Share

BAB 6: Pesan Singkat Dari Vino

Cinta terkadang mampu membuat sesuatu yang tidak wajar menjadi biasa. Pemakluman dan harapan terus tersemat pada orang-orang yang bertahan atas nama cinta. Mungkin bagi sebagian orang berharap berlebihan itu terlihat bodoh, tapi tidak pagi pecinta. Cinta telah menduduki tahta tertinggi hingga mengalahkan logika.

Latar belakang keluarga yang harmonis, bertutur kata sopan, membuat Kiara masih belum terbiasa dengan kalimat-kalimat kasar Dirga, meski usia pernikahan mereka sudah tujuh tahun. Kiara masih kerap merasakan nyeri di hati, bila Dirga mengeluarkan sumpah serapah padanya. Pemakluman, Kiara terus memaklumi segala sikap Dirga tanpa berhenti berdoa agar suaminya berubah, berkata sopan.

Amel menatap ayahnya yang bersandar di sofa. Tangan kecil Amel mengusap paha sang ayah. Gadis ini pun tau bahwa ayahnya sedang tidak baik. Untuk itu dia pun mengurungkan niat untuk mengatakan inginnya.

Dirga masih terpejam, ada suara dengkuran kecil terdengar. Kiara menghampiri putri kecilnya yang masih menatap sang ayah.

"Papa cape deh kayaknya, Ma," ucap Amel saat Kiara duduk di sampingnya.

Kiara mengangguk, mengelus rambut hitam putrinya.

"Besok aja, deh Amel bilang ke papa," tambahnya lagi.

Kiara mengangguk. Dia bersyukur, Tuhan menitipkan seorang anak yang peka. Gadis kecil itu mampu membaca situasi, bahwa saat ini kondisi ayahnya sedang tidak baik. Maka dia mengurungkan niatnya untuk mengutarakan keinginannya untuk liburan.

Malam telah menghias langit. Setelah makan dan belajar, Kiara mengantar Amel ke kamar, menyuruhnya untuk tidur. Amel mengikuti perintah ibunya. Gadis kecil itu belum bicara dengan sang ayah.

Dirga telah terjaga, dia masih mengenakan pakaian yang sama. Tangannya sibuk menekan layar ponsel. Lelaki itu menggeleng saat ditawari makan malam oleh Kiara. Dirga begitu fokus pada gadgetnya. Kiara ingin bertanya, namun rona wajah lelaki dengan alis yang tebal itu terlihat tidak baik. 

"Aku tidur duluan, ya, Mas. Makan malam sudah aku siapkan di meja. Mas jangan lupa makan," ucap Kiara hati-hati, takut memancing emosi suaminya.

Dirga mengangguk tanpa mengalihkan fokus pada layar ponseln. Kiara menghembuskan nafas pelan, kesal karena diabaikan. Kiara berlalu, meninggalkan Dirga sendirian.

Di dalam kamarnya, Kiara sibuk menerka-nerka tentang apa yang terjadi pada suaminya. Mengapa dia mengabaikan Amel, biasanya selalu ada perbincangan menjelang tidur antara Dirga dan Amel. Namun, malam ini Dirga tak melakukannya.

Suara kesiur angin sayup terdengar dari jendela, sesekali suara jangkrik pun mengikuti. Kiara terjaga dari tidurnya, jam di dinding kamar menunjukkan pukul tiga kurang sepuluh menit. Dia tidak mendapati sang suami di kamar. Wanita yang memiliki tinggi 165 cm itu keluar kamar, mencari keberadaan Dirga.

Di ruang tamu, di atas sofa yang sama, Dirga tertidur dengan posisi meringkuk. Kiara membangunkan sang suami, memanggil dan menggoyangkan tubuhnya. Akan tetapi lelaki itu hanya menggeliat, memutar badan, dan kembali tidur. Kiara mengurungkan niat untuk meminta suaminya pindah ke kamar.

Ponsel Dirga tergeletak di atas meja, ada angka 8% di samping logo baterai. Ketika Kiara hendak mengisi daya, ponsel masih ada pada sebuah aplikasi, dia mendapati sebuah pesan dari pengirim yang diberi nama Vino. Kiara menautkan alisnya, berpikir, nama kontak yang tertera Vino, tetapi profil picture-nya seorang wanita. Dengan hati yang gusar, Kiara membuka riwayat chat. Namun, layar itu hanya meninggalkan satu jejak chat, 'ya udah. Aku juga mau tidur.'

Kepala Kiara berpikir, menduga-duga, apa isi chat sebelumnya. Rasanya tidak mungkin dua orang lelaki chatting dengan bahasa seperti itu. Ketika isi kepala Kiara sibuk dengan banyak pertanyaan, hatinya berkata, 'tidak ada yang salah kok dengan isi chat itu.'

Entah hati jenis apa yang dimiliki Kiara, dia selalu berpikir positif untuk segala hal yang dilakukan Dirga. Bahkan dulu, ketika Dirga sering berjudi pun, Kiara selalu memberi pemakluman. Bagi Kiara, dia tidak bisa merubah Dirga. Jika Dirga ingin berubah, biarlah itu tumbuh dalam dirinya sendiri. 

***

Pagi hari, seperti biasanya, Kiara mempersiapkan keperluan Dirga. Lelaki itu telah rapi dengan kemeja abu-abunya, parfum pun dia semprotkan ke beberapa bagian tubuhnya. Kiara mengerutkan kening, menatap heran tingkah san suami yang tersenyum saat melihat layar ponsel.

"Ada apa sich, Mas?" tanya Kiara penasaran.

"Apanya?" Dirga balik bertanya.

"Kamu senyum-senyum sendiri," jawab Kiara.

"Oh… ini, ada meme lucu yang dikirim di grup," jelas Dirga.

Kiara mengangguk. "Oh… Kirain."

Dirga menatap istrinya heran, "Kirain apa?" 

"Ga apa-apa, Mas. Udah, lupain aja." Kiara mengibas tangannya. Kemudian mengajak Dirga untuk segera sarapan.

Dirga mengiringi langkah Kiara sambil tangannya tak henti membalas chat. Kiara masih penasaran, tidak biasanya sang suami begini. Selama ini Dirga hanya melayani chat yang dirasa perlu, dia tidak suka terlibat dalam chat grup yang isinya didominasi oleh senda gurau. Namun kali ini, dia seperti abege yang sedang kasmaran, senyum-senyum saat membalas chat. Apakah mungkin itu hanya chat grup. Atau mungkin ini ada kaitannya dengan pesan singkat yang dikirim oleh Vino. Kiara terus membatin sambil tetap memperhatikan tingkah Dirga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status