Share

Bab 05. Panggil Ayah

"Ya jelas bisa, kan aku yang melamarnya," jawab Jayden dengan percaya diri.

"Kerja? Umurnya berapa?" tanya Rayyan.

"Dia seorang janda dengan dua anak, namanya Kanaya, usianya 27 tahun," jawab Jayden.

"Kamu sehat kan, Dek?" tanya Rayyan, masih bingung dengan pilihan Jayden yang memilih seorang janda.

"Tentu saja, Mas. Kenapa tidak sehat? Sudahlah, Ibu, Ayah, Jay pamit pergi dulu, Assalamualaikum," ucap Jayden sambil menyapa satu persatu dengan salam.

"Bu, kok janda sih!" ujar Rayyan.

"Ray, biarkan saja. Yang penting adikmu bahagia, semoga pernikahannya langgeng hingga akhir hayat," kata Fatimah dengan bijak.

Jayden berpamitan kepada Fatimah dan Abdullah. Mereka yang melihat kepergian Jaydey berharap yang terbaik untuk Jayden dan Kanaya dalam perjalanan mereka menuju kehidupan baru yang penuh kebahagiaan. Terlepas status Kanaya yang terpenting keduanya bisa saling mencintai satu sama lain.

"Ya tapi tidak dengan janda juga apalagi memiliki anak, aduh ibu ayah ini bagaimana sih." Pekik Rayyan yang kemudian pergi dari sana.

Rayyan harus menghentikan ini, Rayyan tidak mau adiknya Jayden di manfaatkan oleh janda itu. status Janda buat Dayyan itu meresahkan pasti dia menjanda karena kegatekan dengan suami orang makanya suaminya meninggalkannya seperti itu.

****

Pagi ini, di kediaman Kanaya, ibu dua anak ini sibuk menyiapkan sarapan untuk si kembar. Keanu dan Kanaya terlihat cantik dan tampan setelah baru selesai mandi.

Dengan penuh semangat, keduanya berjalan masuk ke ruang makan dengan senyum manis di wajah mereka. Mereka menyapa Kanaya dengan penuh kasih sayang, serta nenek Maryam yang sudah menunggu di meja makan.

"Selamat pagi, bunda. Terima kasih sudah menyiapkan sarapan untuk kami," ucap Keanu dengan penuh rasa terima kasih.

"Selamat pagi, Nak. Sudah selesai mandi? Kalian berdua terlihat sangat cantik dan tampan," kata nenek Maryam dengan penuh kebahagiaan.

Keanu dan Kalisa tersenyum bahagia mendengar pujian dari nenek mereka. Mereka merasa sangat beruntung memiliki seorang nenek yang selalu memberikan dukungan dan cinta kepada mereka.

"Mari, duduklah dan nikmati sarapan pagi ini sayang," ucap Kanaya.

Saat mereka sedang asik menikmati sarapan pagi, bel rumah tiba-tiba berbunyi. Maryam dengan cepat berdiri dari meja makan.

"Kamu lanjutkan sarapan, biar ibu yang lihat siapa," ucap Maryam sambil tersenyum. Kanaya mengangguk setuju.

Maryam berjalan menuju pintu utama, dan ketika pintu terbuka, Jayden terlihat di sana. Wajahnya dipenuhi senyum.

"Assalamualaikum, Bu," sapa Jayden dengan sopan.

"Waalaikumsalam, Nak. Ayo masuk, kita sarapan bersama," ajak Maryam kepada Jayden dengan hangat.

"Tidak usah Bu, saya--" Jayden mencoba menolak, namun Maryam langsung memotongnya.

"Gak baik nolak rejeki, pamali," kata Maryam dengan tegas. Jayden tidak bisa berbuat apa-apa, akhirnya dia mengikuti Maryam masuk ke dalam rumah.

Sementara itu, di meja makan, si kembar mendengar langkah kaki dan menoleh ke arah pintu. Kedua mata mereka berbinar melihat Jayden ada di sana.

"Assalamualaikum," sapa Jayden dengan senyum.

"Waalaikumsalam, AYAH!" teriak Keanu dan Kalisa secara kompak, membuat Kanaya terkejut bukan main.

"Ayah?" beo Kanaya. Sejak kapan panggilan "Om" berubah menjadi "Ayah"?

Jayden melirik ke arah Kanaya yang masih mengenakan daster dan tidak lupa hijabnya, tersenyum gemas melihat wajah terkejut Kanaya.

Jayden duduk di tengah-tengah si kembar, sementara Kanaya duduk di sebelah kanan Keanu.

"Bunda," panggil Keanu. Kanaya menoleh ke arah adiknya.

"Ada apa, Abang?" tanya Kanaya. "Mau ditambah makanannya?" Keanu menggelengkan kepalanya.

"Makanan untuk ayah belum diambilkan, Bunda," ucap Keanu. Kanaya melihat ke arah piring Jayden yang masih kosong.

"Bang, manggilnya jangan 'ayah' ya, Nak. Panggil 'Om' aja," ucap Kanaya.

"Kenapa begitu, Bunda?" tanya Keanu. "Bukannya Om Jay akan menjadi ayah, Keanu?"

Kanaya meringis, merasa tidak enak kepada Jayden karena tanpa persetujuan, anak-anaknya sudah memanggilnya 'ayah'.

"Sudah tidak apa-apa, mereka bebas memanggil saya apa pun yang mereka suka," ucap Jayden dengan bijak.

Kanaya pun mengambil nasi goreng untuk Jayden. "Mau pakai ayam goreng atau--"

"Pakai kasih sayang juga boleh," ucap Jayden, membuat Maryam mengulum bibirnya menahan senyum. Sementara itu, si kembar terkikik geli melihat reaksi lucu dari bundanya yang memerah.

'Brondong ingusan,' rutuk Kanaya dalam hati. Sumpah demi apa, Kanaya merasa sangat malu.

"Loh, Bunda, kok mukanya memerah?" tanya Keanu dengan polosnya.

"Bunda mandi dulu," ucap Kanaya, lalu pergi dari tempat duduk dengan tergesa.

"BUNDA, BUKANNYA SUDAH MANDI?" teriak Kalisa dengan kaget.

"Bunda bau bawang, Adik," jawab Kanaya.

Brak!

Terdengar pintu kamar yang tertutup keras.

Sementara itu, Kanaya berada di dalam kamarnya, merenungkan kejadian tadi. Dia merasa malu dan tidak tahu bagaimana menghadapi Jayden setelah kejadian ini. 'benar-benar brondong satu ini meresahkan, Ya Allah'. Batin Kanaya.

Di ruang tamu, suasana riang dan canda terasa setelah insiden lucu tadi. Keanu dan Kanaya masih terkikik-kikik mengingat ekspresi malu bunda mereka. Maryam mencoba menenangkan situasi dengan berkata, "Sudah, sudah. Lanjutkan sarapan kalian."

Maryam memanggil Jayden, "Ayo, Nak Jayden, lanjutkan sarapanmu." Jayden mengangguk dan mulai menikmati sarapan paginya dengan lahap.

Di ruang tamu, suasana riang dan canda terasa setelah insiden lucu tadi. Keanu dan Kanaya masih terkikik-kikik mengingat ekspresi malu bunda mereka. Maryam mencoba menenangkan situasi dengan berkata, "Sudah, sudah. Lanjutkan sarapan kalian."

Maryam memanggil Jayden, "Ayo, Nak Jayden, lanjutkan sarapanmu." Jayden mengangguk dan mulai menikmati sarapan paginya dengan lahap.

Sambil menikmati makanannya, Jayden berkata, "Ini enak sekali, Bu. Terima kasih sudah membuatkan sarapan yang lezat." Maryam tersenyum bahagia mendengar pujian dari Jayden.

***

Setelah 30 menit berlalu, Jayden dan si kembar berkumpul di ruang keluarga. Tidak lama kemudian, Kanaya datang dengan mengenakan baju gamis berwarna hitam dan kerudung senada. Dia juga membawa sejumput bunga di tangannya.

"Jay," panggil Kanaya sambil tersenyum. Maryam menggelengkan kepalanya mendengar panggilan yang tidak pantas dari putrinya.

"Nak, panggil Mas," kata Maryam dengan tegas. "Tidak sopan jika kamu memanggil calon suamimu dengan nama seperti itu."

Kanaya tersenyum malu dan berkata, "Maaf, Bu. Mas, ayo kita pergi."

Jayden memberi salam kepada si kembar dan Ibu Maryam, "Jay, berangkat dulu Bu. Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, hati-hati,"

Keduanya pun berjalan keluar rumah, Hati ini Jay pergi menggunakan mobil agar Kanaya merasa nyaman.

Perjalanan di dalam mobil terasa hening. Kanaya masih merasa sulit untuk mempercayai bahwa dia akan segera menikah. Jayden melirik sekilas ke arah Kanaya, ingin tahu lebih banyak tentang masa lalu Kanaya.

"Kalau boleh tahu, kemana mantan suamimu?" tanya Jayden dengan hati-hati.

"Gak ada," jawab Kanaya singkat.

"Kenapa gak ada?" tanya Jayden penasaran.

"Ya gak tahu," jawab Kanaya dengan sedikit ketidakpastian. Jayden memahami bahwa Kanaya mungkin belum siap untuk membicarakan hal itu, jadi dia tidak lagi mengajukan pertanyaan.

Setelah beberapa waktu, mobil akhirnya tiba di depan Kantor Urusan Agama. Keduanya turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam gedung. Mereka menghabiskan sekitar 30 menit di dalam kantor tersebut, dan akhirnya Kanaya dan Jayden keluar dengan senyum bahagia di wajah mereka.

"Alhamdulillah, sekarang kita bisa fitting baju pengantin," ucap Jayden dengan penuh kegembiraan.

"Gak usah ya Jay_," kata Kanaya dengan sedikit keberatan.

"Kok Jay lagi? Mas dong," pungkas Jayden dengan nada bercanda.

Kanaya menggelengkan kepala, "Geli tahu, manggil 'Mas' sama brondong."

"Ngapain geli? Toh sama calon suami sendiri," jawab Jayden dengan senyum yang seketika membuat pipi Kanaya merona!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status