Ayah Anakku Adalah sang Presdir

Ayah Anakku Adalah sang Presdir

By:  Kaagaluh  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
452views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Satchel Bloosom bukan pengasuh bayi biasa. Bayi laki-laki berumur enam bulan yang sedang ia tangani adalah anak dari pewaris yang dijuluki sebagai miliarder oleh semua orang. Bayi yang memiliki nama Aaron itu sangat menggemaskan apalagi ia akan tertawa saat melihat rambut berwarna merah milik Satchel. Tapi sayangnya bukan hanya Baby Aaron yang tertarik pada Satchel, ada juga Archie Walton yang berstatus sebagai ayah dari bayi tersebut. Pria yang selalu membuat darah Satchel naik karena kepongahannya. Akankah cinta di antara mereka berdua bersemi karena bayi tersebut? Atau cinta mereka akan pupus karena ibu dari Aaron hadir di tengah mereka?

View More
Ayah Anakku Adalah sang Presdir Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
7 Chapters
01 : Percobaan Pertama  
“Aku ke sini bermaksud untuk melamar pekerjaan.” Tanpa tedeng aling-aling wanita berambut merah mengatakan hal tersebut pada seseorang yang menjulang jauh lebih tinggi di atasnya. Pria yang memiliki kesan terkejut dibalut dengan muka yang sinis. Awalnya wanita itu berpikir akan disambut oleh seorang pelayan atau sang penjaga di rumah besar ini, tapi ternyata salah.   “Kau ingin melamar pekerjaan? Sebagai apa?” tanya pria itu dengan suara dalamnya. Tapi jujur saja wanita itu menyukai suara yang serak nan dalam.   “Melamar ... aku akan melamar sebagai pengasuh bayi.” Wanita itu menyerahkan koran yang dibawanya dan juga map yang berisi surat lamaran pekerjaan.   Ia sedikit berdeham untuk mengontrol napas yang terasa pendek karena diperhatikan pria itu sedemikian intens. Mata sang pria yang memindai dari atas ke bawah secara berulang kali itu membuat kakinya seperti agar-agar yang baru saja ditaruh ke dalam piring besar.   Tak ada ekspresi apa-apa yang ditampilkan pria yang sialnya be
Read more
02 : Bertemu Dengan Si Kakek Kekar 
Tubuh Satchel hampir saja terhuyung ke belakang saat pintu tinggi itu sudah tertutup dengan sempurna. Apalagi suara bantingan yang menggelegar membuat telinganya sedikit agak berdengung.   Benar-benar memang orang kaya ini. Dia tidak memiliki etika padahal dengan jelas-jelas Satchel masih berada di depan pintu.   Ia mendengus kesal.   “Lihat saja! Jangan panggil aku Satchel jika tidak bisa menembus kokohnya dinding rumah yang besar ini.”   Kruyuk!!   Uh, benar-benar hari yang sangat membuatnya ingin sekali memakan daging manusia. Bagaimana bisa di tengah ia yang sedang marah, perut ini tidak bisa diajak kerja sama.   “Ayolah, cacing, apa kau tidak bisa memberikanku waktu sejenak untuk mencari uang? Kau tidak lihat bagaimana tadi pria besar itu menutup pintu dengan sangat kencang? Andaikan aku rayap, aku bisa dengan mudah menggigiti pintu besar ini!”   Satchel menatap ke sekeliling halaman yang luas ini. Sebenarnya agak aneh karena di rumah ini kenapa tidak ada penjaga atau pela
Read more
03 : Menahan Malu  
Satchel senyum-senyum sendiri. Awalnya ia merasa tidak berguna di dunia ini dan bisa menjadi beban negara, tapi setelah mendapatkan kartu nama yang mungkin bisa mengubah takdirnya seumur hidup, ia tentu saja tidak akan pernah menyia-nyiakannya. Siapa yang tidak mau digaji dengan uang yang sangat fantastis dan itu hanya menjadi pengasuh bayi keluarga kaya.   Keluarga kaya?   Jika melihat dari tampilan rumah dan juga pakaian dari para pria itu tak perlu lagi didebatkan. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apa pekerjaan dari mereka sampai-sampai sanggup memberikan honor sebegitu besarnya.   “Ah, sudahlah, apa pun pekerjaan mereka yang pasti bisa menutupi semua pengeluaranku.” Satchel kembali menginjakkan kaki ke mal besar yang berada beberapa ratus meter dari tempatnya berdiri tadi. Cukup membuat kakinya pegal sih, tapi tak apa, untuk hari ini ia bisa memanjakan mata dengan barang-barang yang ada di etalase toko.  Satchel memasuki toko baju yang sangat terkenal seantero dunia. Sia
Read more
04 : Dikejar Kawanan Pria Jas Hitam 
“Anda tidak bisa lari lagi, Nona!”   Seruan itu membuat Satchel ingin sekali tenggelam di dasar bumi. Perawakan ketiga pria yang sudah ada di hadapan membuatnya sama sekali tidak bisa bernapas. Tubuh besar dan juga wajahnya yang menampilkan kesenangan karena telah menemukan Satchel saat ini. Mereka semua mengelilingi bagaikan permainan anak kecil khas melayu yang ingin menangkap satu anak di tengah.   Satchel menatap ketiga pria itu dan memberikan kesan yang biasa saja. Setidaknya untuk di detik pertama ia harus bisa menjadi sosok yang sedikit arogan. “Ada apa kalian mencariku?”   “Jangan bertingkah bodoh lagi, Nona. Mari ikut kami ke kantor dan lunasi hutang kartu kreditmu.” Pria yang memakai kacamata besar berwarna hitam itu berbicara sambil tangannya mencoba menggapai Satchel.   Satchel tentu saja menolak. Ia sama sekali tidak mau disentuh apalagi tangan mereka yang sepertinya banyak sekali kuman dan dosa. Kenapa ia berbicara seperti itu? Karena mereka mungkin sebelum bertemu
Read more
05 : Bertemu Dengan Tuan Muda  
Tebak apa yang ada di depan mata Satchel sekarang? Ya, kalian benar, ia sekarang berada di rumah mewah dengan pintu cokelat tinggi menjulang yang kemarin tertutup keras di depan hidung.   Satchel kembali melihat penampilannya yang ternyata lebih sopan daripada kemarin. Ia memakai kemeja kebesaran yang ia masukkan bagian depan dan juga memakai celana jeans berwarna biru. Untuk bagian bawah, ia lebih memilih menggunakan flatshoes hitam. Satchel tidak mau membuat pria bermata kuning terang itu mengejek dirinya lagi sebagai penari striptease.   Satchel menarik napas dengan teratur, mencoba untuk menghindari kegugupan yang sempat singgah di sini. Meski ia yakin bahwa setelah ini pekerjaan sebagai pengasuh bayi akan melekat untuk dirinya. Ya, ia menyukai dirinya yang sangat optimis.   Sebelum Satchel melangkahkan kaki lagi untuk mendekati pintu, suara yang sangat dalam menginterupsi dari arah Barat. Pria sama yang seperti kemarin. Pria yang selalu menampilkan wajah datar.   “Anda datang
Read more
06 : Kontrak Diri
Satchel masih membenarkan rambutnya yang kusut. Bukan karena badai topan yang baru saja menerjangnya, melainkan bayi ini yang terus menjambak rambut merahnya bahkan hampir membuat kulit kepalanya ikut tertarik. "Tanda tangani itu!" perintah Archie sambil memberikan dua lembar kertas yang berisikan kalimat-kalimat panjang. Satchel menaruh kantung es di meja dan membaca setiap bait kalimat di kontrak tersebut. Banyak sekali bulir poin yang sesekali membuat Satchel mengerutkan keningnya kemudian menyeringai, kadang kala wanita itu juga memberikan mimik wajah aneh. "Bagaimana aku bisa bekerja jika kau membatasi hubunganku dengan sang bayi?" Satchel menunjuk poin nomor dua. "Harus ada jarak di antara kalian. Beberapa kali pengasuh sebelumnya mencoba untuk mencium anakku dan aku sangat tidak suka." Archie menyemprotkan antiseptik ke tangannya. "Aku tidak bisa membayangkan banyak kuman yang bersarang di tubuh Aaron hanya karena bersentuhan dengan pengasuh yang begitu menjijikkan."1. Mema
Read more
07 : Kebencian Yang Semu
Satchel tidak mau terlalu jauh untuk mendekatkan diri dengan Baby Aaron apalagi ayah dari bayi tersebut. Mengingat perlakuan tidak mengenakan dari pria besar tersebut membuat ia jengah setengah mati. Bahkan ia sempat berpikiran untuk pergi saja dari rumah itu dan mendapatkan pekerjaan yang baru. Namun, jika ia melakukan itu, berarti dirinya harus siap membayar denda yang tertuang dalam kontrak. “Aku akan pergi ke sana, Merry.” Satchel memasukkan ponselnya ke dalam saku. “Tunggu aku sekitar setengah jam lagi.”Satchel melihat ke kanan dan kiri, menunggu angkutan umum yang lewat, tapi tetap saja tidak ada. Sudah sepuluh menit ia menunggu, belum ada juga bus malam atau taksi yang tersedia. “Apa kau menunggu sesuatu, Nona?” Seorang pria dewasa yang menggunakan jas biru tua memperlihatkan wajahnya. Satchel hanya bisa mengernyit untuk memastikan sesuatu. “Tuan Ken?”“Kenapa kau baru pulang?” Ken bertanya tanpa keluar dari mobil hitamnya itu. “Tuan Archie baru pulang dan aku menun
Read more
DMCA.com Protection Status