Share

3

Penulis: JeremiaCh
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-16 21:31:55

Di tengah kegiatan perkuliahan yang sedang berlangsung, Veren harus kembali di landa sakit hati yang sangat menusuk hatinya.

Hal itu berkaitan dengan pesan whatsup yang dikirimkan oleh Lidya, assisten dari tuan Robin. Pesan itu berkaitan dengan perintah dari tuan Robin, yang memberikan perintah kepada Lidya untuk menaikan nominal yang harus diberikan kepada Veren agar mau menggugurkan anak dalam kandungannya.

Veren meremas pena digenggamannya, sebagai upaya untuk melampiaskan emosi setelah menerima pesan yang kembali menyayat hatinya.

“Apakah bagi mereka jika nyawa seseorang hanya sebuah permainan?” gumam Veren yang tak lagi konsen dengan materi perkuliahan.

Beberapa saat setelah kelas usai, Veren buru-buru mengemasi tasnya dengan tangan gemetar.

Dia menoleh sejenak ke arah dua sahabatnya yang masih duduk santai di bangku. “Gue pamit dulu ya, ada yang harus gue temuin,” ujarnya cepat tanpa sempat menunggu respon dari kedua sahabatnya.

Wajahnya tampak serius, matanya berkilat menahan gelisah. Tanpa menunggu lama, dia langsung melangkah meninggalkan area kampus, memburu pertemuan dengan Lidya, asisten tuan Robbin Perez yang sudah menunggunya di area parkiran.

Kedua sahabatnya hanya bisa melayangkan pandangan dengan wajah yang dihiasi keheranan. Karena mereka yang sebelumnya telah membuat janji untuk makan bersama.

“Ada apa dengan anak itu? Apakah dia lupa dengan janji yang kita buat?” Ella mencoba untuk menyusul Veren yang melangkah keluar ruangan. Namun, Prilly langsung menahan Ella karena merasa jika mereka harus memberikan sedikit ruang bagi Veren, ditengah masalah yang Veren hadapi.

“Jangan dikejar, biarkan utuk hari ini dia menyendiri. Besok kita akan membawakan beberapa cemilan kesukaannya, kan besok malam minggu sista. Kita akan bermalam minggu di tempat Veren.”

Ella hanya bisa tersenyum mendengar hal itu, dan berharap jika Veren akan baik-baik saja ditengah masalah yang dia hadapi.

Sedangkan Veren terus melangkah pelan, melewati kerumunan yang sibuk disekitarnya. Setiap kali ada yang menyapa, ia hanya mengangkat sedikit kepala, matanya tampak kosong tanpa balasan hangat.

Suaranya serak seolah kehilangan tenaga. Fokusnya sudah tertuju ke area parkiran, tempat Lidya menunggunya. Langkah berat, sekaan beban dalam hatinya ikut menarik tubuhnya agar tak berhenti.

Ada harapan besar dalam dirinya, jika Lidya bisa membantu masalah yang dia hadapi, dan mempertemukan dirinya secara langsung dengan keluarga Perez-Giani untuk membicarakan anak dalam kandungannya. Dengan harapan, keluarga dari Luke tidak akan meminta kembali untuk menggugurkan anak dalam kandungannya, sesuai dengan yang disampaikan oleh Lidya melalui pesan.

“Ayo cepat naik nona cantik, jangan biarkan nyonya Margareth menunggu. Bukankah kamu harus mengambil hati nyonya Margareth, jika kamu benar-benar ingin dipandang sebagai calon menantu yang baik.”

Ucapan yang terlontar dari bibir Lidya, membuat Veren terdiam dengan mata melebar. Napas sejenak tercekat, namun bukan karena merasa sakit hati, tetapi tidak percaya dengan ucapan yang baru saja dia dengar.

Dimana Veren merasa senang dan sejenak memancarkan senyuman, merasa jika perkataan yang dilontarkan oleh Lidya merupakan secercah harapan yang menandakan jika kehadirannya mulai akan disambut dengan baik oleh keluarga Perez-Giani.

“Baik kak, terima kasih ya.” Jawab Veren yang dengan polos langsung masuk ke dalam mobil.

Sedangkan Lidya hanya menghela napas panjang, menahan emosinya yang sebenarnya tidak ingin Veren masuk ke dalam mobilnya itu. Namu napa daya, Lidya hanya bisa patuh terhadap nyonya Margareth yang meminta dirinya untuk menjemput dan membawa Veren ke sebuah restoran yang begitu mewah.

Mobil itu melaju meninggalkan area kampus, dan Veren kembali larut dalam senyum kebahagiaan sembari menatap ke arah Lidya.

“Hari baik itu pasti akan datang, dan aku percaya akan hal itu.” gumam Veren yang memainkan jari jemari. Tak sabar untuk segera bertemu dengan nyonya Margareth.

Beberapa saat kemudian, nyonya Margareth yang sedang berbincang dengan empat sahabatnya, terdiam dengan senyum kecut menatap Veren yang kini sedang berjalan bersama dengan Lidya menuju ke arah mereka.

Sebagai seorang ibu, tentu nyonya Margareth telah beberapa kali melihat sosok Veren melalui beberapa foto yang diberikan oleh putranya Luke. Sehingga nyonya Margareth tidak terlalu merasa asing dengan sosok Veren yang berjalan di belakang Lidya.

Begitu juga dengan ke empat sahabat nyonya Margareth, yang melayangkan pandangan ke arah dua wanita yang kini menghampiri mereka.

“Kamu Veren kan?” tanya nyonya Margareth.

Veren hanya menggangguk dengan senyuman kecil, napasnya merasa tercekat, merasa tak nyaman melihat restoran yang megah itu dengan kehadiran sosok nyonya Margareth.

Namun, Veren segera memberanikan diri untuk duduk di salah satu kursi kosong, berhadapan langsung dengan nyonya Margareth.

Sedangkan Nyonya Margareth langsung menawarkan daftar menu spesial yang tersedia di restaurant itu.

Kini daftar menu terhampar di depan Veren. Ia mengangkat alis, matanya menyapu satu persatu pilihan yang tersedia. Ada rasa berat dalam hati Veren, setelah melihat harga yang tertera pada daftar menu yang diberikan oleh nonya Margareth.

“Kamu pilih sesukamu saja, jangan ragu,” ucap nyonya Margareth sambil tersenyum tipis.

“Apapun yang kamu mau dalam daftar menu itu, nanti aku yang bayar.”

Mendengar itu, Veren yang masih dengan malu-malu langsung menunjuk pada salah satu daftar menu. Sedangkan nyonya Margareth langsung menjetikan jarinya, memberikan kode kepada dua orang pelayan untuk menghampiri meja mereka.

“Tolong buatkan hidangan ini, dan buatkan juga beberapa menu ini untuk dibawa pulang.” Ujar nyonya Margareth.

“Baik nyonya. Mohon tunggu sebentar.”

Setelah dua pelayan itu berlalu, nyonya Margareth segera mengerutkan dahinya, eskpresinya kini berubah menatap tajam ke arah Veren.

“Apa benar anak dalam kandunganmu itu adalah benih dari putraku? Atau jangan-jangan kamu hanya ingin mendapatkan keuntungan dengan jejak hubungan yang kamu miliki dengan putra Luke?” tanya nyonya Margareth dengan suara dingin, seolah ingin mengorek kebenaran dibalik pengakuan Veren yang dihamili dan menuntut pertanggung jawaban dari putranya Luke.

"Jika kamu hanya ingin mencari keuntungan dari keluarga kami, dengan pengakuan yang tidak dapat ditunjukan kebenarannya, maka aku bisa saja melaporkan kamu ke pihak kepolisian!"

Veren menelan ludah, merasa tidak percaya dengan pertanyaan yang terucap dari bibir nyonya Margareth. Rasa tidak nyaman perlahan menggerogoti hatinya, seolah pengakuannya hanyalah sebuah kebohongan demi mendapatkan sebuah keuntungan yang besar dari keluarga Luke.

Nafas Veren tersengal, matanya membelalak menatap tajam ke arah nyonya Margareth. Pertanyaan itu bagai pisau, merobek rasa percaya dalam hatinya.

“Untuk apa aku bohong soal ini coba?” pikir Veren dengan wajah yang mulai lesu.

Dalam benaknya, sikap ramah yang ditunjukan oleh Lidya seperti senyuman palsu yang menjerat Veren, membuatnya percaya untuk datang ke tempat itu, sebelum akhirnya diragukan dan seolah dihakimi.

Ia merasakan dingin yang merayap, seakan semua kebaikan itu cuma kedok untuk menjebaknya. Wajahnya terpaku, tapi dalam hati Veren kini berkecamuk, sakit dan kecewa. Berharap jika pertanyaan itu tidak akan dilontarkan oleh nyonya Margareth.

Sedangkan nyonya Margareth mengela nafas panjang dan kembali menegaskan pertanyaannya itu. Meminta Veren untuk menjawab pertanyaannya, di depan ke empat sahabatnya yang turut menatap tajam ke arah Veren.

Seakan kehadiran mereka di tempat itu, benar-benar telah menjadi rencana yang matang untuk menyidak kehadiran Veren.

“Jika anak dalam kandunganku ini bukan hasil hubunganku dengan Luke, maka untuk apa aku meminta pertanggung jawaban dari Luke?”

“Aku juga tahu kok, kalau keluarga Luke merupakan keluarga yang kaya raya. Dan aku merupakan salah seorang yang mencoblos tuan Robin pada pemilihan beberapa tahun yang lalu.”

“Aku sadar perbedaan keluarga Luke dan keluargaku. Jadi jika aku berani berbohong, maka aku tahu konsekuensi yang akan kuhadapi. Nyonya boleh melaporkan aku kepihak yang berwajib, jika ternyata pengakuanku ini masih diragukan oleh nyonya.”

“Tapi ingat satu hal, aku tidak pernah takut jika harus mengungkapkan kebenaran di depan publik, jika pihak media mencoba untuk mewawancarai aku sehubungan dengan siapa ayah dari anak dalam kandunganku ini jika harus berurusan dengan pihak kepolisan.”

“Dan satu hal lagi, aku tidak menginginkan kekayaan yang dimiliki oleh Luke, dan aku bisa menghidupi anakku ini meski harus tanpa Luke.”

Mata nyonya Margareth seketika melebar mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Veren. Tak menyangka, jika Veren akan berani mengeluarkan perkataan yang seakan memberikan ancaman balik kepada Nyonya Margareth.

Tidak hanya nyonya Margaret, ke empat sahabatnya dan Lidya turut terkejut dan saling melayangkan pandangan. Merasa jika ucapan Veren ada benarnya juga, karena jika harus mengurus perkara kehamilan Veren sampai ke pihak kepolisian, maka itu sama saja dengan mempermalukan keluarga Perez-Giani.

ke empat sahabat Nyonya Margareth segera melayangkan pandangan secara serentak ke arah nyonya Margareth, lalu kemudian menggelengkan kepala. Mereka berharap jika nyonya Margareth tidak akan menggali kuburnya sendiri, dengan membawa pengakuan Veren yang hamil dari Luke ke pihak kepolisian.

Mengingat betapa terpandangnya keluarga Perez-Giani di mata masyarakat, yang tentunya pihak media akan langsung mengerumuni Veren untuk mengupas kebenaran dari kehamilannya dengan Luke. Apa lagi tuan Robin yang saat ini masih menjabat sebagai tuan wali kota Trente dan sedang dalam tahap untuk pencalonannya menjadi gubernur provinsi Milano.

Maka jika pihak media mencium akan kehamilan Veren yang jika dilaporkan oleh nyonya Margareth ke pihak kepolisian, maka itu sama saja dengan nyonya Margareth yang mau menghancurkan nama baik keluarga Perez-Giani, terlebih mencoreng nama baik tuan Robin Perez dalam pencalonan nanti.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BALAS DENDAM Menantu Dua Miliar   5

    “Kak, apa benar perkataan dari dokter bahwa kakak telah hamil di luar nikah?”Tatapan Velove menajam, ingin memastikan kebenaran kehamilan sang kakak setelah ibu mereka mendapatkan perawatan medis.Velove masih tak percaya jika Veren kakaknya telah hamil diluar nikah. Ketidakpercayaannya itu berkaitan dengan sifat Veren kakaknya yang tidak pernah terlibat dengan pergaulan bebas, bahkan tak pernah sekalipun terlihat oleh Velove, jika kakaknya menjalin hubungan dengan seorang pria.Sehingga sulit bagi Velove untuk percaya dengan perkataan yang dilontarkan oleh sang dokter.Namun, ekspresi melotot Velove seketika berubah saat Veren yang menitihkan air mata sembari menundukan kepala.“Maafkan kakak Velove … kakak benar-benar telah mengecewakan kamu sama mama.”“Kakak janji akan …”Veren yang belum menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba langsung dihentikan oleh Velove yang kini semakin diladan emosi, atas pengakuan kakaknya yang benar telah mengandung di luar nikah.Tatapannya semakin tajam, d

  • BALAS DENDAM Menantu Dua Miliar   4

    “Sudah, sudah! Tidak perlu dibicarakan lagi mengenai siapa ayah dari anakmu dalam kandunganmu itu.”“Jika memang anak itu adalah hasil buah madumu dengan putraku Luke, maka aku sebagai ibu dari Luke meminta dengan sangat kepadamu, tolong jangan libatkan anakku Luke dengan kandunganmu itu.”Mendengar ucapan nyonya Margareth, Veren hanya bisa meremas jari jemarinya yang disembunyikan dibalik meja. Mencoba untuk menahan rasa sakit yang kini menggeliat dalam hatinya.“Sebagai ibu dari Luke tentu aku tidak akan lari dari tanggung jawab. Dan suamiku juga demikian, kami telah bersepakat untuk memberikan uang tambahan kepadamu sebesar dua miliar, dengan dua catatan yang harus selalu kamu ingat.”“Pertama, silahkan kamu hilangkan janin dalam kandunganmu itu, jika kamu tidak mau terbebani. Mengingat nama baikmu yang akan rusak, begitu dengan keluargamu yang akan menjadi gosip para tetangga.”“Dan yang kedua, jika kamu memang tidak mau menggugurkan anak itu dan ingin menepati perkataanmu barusan

  • BALAS DENDAM Menantu Dua Miliar   3

    Di tengah kegiatan perkuliahan yang sedang berlangsung, Veren harus kembali di landa sakit hati yang sangat menusuk hatinya.Hal itu berkaitan dengan pesan whatsup yang dikirimkan oleh Lidya, assisten dari tuan Robin. Pesan itu berkaitan dengan perintah dari tuan Robin, yang memberikan perintah kepada Lidya untuk menaikan nominal yang harus diberikan kepada Veren agar mau menggugurkan anak dalam kandungannya.Veren meremas pena digenggamannya, sebagai upaya untuk melampiaskan emosi setelah menerima pesan yang kembali menyayat hatinya.“Apakah bagi mereka jika nyawa seseorang hanya sebuah permainan?” gumam Veren yang tak lagi konsen dengan materi perkuliahan.Beberapa saat setelah kelas usai, Veren buru-buru mengemasi tasnya dengan tangan gemetar.Dia menoleh sejenak ke arah dua sahabatnya yang masih duduk santai di bangku. “Gue pamit dulu ya, ada yang harus gue temuin,” ujarnya cepat tanpa sempat menunggu respon dari kedua sahabatnya.Wajahnya tampak serius, matanya berkilat menahan g

  • BALAS DENDAM Menantu Dua Miliar   2

    “Apakah wanita itu sudah menyetujui permintaan dariku?” Tuan Robin yang merupakan ayah Luke, mencoba mencari tahu perihal perkembangan dari perintah yang dirinya berikan kepada salah satu bawahannya untuk meminta Veren menggugurkan anak dalam kandungannya.“Maaf pak, wanita itu masih dalam perjalanan. Aku baru saja memastikan hal itu dengan menghubungi wanita yang bernama Veren itu barusan.” jawab Lidya, sang assisten yang ditugaskan.“Baiklah… Lakukan seperti sebelumnya. Aku tidak mau hal ini menjadi boomerang dalam pencalonanku nantinya.” Setelah berkata demikian, tuan Robin segera menutup panggilan telepon.Sedangkan Lidya kembali menyesap teh yang dia pesan, sembari menunggu kedatangan Veren.Dua puluh menit berlalu, dan kini terlihat sesosok wanita cantik tengah memasuki café tersebut.Tentunya, Lidya langsung melambaikan tangan ke arah Veren, setelah memastikan melalui foto yang tersimpan di galeri ponsel, jika wanita yang baru saja masuk merupakan sosok yang dirinya nanti-nanti

  • BALAS DENDAM Menantu Dua Miliar   1

    “Apa! Kamu hamili anak orang lagi Luke?”Tuan Robin begitu terkejut setelah mendengar cerita dari isterinya, bahwa Luke satu-satunya putra dari tuan Robin dan nyonya Margaret, kembali menimbulkan kecemasan dalam keluarga Perez Giani dengan menghamili seorang wanita.Dengan napas berat, suara tertatih, Luke mencoba menjawab pertanyaan ayahnya, “Iya pa, Luke mohon maaf.” Luke hanya bisa bersujud di depan ayahnya, agar tidak mendapatkan hukuman yang berat atas perbuatannya itu.Sedangkan tuan Robin dengan tatapan yang membara, segera melampiaskan amarahnya dengan berkata, “Kamu memang benar-benar anak yang tidak tahu diri ya Luke! Apakah kamu mau keluarga kita hancur? Apakah kamu mau mempermalukan ayah di depan umum!” Ucap tuan RobinSetahun yang lalu, Luke pernah menghamili salah satu teman wanita yang sekampus dengan dirinya. Dan hal itu membuat Luke harus dikirimkan kembali ke kota Trente, agar dirinya tidak membuat keonaran di luar negeri, dengan merusak nama baik keluar Perez Giani.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status