Share

4

Penulis: JeremiaCh
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-17 19:33:11

“Sudah, sudah! Tidak perlu dibicarakan lagi mengenai siapa ayah dari anakmu dalam kandunganmu itu.”

“Jika memang anak itu adalah hasil buah madumu dengan putraku Luke, maka aku sebagai ibu dari Luke meminta dengan sangat kepadamu, tolong jangan libatkan anakku Luke dengan kandunganmu itu.”

Mendengar ucapan nyonya Margareth, Veren hanya bisa meremas jari jemarinya yang disembunyikan dibalik meja. Mencoba untuk menahan rasa sakit yang kini menggeliat dalam hatinya.

“Sebagai ibu dari Luke tentu aku tidak akan lari dari tanggung jawab. Dan suamiku juga demikian, kami telah bersepakat untuk memberikan uang tambahan kepadamu sebesar dua miliar, dengan dua catatan yang harus selalu kamu ingat.”

“Pertama, silahkan kamu hilangkan janin dalam kandunganmu itu, jika kamu tidak mau terbebani. Mengingat nama baikmu yang akan rusak, begitu dengan keluargamu yang akan menjadi gosip para tetangga.”

“Dan yang kedua, jika kamu memang tidak mau menggugurkan anak itu dan ingin menepati perkataanmu barusan yang bisa membiayai kebutuhan anak itu tanpa Luke, maka tolong jangan sampai di kemudian hari kamu datang untuk menuntut pertanggung jawaban dari Luke.”

“Karena urusan kamu dengan Luke, akan diselesaikan dengan uang sebesar dua miliar yang akan kami berikan kepadamu. Apakah kamu paham?”

Tubuh Veren gemetar, seakan goyah dengan semua ucapan yang keluar dari mulut nyonya Margareth. Namun, dia tetap menguatkan hati dan berharap akan segera pergi dari tempat itu.

Sekali lagi, Veren menegaskan jika dia tidak perduli dengan uang yang dimiliki oleh keluarga Luke. Tak perduli dengan pertanggungjawaban dari Luke, setelah rasa sakit yang harus dia alami.

Mata Veren perlahan berkaca-kaca, berusaha menahan sakit yang menggerogoti hati setiap perkataan yang menyakitkan dari nyonya Margareth menyentak telinganya.

Ia menggigit bibir bawah, menarik nafas panjang, dan menegakkan punggung seolah menguatkan diri. Tanpa sepatah kata lagi, Veren berdiri dan bersiap untuk melangkah pergi, meninggalkan bisik-bisik dan tatapan dingin yang menyayat, berharap hatinya bisa berhenti terluka dan Luke tak lagi diharapkan untuk bertanggung jawab atas kandungannya saat ini.

Namun tiba-tiba, nyonya Margareth berdiri dengan langkah cepat, wajahnya memancarkan kemarahan. Ia langsung melangkah ke sisi Veren, meraih salah satu satu lengannya, lalu meremasnya dengan erat yang membuat Veren mengerang kesakitan.

“Aduh, lepas, nyonya!” Suara Veren tercekik, sambil mencoba melepaskan diri dari genggaman yang mengekang itu.

Sedangkan nyonya Margareth dengan suara pelan namun menusuk sampai ke hati, meminta kepada Veren untuk kembali duduk dan tidak pergi begitu saja.

“Jangan anggap aku orang lain, yang dengan sesuka hatimu meninggalkan pembicaraan yang belum selesai! Aku mau kamu menegaskan kembali perkataanmu tadi, jika kamu tidak akan menggangu Luke dan meminta pertanggungjawaban atas kandunganmu itu.”

Suaranya nyonya Margareth meluncur cepat, menusuk telinga Veren seperti pisau tajam yang mengiris rasa sakit di dalam dadanya.

Veren menggigil, matanya membelalak melihat raut wajah nyonya Margaret yang dingin dan penuh kemarahan. Jantungnya berdetak tak menentu, seolah tahu ada badai amarah yang akan menghantamnya kapan saja jika dia telah melangkah untuk pergi.

Tindakan nyonya Margareth terhadap Veren, sejenak menarik perhatian dari para tamu restaurant. Namun, semua kembali kondusif setelah beberapa pengawal pribadi mengarahkan kembali para tamu untuk fokus terhadap aktivitas mereka masing-masing dengan senyuman yang penuh arti.

“Nyonya Margareth, aku berjanji tidak akan mengganggu Luke lagi. Dan aku tidak akan menuntut pertanggung jawaban dari Luke atas kehamilanku ini. Aku akan mengurus anak ini nanti tanpa melibatkan Luke dan keluarga Perez Giani.”

Ucapan itu terdengar tegas, terlontar dari bibir manis Veren, meski dari hati yang tersayat. Seakan tak percaya jika dia akan diperhadapkan dengan situasi seperti ini, akibat menaruh perasaan yang mendalam terhadap seorang pria.

Berbeda dengan nyonya Margareth, yang dengan sikap angkuh memancarkan seringai atas jawaban yang diberikan oleh Veren. Nyonya Margareth merasa jika kali ini masalah dengan Veren benar-benar teratasi.

Begitu juga dengan ke empat sahabatnya yang merasa lega mendengar jawaban dari Veren, karena salah seorang dari mereka turut merekam pengakuan yang Veren ucapkan untuk tidak mengganggu Luke lagi, dan tidak akan melibatkan Luke atas kehamilannya.

Namun tiba-tiba, mereka semua dilanda kepanikan tatkala Veren yang tak tahan lagi dengan tekanan yang dirinya alami, sehingga pada akhirnya rebah dipundak nyonya Margareth.

“Hei Veren, kamu kenapa?” tanya nyonya Margaret yang dilanda kepanikan.

Ke empat sahabat nyonya Margaret turut dilanda kepanikan, takut jika sesuatu yang buruk terjadi kepada Veren. Apa lagi kini begitu banyak pasang mata kembali terarah menatap mereka.

Tak mau jika orang-orang akan merekam kepanikan yang melanda nyonya Margaret, Lidya dengan gerak cepat segera memberikan perintah kepada para pengawal untuk membawa Veren ke rumah sakit terdekat.

Nyonya Margaret hanya terdiam dengan mata yang melebar, menatap beberapa orang yang merekam ke arah mereka. Seakan aksi orang-orang itu bak semua ancaman besar terhadap keluarga Perez Giani.

Beberapa saat kemudian, Veren terbaring lemah di ranjang rumah sakit, masih tampak pucat setelah sempat tak sadarkan diri di pundak nyonya Margaret.

Di sisi ranjang, kedua sahabatnya menatap Veren dengan penuh kesedihan. Bahkan, mereka mengepalkan tinju demi melampiaskan amarah terhadap nyonya Margaret. Karena bagi Ella dan Prily, nyonya Margaretlah yang menjadi penyebab Veren masuk ke rumah sakit.

Tak lama kemudian, ibunya dan adiknya datang tergopoh-gopoh, wajah mereka penuh kepanikan bercampur haru saat melihat Veren yang terbangun rapuh. “Kok bisa tiba-tiba begin ya, nak? Kamu sakit apa sebenarnya?” tanya ibu Veren dengan rasa penasaran, sambil menggenggam tangan Veren erat-erat, takut melepaskan sedikitpun.

Karena selama ini, ibu Sintia tentu sangat tahu jika anaknya Veren adalah wanita yang kuat dan tidak pernah di rawat di rumah sakit. Namun, seakan tak percaya mendengar informasi dari Ella dan Prily jika Veren tiba-tiba pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.

Veren menatap erat ibu dan adiknya, merasa tak tega jika harus memberitahukan perihal kehamilannya di luar nikah. Sejenak, pandangannya terarah menatap kedua sahabatnya, seakan meminta kedua sahabatnya itu untuk peka membantu dirinya mencari alasan yang tepat, takut jika penyakit jantung ibunya akan kambuh setelah mengetahui kehamilannya saat ini.

Ella dan Prilly saling bertukar pandang, keduanya tahu bahwa tatapan yang dilemparkan oleh Veren bukan sekadar tatapan biasa. Tetapi sebuah kode untuk meminta bantuan kepada mereka berdua, agar dapat memberikan alasan tepat kepada ibunya sehubungan dengan dirinya yang di rawat di rumah sakit, supaya kehamilannya tidak akan terbongkar.

Namun, tepat ketika kedua sahabatnya bergegas menghampiri ibunya, langkah mereka terhenti oleh dokter dan dua perawat yang masuk ke ruangan. Dokter tersenyum lembut, suaranya pelan namun tegas.

“Ibu Veren, kondisi kandungan ibu Veren sedikit rawan. Mohon jaga kesehatannya dengan baik agar janin tidak mengalami keguguran.”

Nyonya Sintia terhenyak. Matanya membelalak, dadanya sesak hingga tangannya dengan cepat menggenggam erat di dada seolah mencoba menahan gelombang panik yang datang tiba-tiba.

Tatapannya tajam beralih ke Veren, penuh campur aduk antara ketakutan dan kekhawatiran. Namun lebih dari pada itu, mata nyonya Sintia yang melotot seakan tak percaya dengan ucapan dari sang dokter, jika salah satu putri tercintanya itu telah hamil di luar nikah.

Veren menatap ibunya dengan mata membelalak saat melihat nafas ibunya yang tersengal-sengal. Tangan ibunya menggenggam dada seolah menahan sesak yang tiba-tiba melanda, tubuhnya mulai melemah lalu kemudian ambruk.

“Mama, dokter tolong mama saya dokter!” pinta Veren dengan wajah yang panik.

Velove sang adik langsung bergerak untuk menolong ibunya yang kini terkapar di lantai. Semua orang benar-benar terkejut melihat ibu Sintia yang tiba-tiba tak sadarkan diri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BALAS DENDAM Menantu Dua Miliar   5

    “Kak, apa benar perkataan dari dokter bahwa kakak telah hamil di luar nikah?”Tatapan Velove menajam, ingin memastikan kebenaran kehamilan sang kakak setelah ibu mereka mendapatkan perawatan medis.Velove masih tak percaya jika Veren kakaknya telah hamil diluar nikah. Ketidakpercayaannya itu berkaitan dengan sifat Veren kakaknya yang tidak pernah terlibat dengan pergaulan bebas, bahkan tak pernah sekalipun terlihat oleh Velove, jika kakaknya menjalin hubungan dengan seorang pria.Sehingga sulit bagi Velove untuk percaya dengan perkataan yang dilontarkan oleh sang dokter.Namun, ekspresi melotot Velove seketika berubah saat Veren yang menitihkan air mata sembari menundukan kepala.“Maafkan kakak Velove … kakak benar-benar telah mengecewakan kamu sama mama.”“Kakak janji akan …”Veren yang belum menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba langsung dihentikan oleh Velove yang kini semakin diladan emosi, atas pengakuan kakaknya yang benar telah mengandung di luar nikah.Tatapannya semakin tajam, d

  • BALAS DENDAM Menantu Dua Miliar   4

    “Sudah, sudah! Tidak perlu dibicarakan lagi mengenai siapa ayah dari anakmu dalam kandunganmu itu.”“Jika memang anak itu adalah hasil buah madumu dengan putraku Luke, maka aku sebagai ibu dari Luke meminta dengan sangat kepadamu, tolong jangan libatkan anakku Luke dengan kandunganmu itu.”Mendengar ucapan nyonya Margareth, Veren hanya bisa meremas jari jemarinya yang disembunyikan dibalik meja. Mencoba untuk menahan rasa sakit yang kini menggeliat dalam hatinya.“Sebagai ibu dari Luke tentu aku tidak akan lari dari tanggung jawab. Dan suamiku juga demikian, kami telah bersepakat untuk memberikan uang tambahan kepadamu sebesar dua miliar, dengan dua catatan yang harus selalu kamu ingat.”“Pertama, silahkan kamu hilangkan janin dalam kandunganmu itu, jika kamu tidak mau terbebani. Mengingat nama baikmu yang akan rusak, begitu dengan keluargamu yang akan menjadi gosip para tetangga.”“Dan yang kedua, jika kamu memang tidak mau menggugurkan anak itu dan ingin menepati perkataanmu barusan

  • BALAS DENDAM Menantu Dua Miliar   3

    Di tengah kegiatan perkuliahan yang sedang berlangsung, Veren harus kembali di landa sakit hati yang sangat menusuk hatinya.Hal itu berkaitan dengan pesan whatsup yang dikirimkan oleh Lidya, assisten dari tuan Robin. Pesan itu berkaitan dengan perintah dari tuan Robin, yang memberikan perintah kepada Lidya untuk menaikan nominal yang harus diberikan kepada Veren agar mau menggugurkan anak dalam kandungannya.Veren meremas pena digenggamannya, sebagai upaya untuk melampiaskan emosi setelah menerima pesan yang kembali menyayat hatinya.“Apakah bagi mereka jika nyawa seseorang hanya sebuah permainan?” gumam Veren yang tak lagi konsen dengan materi perkuliahan.Beberapa saat setelah kelas usai, Veren buru-buru mengemasi tasnya dengan tangan gemetar.Dia menoleh sejenak ke arah dua sahabatnya yang masih duduk santai di bangku. “Gue pamit dulu ya, ada yang harus gue temuin,” ujarnya cepat tanpa sempat menunggu respon dari kedua sahabatnya.Wajahnya tampak serius, matanya berkilat menahan g

  • BALAS DENDAM Menantu Dua Miliar   2

    “Apakah wanita itu sudah menyetujui permintaan dariku?” Tuan Robin yang merupakan ayah Luke, mencoba mencari tahu perihal perkembangan dari perintah yang dirinya berikan kepada salah satu bawahannya untuk meminta Veren menggugurkan anak dalam kandungannya.“Maaf pak, wanita itu masih dalam perjalanan. Aku baru saja memastikan hal itu dengan menghubungi wanita yang bernama Veren itu barusan.” jawab Lidya, sang assisten yang ditugaskan.“Baiklah… Lakukan seperti sebelumnya. Aku tidak mau hal ini menjadi boomerang dalam pencalonanku nantinya.” Setelah berkata demikian, tuan Robin segera menutup panggilan telepon.Sedangkan Lidya kembali menyesap teh yang dia pesan, sembari menunggu kedatangan Veren.Dua puluh menit berlalu, dan kini terlihat sesosok wanita cantik tengah memasuki café tersebut.Tentunya, Lidya langsung melambaikan tangan ke arah Veren, setelah memastikan melalui foto yang tersimpan di galeri ponsel, jika wanita yang baru saja masuk merupakan sosok yang dirinya nanti-nanti

  • BALAS DENDAM Menantu Dua Miliar   1

    “Apa! Kamu hamili anak orang lagi Luke?”Tuan Robin begitu terkejut setelah mendengar cerita dari isterinya, bahwa Luke satu-satunya putra dari tuan Robin dan nyonya Margaret, kembali menimbulkan kecemasan dalam keluarga Perez Giani dengan menghamili seorang wanita.Dengan napas berat, suara tertatih, Luke mencoba menjawab pertanyaan ayahnya, “Iya pa, Luke mohon maaf.” Luke hanya bisa bersujud di depan ayahnya, agar tidak mendapatkan hukuman yang berat atas perbuatannya itu.Sedangkan tuan Robin dengan tatapan yang membara, segera melampiaskan amarahnya dengan berkata, “Kamu memang benar-benar anak yang tidak tahu diri ya Luke! Apakah kamu mau keluarga kita hancur? Apakah kamu mau mempermalukan ayah di depan umum!” Ucap tuan RobinSetahun yang lalu, Luke pernah menghamili salah satu teman wanita yang sekampus dengan dirinya. Dan hal itu membuat Luke harus dikirimkan kembali ke kota Trente, agar dirinya tidak membuat keonaran di luar negeri, dengan merusak nama baik keluar Perez Giani.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status