Home / Romansa / Ayah Anakku Ternyata Pria Kejam / 39 : Tak Ada yang Lebih Menakutkan Dari Kehilangan

Share

39 : Tak Ada yang Lebih Menakutkan Dari Kehilangan

Author: Az Zidan
last update Last Updated: 2025-06-08 11:00:31

Hazel membanting tas kerjanya ke sofa. Bukan karena marah, tapi karena tangannya gemetar dan jantungnya belum juga tenang sejak keluar dari area daycare. Ia menarik napas berulang kali, tapi tetap saja terasa sesak. Senja telah turun, mengguratkan cahaya oranye pucat ke langit kota yang nyaris kelabu. Rumah mereka redup oleh cahaya matahari yang sekarat, sama seperti hatinya.

Arrow duduk di ujung karpet, memeluk lututnya dengan tangan kecil yang gemetaran. Wajahnya masih dibasuh kecanggungan, seperti tahu ibunya akan meledak kapan saja.

Hazel menoleh, dan begitu pandangannya menangkap wajah putranya, segalanya lepas.

“Arrow, sayang… Lihat Ibu.”

Anak itu mengangkat kepala. Bola matanya berkabut, bukan karena ingin menangis, tapi karena terlalu banyak memikirkan sesuatu yang tak seharusnya ditanggung anak seusianya.

Hazel menghampiri, lututnya bertumpu di lantai karpet, dan tanpa jeda ia mulai memberondong anak itu dengan pertanyaan ya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ayah Anakku Ternyata Pria Kejam   39 : Tak Ada yang Lebih Menakutkan Dari Kehilangan

    Hazel membanting tas kerjanya ke sofa. Bukan karena marah, tapi karena tangannya gemetar dan jantungnya belum juga tenang sejak keluar dari area daycare. Ia menarik napas berulang kali, tapi tetap saja terasa sesak. Senja telah turun, mengguratkan cahaya oranye pucat ke langit kota yang nyaris kelabu. Rumah mereka redup oleh cahaya matahari yang sekarat, sama seperti hatinya.Arrow duduk di ujung karpet, memeluk lututnya dengan tangan kecil yang gemetaran. Wajahnya masih dibasuh kecanggungan, seperti tahu ibunya akan meledak kapan saja.Hazel menoleh, dan begitu pandangannya menangkap wajah putranya, segalanya lepas.“Arrow, sayang… Lihat Ibu.”Anak itu mengangkat kepala. Bola matanya berkabut, bukan karena ingin menangis, tapi karena terlalu banyak memikirkan sesuatu yang tak seharusnya ditanggung anak seusianya.Hazel menghampiri, lututnya bertumpu di lantai karpet, dan tanpa jeda ia mulai memberondong anak itu dengan pertanyaan ya

  • Ayah Anakku Ternyata Pria Kejam   38 : Menjauhi Luka

    "Arrow!"Suara itu memecah suasana hangat di sudut taman kecil Keystone Kids.Luca terhenti. Tubuhnya menegang. Suara itu… terlalu familiar. Terlalu dalam. Dan saat ia perlahan berbalik, hatinya seperti dicekik oleh sesuatu yang tak bisa ia lawan.Hazel berdiri di sana, matanya membulat, tubuhnya kaku, dan wajahnya lebih pucat dari biasanya. Rambutnya setengah terikat, dan raut letihnya jelas tak bisa disembunyikan, tapi sorot matanya tajam, seperti ingin membelah waktu.Ia balas tatapan itu. seakan ingin merayap pada masa di mana waktu begitu mempermainkan nasib keduanya.Arrow yang baru saja tertawa kecil dengan sebutir kerikil di tangan langsung berdiri tegak. “Ibu!” Berlari untuk memeluk sosok yang sudah dia nanti sejak hampir dua jam lamanya.Hazel melangkah cepat. Dalam satu gerakan refleks, ia menarik Arrow dan mendorong tubuh kecil itu ke belakang punggungnya. Pelindung. Perisai. Seolah Luca adalah ancaman

  • Ayah Anakku Ternyata Pria Kejam   37 : Bertemu Langsung

    Pukul 15.30. Langit menggantung kelabu di atas kaca depan mobil Luca yang melaju tanpa suara. Jalanan basah, sisa hujan siang tadi membentuk genangan kecil di sudut-sudut trotoar. Namun bukan cuaca yang membuat jarinya menggenggam kemudi terlalu kuat—melainkan nama kecil yang sejak tadi menari-nari di dalam pikirannya. Arrow.Gudang telah ditinggalkan. Rapat usai. Dunia yang berdarah dan kaku telah ditinggal di belakang. Kini pikirannya terbang ke pintu pagar berwarna biru muda bertuliskan: Keystone Kids.Luca memarkir mobil beberapa blok dari sana, memilih untuk berjalan kaki. Langkahnya mantap, tapi jantungnya tak begitu. Anak itu. Arrow. Si bocah yang membuatnya merasa seperti manusia kembali—meski hanya sekejap.Dia berdiri di seberang gerbang sejak pukul empat kurang lima menit. Tangannya disembunyikan dalam saku jaket, pandangannya menelusuri satu per satu wajah mungil yang berhamburan keluar dari bangunan sekolah. Satu... dua... lima.

  • Ayah Anakku Ternyata Pria Kejam   36 : Pencuri Jiwa

    Velaro Freight Co. Selalu menyimpan bau khas: karat besi, debu yang tertinggal di dalam palka, dan sisa asin laut yang tak sempat dibersihkan waktu. Tapi sore ini, ada satu aroma lain yang mengganggu Luca—entah itu kenangan, atau kekhawatiran yang menempel di kulitnya seperti peluh.Shofia duduk di atas peti kayu besar yang sejak tadi tak dipindahkan siapa pun. Ponselnya menyala sebentar, lalu mati. Ia bahkan tidak mengecek pesan yang masuk.“Luca,” suaranya datar, tapi tidak dingin. “Kau tahu kita harus membahas ini sekarang, kan?”Luca berdiri membelakangi matahari. Siluet tubuhnya panjang menutupi lantai yang mengelupas. Tangannya bersedekap, tapi jari-jarinya menggeliat resah.“Aku di sini, bukan?” jawabnya pelan.Shofia mendengus, seperti sedang menimbang apakah kalimat itu layak dibalas atau cukup diamkan saja. Akhirnya ia menatap ke arah dermaga dari celah pintu terbuka. Kapal kargo bergerak perlahan

  • Ayah Anakku Ternyata Pria Kejam   35 : Rekaman

    Dalam kamar yang tidak terlalu besar namun menciptakan banyak kenyamanan dan ketenangan, Hazel terduduk tertegun menatap kalung yang baru saja dia ambil dari leher Arrow. Menatap ke empatnya secara bergantian. Semuanya mirip. Sama. Bahkan tidak dia temukan setitik pun perbedaan di sana. Matanya terus terkunci pada benda-benda yang malam tadi dia temukan. "Aku tidak pernah tahu apa di balik semua ini. Tapi... Ini jelas pesan ibu hanya untukku," racaunya.Menebak segala kemungkinan yang bisa dia pecahkan. Akan tetapi sampai jarum tepat berada di depan angka lima, tidak satu pun jawaban dia temukan. Tidak ada titik terang dari kerasnya dia berpikir semalam utuh. "Bulan sabit. Aku pernah melihatnya. Di mana? Di mana Hazel. Ingat-ingatlah. Ayo!" Suaranya terdengar berbisik pada diri sendiri. "Bu... Kau sudah bangun?""Hei. Boy, perlu sesuatu?""Aku terbangun dan tidak mendapatkan sesuatu di leherku." Mungkin sudah menjadi kebiasaan bocah itu yang

  • Ayah Anakku Ternyata Pria Kejam   34 : Arti Kesetiaan

    Sudah sembilan hari berlalu sejak insiden penembakan itu.Di dalam kantor yang remang dan beraroma kopi basi, Migel masih menatap papan bukti di depannya. Garis-garis merah yang menghubungkan foto Ethan, sketsa pelaku, dan laporan forensik mulai tampak seperti jaring laba-laba tanpa pusat. Tak ada simpul yang jelas. Tak ada arah. Hanya frustrasi yang makin pekat.Jejak rekaman kamera pengintai juga nihil. Benaknya setuju bahwa pelaku itu adalah orang profesional... Dalam hal kejahatan. Pintu diketuk sekali.Kemudian terbuka tanpa menunggu jawaban.Alex masuk. Langkahnya pelan, namun gelisahnya tak bisa ditutupi. Ia membawa map cokelat yang terlihat sudah kusut di sudutnya, seolah terlalu sering dibuka dan ditutup dalam keraguan.“Ada waktu sebentar?” tanyanya pelan. Meminta izin barangkali Migel tak dapat diganggu untuk sekarang. Migel mendongak tanpa ekspresi. “Kalau ini soal hasil rapat pagi tadi, simpan aja. Aku tidak butuh basa-b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status