"Ya jelas bisa, kan aku yang melamarnya," jawab Jayden dengan percaya diri.
"Kerja? Umurnya berapa?" tanya Rayyan."Dia seorang janda dengan dua anak, namanya Kanaya, usianya 27 tahun," jawab Jayden."Kamu sehat kan, Dek?" tanya Rayyan, masih bingung dengan pilihan Jayden yang memilih seorang janda."Tentu saja, Mas. Kenapa tidak sehat? Sudahlah, Ibu, Ayah, Jay pamit pergi dulu, Assalamualaikum," ucap Jayden sambil menyapa satu persatu dengan salam."Bu, kok janda sih!" ujar Rayyan."Ray, biarkan saja. Yang penting adikmu bahagia, semoga pernikahannya langgeng hingga akhir hayat," kata Fatimah dengan bijak.Jayden berpamitan kepada Fatimah dan Abdullah. Mereka yang melihat kepergian Jaydey berharap yang terbaik untuk Jayden dan Kanaya dalam perjalanan mereka menuju kehidupan baru yang penuh kebahagiaan. Terlepas status Kanaya yang terpenting keduanya bisa saling mencintai satu sama lain."Ya tapi tidak dengan janda juga apalagi memiliki anak, aduh ibu ayah ini bagaimana sih." Pekik Rayyan yang kemudian pergi dari sana.Rayyan harus menghentikan ini, Rayyan tidak mau adiknya Jayden di manfaatkan oleh janda itu. status Janda buat Dayyan itu meresahkan pasti dia menjanda karena kegatekan dengan suami orang makanya suaminya meninggalkannya seperti itu.****Pagi ini, di kediaman Kanaya, ibu dua anak ini sibuk menyiapkan sarapan untuk si kembar. Keanu dan Kanaya terlihat cantik dan tampan setelah baru selesai mandi.Dengan penuh semangat, keduanya berjalan masuk ke ruang makan dengan senyum manis di wajah mereka. Mereka menyapa Kanaya dengan penuh kasih sayang, serta nenek Maryam yang sudah menunggu di meja makan."Selamat pagi, bunda. Terima kasih sudah menyiapkan sarapan untuk kami," ucap Keanu dengan penuh rasa terima kasih."Selamat pagi, Nak. Sudah selesai mandi? Kalian berdua terlihat sangat cantik dan tampan," kata nenek Maryam dengan penuh kebahagiaan.Keanu dan Kalisa tersenyum bahagia mendengar pujian dari nenek mereka. Mereka merasa sangat beruntung memiliki seorang nenek yang selalu memberikan dukungan dan cinta kepada mereka."Mari, duduklah dan nikmati sarapan pagi ini sayang," ucap Kanaya.Saat mereka sedang asik menikmati sarapan pagi, bel rumah tiba-tiba berbunyi. Maryam dengan cepat berdiri dari meja makan."Kamu lanjutkan sarapan, biar ibu yang lihat siapa," ucap Maryam sambil tersenyum. Kanaya mengangguk setuju.Maryam berjalan menuju pintu utama, dan ketika pintu terbuka, Jayden terlihat di sana. Wajahnya dipenuhi senyum."Assalamualaikum, Bu," sapa Jayden dengan sopan."Waalaikumsalam, Nak. Ayo masuk, kita sarapan bersama," ajak Maryam kepada Jayden dengan hangat."Tidak usah Bu, saya--" Jayden mencoba menolak, namun Maryam langsung memotongnya."Gak baik nolak rejeki, pamali," kata Maryam dengan tegas. Jayden tidak bisa berbuat apa-apa, akhirnya dia mengikuti Maryam masuk ke dalam rumah.Sementara itu, di meja makan, si kembar mendengar langkah kaki dan menoleh ke arah pintu. Kedua mata mereka berbinar melihat Jayden ada di sana."Assalamualaikum," sapa Jayden dengan senyum."Waalaikumsalam, AYAH!" teriak Keanu dan Kalisa secara kompak, membuat Kanaya terkejut bukan main."Ayah?" beo Kanaya. Sejak kapan panggilan "Om" berubah menjadi "Ayah"?Jayden melirik ke arah Kanaya yang masih mengenakan daster dan tidak lupa hijabnya, tersenyum gemas melihat wajah terkejut Kanaya.Jayden duduk di tengah-tengah si kembar, sementara Kanaya duduk di sebelah kanan Keanu."Bunda," panggil Keanu. Kanaya menoleh ke arah adiknya."Ada apa, Abang?" tanya Kanaya. "Mau ditambah makanannya?" Keanu menggelengkan kepalanya."Makanan untuk ayah belum diambilkan, Bunda," ucap Keanu. Kanaya melihat ke arah piring Jayden yang masih kosong."Bang, manggilnya jangan 'ayah' ya, Nak. Panggil 'Om' aja," ucap Kanaya."Kenapa begitu, Bunda?" tanya Keanu. "Bukannya Om Jay akan menjadi ayah, Keanu?"Kanaya meringis, merasa tidak enak kepada Jayden karena tanpa persetujuan, anak-anaknya sudah memanggilnya 'ayah'."Sudah tidak apa-apa, mereka bebas memanggil saya apa pun yang mereka suka," ucap Jayden dengan bijak.Kanaya pun mengambil nasi goreng untuk Jayden. "Mau pakai ayam goreng atau--""Pakai kasih sayang juga boleh," ucap Jayden, membuat Maryam mengulum bibirnya menahan senyum. Sementara itu, si kembar terkikik geli melihat reaksi lucu dari bundanya yang memerah.'Brondong ingusan,' rutuk Kanaya dalam hati. Sumpah demi apa, Kanaya merasa sangat malu."Loh, Bunda, kok mukanya memerah?" tanya Keanu dengan polosnya."Bunda mandi dulu," ucap Kanaya, lalu pergi dari tempat duduk dengan tergesa."BUNDA, BUKANNYA SUDAH MANDI?" teriak Kalisa dengan kaget."Bunda bau bawang, Adik," jawab Kanaya.Brak!Terdengar pintu kamar yang tertutup keras.Sementara itu, Kanaya berada di dalam kamarnya, merenungkan kejadian tadi. Dia merasa malu dan tidak tahu bagaimana menghadapi Jayden setelah kejadian ini. 'benar-benar brondong satu ini meresahkan, Ya Allah'. Batin Kanaya.Di ruang tamu, suasana riang dan canda terasa setelah insiden lucu tadi. Keanu dan Kanaya masih terkikik-kikik mengingat ekspresi malu bunda mereka. Maryam mencoba menenangkan situasi dengan berkata, "Sudah, sudah. Lanjutkan sarapan kalian."Maryam memanggil Jayden, "Ayo, Nak Jayden, lanjutkan sarapanmu." Jayden mengangguk dan mulai menikmati sarapan paginya dengan lahap. Di ruang tamu, suasana riang dan canda terasa setelah insiden lucu tadi. Keanu dan Kanaya masih terkikik-kikik mengingat ekspresi malu bunda mereka. Maryam mencoba menenangkan situasi dengan berkata, "Sudah, sudah. Lanjutkan sarapan kalian."Maryam memanggil Jayden, "Ayo, Nak Jayden, lanjutkan sarapanmu." Jayden mengangguk dan mulai menikmati sarapan paginya dengan lahap.Sambil menikmati makanannya, Jayden berkata, "Ini enak sekali, Bu. Terima kasih sudah membuatkan sarapan yang lezat." Maryam tersenyum bahagia mendengar pujian dari Jayden.***Setelah 30 menit berlalu, Jayden dan si kembar berkumpul di ruang keluarga. Tidak lama kemudian, Kanaya datang dengan mengenakan baju gamis berwarna hitam dan kerudung senada. Dia juga membawa sejumput bunga di tangannya."Jay," panggil Kanaya sambil tersenyum. Maryam menggelengkan kepalanya mendengar panggilan yang tidak pantas dari putrinya."Nak, panggil Mas," kata Maryam dengan tegas. "Tidak sopan jika kamu memanggil calon suamimu dengan nama seperti itu."Kanaya tersenyum malu dan berkata, "Maaf, Bu. Mas, ayo kita pergi."Jayden memberi salam kepada si kembar dan Ibu Maryam, "Jay, berangkat dulu Bu. Assalamualaikum,""Waalaikumsalam, hati-hati,"Keduanya pun berjalan keluar rumah, Hati ini Jay pergi menggunakan mobil agar Kanaya merasa nyaman.Perjalanan di dalam mobil terasa hening. Kanaya masih merasa sulit untuk mempercayai bahwa dia akan segera menikah. Jayden melirik sekilas ke arah Kanaya, ingin tahu lebih banyak tentang masa lalu Kanaya."Kalau boleh tahu, kemana mantan suamimu?" tanya Jayden dengan hati-hati."Gak ada," jawab Kanaya singkat."Kenapa gak ada?" tanya Jayden penasaran."Ya gak tahu," jawab Kanaya dengan sedikit ketidakpastian. Jayden memahami bahwa Kanaya mungkin belum siap untuk membicarakan hal itu, jadi dia tidak lagi mengajukan pertanyaan.Setelah beberapa waktu, mobil akhirnya tiba di depan Kantor Urusan Agama. Keduanya turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam gedung. Mereka menghabiskan sekitar 30 menit di dalam kantor tersebut, dan akhirnya Kanaya dan Jayden keluar dengan senyum bahagia di wajah mereka."Alhamdulillah, sekarang kita bisa fitting baju pengantin," ucap Jayden dengan penuh kegembiraan."Gak usah ya Jay_," kata Kanaya dengan sedikit keberatan."Kok Jay lagi? Mas dong," pungkas Jayden dengan nada bercanda.Kanaya menggelengkan kepala, "Geli tahu, manggil 'Mas' sama brondong.""Ngapain geli? Toh sama calon suami sendiri," jawab Jayden dengan senyum yang seketika membuat pipi Kanaya merona!"Tapi aku udah kayak tante-tante gatel deh, masa nikah sama brondong kayak gak ada cowok aja.""Cowok banyak, tapi jodohnya sama saya. Sudah gak usah dipikirkan," ucap Jayden meyakinkan."Ayo turun," ajak Jayden saat mobil akhirnya sampai di depan butik. Ternyata perjalanan hanya memakan waktu 10 menit.Mereka berdua turun dari mobil dan masuk ke dalam butik. Saat pintu terbuka, para karyawan menyambut kedatangan Jayden.Keduanya berjalan masuk ke dalam butik. pintu terbuka, dan beberapa karyawan menyapa Jayden dan Kanaya."Selamat pagi, Tuan Haris," sapa beberapa karyawan dengan sopan. Kanaya terdiam mendengar sapaan tersebut, terkejut dengan panggilan 'Tuan Haris'."Tolong kamu siapkan beberapa gaun untuk calon istri saya," perintah Jayden kepada para karyawan dengan tegas. Mereka mengangguk patuh dan membawa Kanaya untuk melihat koleksi gaun yang tersedia di butik tersebut.Sementara itu, Jayden duduk di sofa yang tidak jauh dari Kanaya. Pria tampan ini mengeluarkan ponselnya dan mu
Kanaya merasa hatinya teriris mendengar kata-kata Rayyan. Dia ingin menampar Rayyan, tapi dia tidak bisa. Dia hanya bisa menahan rasa sakit yang mendalam di hatinya.Hening beberapa saat.Jayden melirik Kanaya, rasa penyesalan menggelayut di wajahnya. "Maaf," ucapnya dengan suara serak. Kanaya hanya menundukkan kepalanya, bibir bawahnya digigitnya kuat-kuat untuk menahan tangis yang hampir pecah. Bahkan tangan Kanaya meremas tali tasnya dengan kuat, mencoba mencari pegangan."Maaf, atas semua kata yang menyakiti hatimu." ucap Jayden lagi, suaranya penuh penyesalan. "Jangan dengarkan apa yang dia katakan, karena yang menikah itu bukan dia tapi kita," lanjut Jayden, mencoba memberikan semangat pada Kanaya.Namun, Kanaya hanya tersenyum getir. Apakah Jayden tidak tahu betapa sakitnya hatinya? Apakah benar apa yang dikatakan Rayyan, bahwa Kanaya tidak pantas untuk pria sebaik Jayden?Dengan suara yang hampir tak terdengar, Kanaya berbisik, "Aku mohon, batalkan pernikahan ini." Ucapnya pe
Fatimah menggelengkan kepalanya, dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipi. 'Astagfirullah, Mas," ucap Fatimah, terkejut dengan apa yang terjadi. Fatimah tidak menyangka bahwa putra sulungnya bisa bicara se-kasar itu terhadap seorang wanita."Maaf," ucap Rayyan, merasa menyesal atas tindakannya."Ya Allah, Mas. Kenapa seperti ini?" tanya Fatimah kepada putra sulungnya dengan suara penuh kekecewaan. Fatimah tidak percaya bahwa putranya, yang seorang ustadz, bisa melakukan hal seperti ini. Dia merasa kecewa dengan apa yang terjadi. Dia bertanya-tanya, kemana ilmu agama yang selama ini diajarkan kepada putranya."Mati-matian sedari tadi Jay menahan sakit ini, Mas," sambung Fatimah, mengungkapkan rasa sakit hatinya melihat Jayden menderita."Bahkan rasanya Jay belum puas memukuli wajahmu!" tambah Jayden dengan nada yang penuh kebencian."Kamu tahu, wanita yang kamu sakiti itu adalah seorang ibu, Mas!" lanjut Jayden dengan suara yang penuh emosi. Setelah mengucapkan itu, Jayden ba
Di dalam kamar, si kembar saling berbisik satu sama lain dengan hati-hati. Mereka tahu betul bahwa pintu kamar mereka tidak kedap suara, sehingga suara mereka bisa terdengar keluar."Abang, apakah kamu melihat pria dewasa tadi sore?" tanya Kalisa dengan suara berbisik."Ya, Abang melihatnya, dek," jawab Keanu dengan suara yang sama pelan."Kok pria itu mirip sekali dengan Abang, terutama dari bola matanya," ucap Kalisa dengan rasa penasaran. Keanu tertawa mendengar ucapan adiknya."Adek, di dunia ini banyak orang yang mirip satu sama lain, loh," jawab Keanu dengan santai."Ish, Abang, aku serius nih. Apa jangan-jangan..." Kalisa belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika pintu kamar mereka tiba-tiba diketuk.Tok, tok, tok.Mendengar ketukan itu, Keanu bergegas menuju pintu dan membukanya. Pintu terbuka, dan tampaklah Kanaya berdiri di sana."Ayo, makan malam dulu, sayang," ajak Kanaya sambil tersenyum. Keanu mengangguk setuju, lalu memanggil adiknya."Kalisa, ayo dekat sini. Waktuny
Setelah acara pernikahan selesai, Kanaya mengajak Jayden untuk beristirahat di dalam kamarnya. Mereka berdua berada di dalam kamar, dengan Kanaya duduk di depan meja rias. "Apa mau saya bantu?" tawar Jayden saat melihat Kanaya kesulitan melepas singa pengantin yang terdapat di atas hijabnya. "Apakah tidak merepotkan?" tanya Kanaya dengan keraguan. "Tidak," jawab Jayden dengan tulus. Dia berjalan mendekati Kanaya, dan dengan lembut Jayden mengulurkan tangannya untuk membantu melepas aksesoris yang menempel di atas hijab Kanaya. "Cantik," ucap Jayden dengan penuh kagum saat melihat wajah istrinya melalui cermin. "Siapa?" tanya Kanaya dengan gugup. Jayden menunduk, dan dengan suara lembutnya dia berbisik di samping Kanaya, "Istriku." Wajah Kanaya langsung memerah, dan detak jantungnya berdegup kencang. Dia memalingkan wajahnya ke samping, mencoba menyembunyikan perasaannya. "Su-dah, Jay," ucap Kanaya dengan
Maaf, Bu, bolehkah saya mengetahui kejadiannya?" tanya Jayden lembut, menatap Maryam dengan penuh perhatian. Maryam menghela nafas panjang, berusaha mengumpulkan keberaniannya, lalu berkata, "Baiklah, Nak." ***Flashback on***Kembali pada tujuh tahun yang lalu, malam itu Maryam pergi membantu tetangganya yang hendak melahirkan. Dia meninggalkan Kanaya seorang diri di rumah. Hujan turun lebat saat itu, angin menerbangkan dedaunan dan menyapu permukaan jalan. Ketika Maryam mencoba menghubungi Kanaya, tak ada jawaban dari ponsel putrinya. Keesokan harinya, dengan wajah pucat dan rasa cemas menyelimuti hatinya, Maryam kembali ke rumah. Dia menemukan Kanaya yang penuh luka; pakaian yang acak-acakan, rambut yang berantakan, dan tangan yang memerah seperti bekas cengkraman yang kuat. Maryam mendekat, hatinya teriris melihat kondisi anaknya. Namun, saat Maryam hendak menyentuhnya, Kanaya kembali histeris, berteriak penuh ketakutan,
Allahu Akbar," ucap Jayden dengan takbir.Deg, jantung Kanaya berdegup kencang, darahnya berdesir hebat. Mendengar suara Jayden membuat hati Kanaya tenang."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Jayden."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Keanu, Kalisa, dan Kanaya.Kemudian mereka berdoa, Kalisa mengucapkan, "Ya Allah, terima kasih. Terima kasih sudah mendengarkan doa Kalisa. Akhirnya Kalisa punya ayah seperti teman-teman Kalisa, ya Allah.""Ya Allah, terima kasih sudah memberikan sosok ayah yang baik seperti Ayah Jayden. Keanu merasa tenang karena Bunda ada yang menjaga. Keanu berdoa semoga Allah melimpahkan kasih sayang dan rejeki bagi keluarga Keanu. Amin," ucap Keanu.Kanaya dan Jayden tertegun mendengar doa dari kedua anak kembar ini. Jayden bahkan tidak bisa menahan air matanya. Sungguh, Jayden merasakan betapa menderitanya kedua anak ini karena sering dihina dan merasakan penderitaan yang dialami
Di meja makan, sambil mengunyah lahap hidangan makan malam, Jayden sesekali mencuri pandang kepada putra sambungnya. Saat ia fokus menatap, ditemukannya kemiripan antara wajah dan bola mata Keanu dengan Abang Rayyan. "Gak mungkin, ini hanya kebetulan," gumam Jayden ragu-ragu, sambil berusaha meyakinkan diri. "Mas, kenapa?" tanya Kanaya penasaran, sekaligus menepuk pundak Jayden. Jayden tersentak kaget, namun segera meresapi jantung yang berdebar kencang. "Tidak apa-apa, Sayang," sahutnya tenang. "Mau ditambah sayurannya?" tawar Kanaya. "Tidak, Sayang. Ini sudah cukup," ucap Jayden, berusaha meredam curiga di benaknya. Mereka melanjutkan makan malam dengan khidmat, menyantap sajian yang tersaji. Jayden masih tertatih menyingkap tabir misteri tersebut, tetapi dia mengusir bayang-bayang tersebut demi menikmati kebersamaan bersama keluarganya.Rayyan terdiam dalam kamarnya, matanya jauh melihat ke luar jend