau bantu aku menyelesaikan sesuatu. Ini soal masa laluku, Dar.” Dara perlahan mendekat, meletakkan tangannya di bahu Riana. “Ini tentang... dia?” Riana menunduk. Ia tak sanggup mengucapkan nama Freddy. Nama itu masih seperti luka yang belum kering, pedih setiap kali disebut. “Ya. Aku cuma ingin menuntaskan semuanya… sebelum anak ini lahir. Aku nggak mau terus dihantui masa lalu, Dar.” Dara menarik napas panjang, matanya berkaca-kaca. Ia tahu betul

  • Awalnya Terpaksa, Akhirnya Jatuh Cinta   Bab 41.

    Suasana pagi itu tenang. Sinar matahari menembus kaca besar kafe, menimpa meja-meja kayu yang sudah ditata rapi. Aroma kopi dan roti panggang memenuhi ruangan. Riana datang lebih pagi dari biasanya, menata bunga segar di meja depan, berusaha menenangkan pikirannya yang masih berat setelah curhat panjang semalam.Namun, langkahnya terhenti saat pintu kafe terbuka.Seseorang masuk, sosok yang wajahnya tak asing, dengan kemeja putih sederhana dan mata yang menatapnya dengan lembut, Adrian.Adrian tersenyum tipis dan mencoba bersikap biasa, “Pagi, Riana.”Riana menunduk sebentar, lalu membalas pelan,“Pagi, Adrian.”Suasana hening beberapa detik. Hanya terdengar suara mesin kopi dan burung di luar jendela. Adrian melangkah mendekat ke meja kasir tempat Riana berdiri.“Maaf kalau kemarin aku ngomong terlalu tiba-tiba.”Riana menatapnya dan mencoba tenang.“Bukan salah kamu, Adrian. Aku yang... mungkin belum siap mendengar hal itu.”Kemudian Adrian menunduk sebentar, lalu berkata pelan, “Ak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status