Share

BABU MILYARDER
BABU MILYARDER
Author: Henya Firmansyah

Mertua Dzolim

BABU MILYARDER_1

#Pembalasan_mantan_TKW_

Mertua dzolim

"Hoahahahahaha hoahahahahaha"

“Akhirnya anakku bercerai Juga dengan si buluk itu!”

Tawa gembira mantan mertua memenuhi ruang sidang perceraian ini. Nur memandangnya jijik, mulutnya menganga lebar gigi tonggosnya kelihatan semua, hiih dasar Mertua dzolim!

Berjalan keluar ruang sidang dengan gontai. Suami menceraikan gegara hasutan Mertua dan adik ipar Perempuanku. Nur duduk dibangku koridor pengadilan dengan linglung tak tahu harus kemana.

“Syukurlah Bud, kamu sudah menceraikan istrimu yang tak berguna itu!”

Mantan ibu mertua, mantan suami dan mantan adik ipar berhenti di depannya, sepertinya mereka sengaja mau menghina!

“Iya mas Bud, coba lihat penampilannya, sudah jelek, bajunya lusuh, sepatunya bau, untung sudah dibuang, hahaha.”

Melihat penampilan sendiri memang buruk! Baju kaos lengan panjang lusuh, celana jins yang sudah pudar warnanya, kerudung paris tipis dan sepatu sendal buluk!

Mantan suami memandang Nur sinis, sepertinya dia jijik. Nur menunduk malu.

“Ngaca!”bentakan mantan suami mengagetkan Nur yang memandang dengan menghiba.

“Mas ...,"panggil perempuan lugu itu dengan tersendat.

“Apa Mas, Mes, he? Kamu itu sudah dicerai sama Budi! Sekarang minggat sana yang jauh, hussh!!”

Mantan ibu mertua mengibaskan tangan mengusir, lalu mereka bertiga berjalan dengan angkuh meninggalkan Nur.

“Mas, tunggu,”

 Nur mengejar mereka hingga berhenti, dan menatapnya.

“Ada apa, buluk?” tanya mantan mertua.

“Mas, aku mau minta harta gono-gini,” kata Nur memelas.

Nur menarik lengan kemeja mas Budi tapi, segera dia menepisnya dengan kasar.

“Jangan pegang pegang!” hardiknya mendelik.

“Heh?! Gono gini opo?? Kamu itu punya apa Nur? Kamu itu miskin ngaku-ngaku punya Gono gini hoahahahahaha.”kembali Nur ditertawakan.

Nada tawa mantan ibu mertua serasa penghinaan di telinga Nur!

“Tapi Bu, yang bangun rumah itu kan pakai duitku," memandang mereka.

“Duitmu dari mana? Ngimpi whooy, bangun whooy! tidurmu kemiringan Nur!” mantan Mertua berteriak seperti kesurupan.

Lela, adik mas Budi mendorong Nur sampai terhuyung. Berani sekali dia sekarang.

"Mas, bilang sama mereka, dulu waktu aku jadi TKW diHongkong aku selalu kirim uang padamu buat bangun rumah? Bilang mas!” Nur berseru pada Mas Budi.

Mengguncang guncang lengan mas Budi hingga tubuhnya bergerak-gerak, Mas Budi diam saja tapi, matanya melotot.

“Buktinya mana Nur, buktinya? Jangan asal ngomong kamu! Itu tanah milikku, yang membangun rumah Budi. Kamu itu upil Nur, kere tau!" Mantan Mertua menoyor kepala Nur. Keterlaluan!

Nur menelan ludah, "benar benar kesal aku pada mereka!" Dada Nur sampai naik turun menahan  marah denger hinaan mereka.

“Sudah, sudah! kita tinggalkan saja si buluk ini. Ayo!”

Ibu mertua memonyongkan bibir kemudian memerotkannya kesamping, meledek! "Huh tambah jelek saja mukanya!" Mereka bertiga menaiki mobil Ava***, kemudian menghilang di jalan raya.

Menatap mereka dengan pandangan penuh dendam, Nur bersumpah "akan kubalas mereka nanti!"

Mau kemana lagi Nur tidak punya tujuan. Duit di kantong cuma ada dua ribu perak, buat pulang kampung juga nggak cukup. Hp juga nggak punya lagi! Bakalan jadi gelandangan ini, pikirnya.

Merutuki nasib sendiri, enam tahun bekerja di negeri orang Nur selalu berhemat, menahan keinginan yang macam macam, meskipun tinggal di Hongkong. Penampilan sederhana, tidak seperti teman-temannya yang berpenampilan seperti artis Hongkong yang keren dan modis.

Bukannya tidak bisa ikut ikutan ngartis pake celana hotpants, stoking jala sama tanktop, tapi Nur sadar diri ke Hongkong untuk memperbaiki nasib, pingin punya rumah bagus dan mencarikan modal suami untuk buka usaha. Jadi mengirimkan semua gaji ke suaminya, mas Budi.

Sekarang aja Nur sudah nggak punya uang diceraikan! Dasar suami dan mertua nggak ada akhlaq! Ingin rasanya Nur membuldoser rumah itu, seperti kisah kisah viral di F* 'mantan TKW meratakan rumahnya dengan buldozer gegara lakinya selingkuh' Tapi gimana mau nyewa buldozer? Sekarang aja uangnya cuma dua rebu? Nasib.

Tiiiiiiin.. (suara klakson mobil)

Sebuah mobil hitam besar berada dalam jarak kurang dari lima meter melaju kearah Nur! "Gusti Allah, aku mau ketabrak mobil!" Kaki Nur langsung gemetaran, nggak bisa diangkat saking gugupnya. Nur pasrah saja, dan berjongkok sambil menutup wajah dengan kedua tangan.

Dciiiiiiiit ( suara rem mobil )

Duk!

"Aaaaaaa!"

Benda hitam itu menubruk Nur hingga rasanya seperti melayang dan terpental, sedetik kemudian, semuanya gelap! Nur mati??

Tidak Nur belum mau mati!

Membuka mata, samar-samar Nur lihat seorang perempuan berbaju putih putih. Itu pasti suster.

“Suster, aku ada di mana?”

“Sudah sadar, Nona?”

Perempuan berbaju putih yang disapa suster itu tersenyum. Nur berusaha mengumpulkan ingatan. "Aku tadi tertabrak mobil ya? Ah iya aku ingat!"

 Nur berusaha bangun dari tempat tidur. Ini rumah sakit, pikirnya. "aku harus segera pergi, aku tidak punya uang untuk membayarnya!" Uuuh, Nur melenguh pelan, badannya masih gemetaran semua.

“Nona mau kemana? Anda syok istrirahat dulu."

Suster itu membantu Nur berbaring.

“Tapi sus, saya nggak punya uang buat bayar biayanya,” Nur mulai terisak, takut.

“Tenang saja Nona, seseorang sudah menyelesaikan pembayaran, sebentar, saya panggilkan.”

Suster itu berjalan keluar. Tak lama seorang pemuda tampan memasuki kamar ini. Dia berkemeja biru, berdasi seperti orang kantoran, kulitnya putih, badan berisi dan tinggi.

“S_siapa kamu?” tanya Nur takut- takut.

“Mbaknya ini pembantu dimana biar saya antar pulang,” kata pemuda itu.

“A_aku bukan pembantu." Geleng Nur.

“Oh, kalau gitu mbaknya kerja kerja di warteg mana biar saya antar?”pemuda tampan itu masih asal menebak membuat Nur bete.

“Aku juga bukan tukang warteg” jawab Nur cemberut.

"Ngawur aja ni orang, nuduh aku pembantu sama tukang warteg. Nggak ada yang lebih keren apa? aku menatapnya curiga. Pasti dia ...,

“Masnya yang nabrak saya, ya?” Tuduh Nur dengan mata membulat.

Pemuda tampan itu menoleh, wajahnya kesal.

“Bukan saya yang salah, mbaknya yang meleng, melamun. Mbaknya yang nabrak mobil saya!” katanya kesal.

“Mana bisa begitu? Kalau saya yang nabrak mobil bunuh diri dong!" Nur nggak terima.

“kali aja situ mau bunuh diri mbak, nyebrang jalan nggak tengak tengok. Udah sekarang aku antar kemana mbak?”

“Aku nggak punya rumah,” jawab Nur pelan.

“Terserah mbaknya lah, aku mau balik ke kantor!” cemberut.

Pemuda itu mendekati tempat tidur, lalu menaruh beberapa lembar uang berwarna merah.

“Ini mbak, tolong diterima. Kalau masih ada yang sakit, uang ini bisa buat biaya kontrol," katanya.

Setelah selesai, pemuda itu pergi meninggalkan Nur. Mengambil uang pemberian, Nur bersyukur, "Alhamdulillah, ternyata Allah memberiku rejeki lewat tertabrak mobil dulu. Untung aku Gapapa." Nur menghitung uang di tangan, jumlahnya satu juta. "Hmmm baik hati juga tu si mas ganteng hehehe,"

Dengan terseok-seok, Nur berjalan keluar dari rumah sakit. "Aku mau ke mana lagi?" Nur berjalan hingga sampai di sebuah halte. Duduk disitu lama, hari semakin sore, Nur berpikir harus segera menemukan tempat tinggal.

Nur menoleh kesana kemari, "rupanya aku berada di ruas jalan protokol." Nur menghela nafas pikirannya satu,harus segera dapat tempat tinggal.

Nur menatap ke seberang jalan, ada terlihat banyak karangan bunga di sana, rupanya ada sebuah kantor baru buka di sana. "Siapa tahu ada pekerjaan? Lebih baik aku ke sana." Segera Nur menyeberang jalan menuju kantor baru itu.

Rupanya ini sebuah dealer mobil merk terkenal dengan bengkel resmi dan penjualan suku cadangnya. Pantesan besar sekali.

“Permisi Pak satpam, ada lowongan pekerjaan?” tanya Nur pada Satpam yang jaga di kandang monyet.

Satpam itu melihat penampilan Nur yang lusuh dari bawah sampai atas. "Apa dia sedang mengagumiku?" Pikir Nur bodoh.

“Apaan ngeliatin begitu pak?” mata Nur melebar, dia curiga satpam itu naksir dirinya, "huh! Mana mau aku?"

“Mbaknya mau kerja apa? Gak bawa lamaran, bajunya kotor!” Satpam itu melotot. Menunjuk baju lusuh yang dipakai Nur.

“B_bersih-bersih bisa pak,” jawab Nur sambil mengelap kausnya yang kotor karena terjatuh waktu ditabrak mobil tadi.

“Sebentar,”Satpam galak itu menelepon seseorang.

“Ayo, mbak ikut saya!” ajaknya sambil keluar dari kandang monyet.

Nur mengangguk dan berjalan di belakang satpam itu masuk ke ruangan kantor.

“Ini Bu, orangnya.”

Satpam membawa Nur kepada seorang perempuan cantik di dalam kantor. Ibu itu mengangguk dan menyuruh Pak satpam pergi.

“Namanya siapa, Mbak?”tanyanya ramah.

“Nuriah, Bu”

“Baik mbak, Nuriah, kami butuh orang untuk kerja sebagai cleaning service secepatnya. Mbak Nuriah bisa kerja mulai besok pagi. Masuk jam tujuh, ya?” melihat pada Nur.

Nur langsung mengangguk, senyum seketika mengembang di bibirnya. "Yeey! aku dapat kerjaan!"

“Mengenai tehnisnya besok biar di jelaskan oleh staff HRD, ya, makasih silahkan keluar.”

"Alhamdulillah dapat kerjaan." Nur bersyukur. "Lihatlah mas Budi dan mertuaku yang dzalim, aku tidak jadi gembel meski kau ceraikan dan kau usir dari rumah!" Darah Nur mendidih kalau ingat perlakuan mereka. "Tunggu pembalasanku, Mak lampir!"

Setelah ngobrol dengan pak satpam, akhirnya Nur diberi alamat kost-kostan yang dekat dengan kantor ini.

Bersambung

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Muda Wamah
mf thor.jgn kandang monyet lah.kasihan Ms orang satpam di blg monyet
goodnovel comment avatar
Mayk Tjung
bagus ceritanya. tolong tambahkan koinnya
goodnovel comment avatar
Mochammad nur Alfian
Bagus alur ceritanya saya sangat suka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status