Share

Lebih Baik Mati

Author: ArgaNov
last update Last Updated: 2022-08-24 14:37:57

“Pergilah! PERGILAH KALIAN JIKA TIDAK BISA MEMBANTU APAPUN!”

Telinga Wyatt berdenging. Ia sudah ingin berteriak sejak tadi. Apa yang dilakukan para tetangga biadab ini di depan rumah Anna. Hanya bergosip dan membuat spekulasi tanpa tahu apa-apa.

Karena teriakan Wyatt, gosip menjadi semakin panas. Pada akhirnya polisi yang datang mengusir para warga yang bergerombol di depan.

“Wyatt ....”

“Jangan katakan apapun, Kek, kumohon! Kumohon jangan katakan apapun!”

Kepala Wyatt sakit. Dadanya juga begitu. Ia bahkan tak memiliki tenaga untuk sekedar berdiri dari tempatnya duduk kini.

Setelah menurunkan tubuh Anna dari tali yang tergantung di kipas angin, Wyatt berusaha keras melakukan pertolongan pertama. Ia melakukan  bantuan pernapasan, walau tahu Anna tidak akan bisa diselamatkan lagi.

Saat polisi datang begitu juga dengan petugas rumah sakit yang memeriksa datang kalau Anna sudah meninggal, Wyatt berteriak pada mereka dan memohon untuk menyelamatkan Anna. Jauh di lubuk hati Wyatt yang paling dalam, ia tahu kalau Anna tidak bisa selamat.

Eren dibawa pergi ke rumah Wyatt karena pingsan. Berada di tempat kejadian dan melihat banyak orang hanya akan membuatnya histeris saja.

Sudah dua jam sejak para polisi datang dan jenazah Anna dibawa oleh pihak rumah sakit untuk divisum. Wyatt masih duduk di sana, tidak bertenaga, berharap mengantikan Anna untuk mati.

“Terima kasih atas bantuannya, Pak polisi!”

Wyatt terkesiap saat mendengar suara kakeknya berterima kasih pada polisi yang datang. Ia berdiri, tetapi jatuh lagi karena masih tak bertenaga.

“Kami akan segera menghubungi untuk hasil visum dan pengembalian jenazah. Saya berduka atas kematian calon menantu Anda.” Lalu polisi itu pergi.

Kakeknya menunggu sedikit lagi, baru mendekati Wyatt. “Nak, ayo kita pulang! Aku akan menyewa seseorang untuk membersihkan rumah ini sebelum Eren kembali. Kamu harus istirahat!”

Wyatt mengeleng. “Tinggalkan saya di sini, Kek!” putusnya.

“Wyatt ....”

Wyatt tahu kalau kakeknya hanya peduli, tetapi Wyatt tidak membutuhkan itu saat ini. “TINGGALKAN SAYA SENDIRI DI SINI, KEK!” teriaknya. Tenggorokannya terasa sakit.

Suara langkah kakinya perlahan menjauh dan hilang, menjadi pertanda kalau Wyatt telah sendirian saja. Ia mencoba berdiri kembali, agak terhuyung sedikit. Kakinya terasa goyah saat digunakan melangkah.

Orang-orang ribut saat Wyatt menemukan tubuh Anna. Mereka mencoba untuk masuk ke dalam dan melihat Anna yang tergantung. Wyatt tidak bisa mencegahnya saat itu karena sibuk berusaha memberikan pertolongan pertama. Kini selah semua orang pergi, ruangan terlihat berantakan.

Kursi-kursi yang tersusun rapi, tergolek dan terpelanting ke sana kemari. Wyatt memunggut sebuah suvenir pernikahan yang disiapkan ibu Anna secara dadakan, ada tulisan kecil di kertas yang dijepit di sana.

Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk datang.

Langkah kaki Wyatt berlanjut. Anna sudah tidak ada di kamarnya, tempat itu kosong. Seprai yang digunakan Anna untuk gantung diri masih ada di kipas angin.

“Harusnya aku tidak memaksamu!” gumam Wyatt tidak jelas.

Ia memandangi seluruh ruangan. Berharap apapun yang terjadi hanya mimpi. Namun, Wyatt terlalu sadar untuk bermimpi saat ini. Anna sudah tidak ada.

Menyadari itu saja, dada Wyatt sakit lagi. Napasnya menjadi sesak dan ia menangis sesegukan. Ia masih bertanya kenapa Anna melakukan hal seperti ini.

“Apakah janjiku begitu tidak bisa dipercaya Anna? Apakah kamu tidak yakin bisa bahagia denganku?” tanya Wyatt sambil menyeka air matanya dengan punggung tangan.

Ia terus menangis seperti itu, merasa semakin buruk dari waktu ke waktu. Isakannya masih tersisa saat ia menarik seprai hingga jatuh ke lantai, lalu menginjaknya saat melintasi ruangan.

Rak buku Anna tertata rapi. Ia lekas menemukan buku harian gadis itu yang terselip di sana. Ditariknya buku harian Anna dan dibuka.

KALAU TIDAK BISA JADI MILIKNYA, LEBIH BAIK AKU MATI SAJA!

***

Esme menangis lama sekali. Dominic memberinya obat tidur untuk bisa membuat wanita itu tenang. Kini Esme ada di kamarnya, lelap, tetapi tidak akan baik-baik saja setelah bangun nangis. Kemungkinan akan menangis lagi.

“Bagaimana kondisi rumah itu?” tanya Dominic pada Azzar.

Azzar yang memberinya kabar tadi, kalau Anna ditemukan telah meninggal karena gantung diri. Andai saja Esme tidak ada bersamanya, Dominic yakin kalau dirinya tidak akan peduli. Tetapi, Esme peduli pada Wyatt.

“Mayat Anna dibawa ke rumah sakit untuk autopsi, tetapi besok pasti telah sampai ke rumah kembali.”

“Sebaiknya aku menemui Wyatt, ya?” gumam Dominic pelan.

Ia tidak mau terlibat dengan Anna atau Wyatt. Tidak, jika saja Esme tidak menaruh perhatian pada Wyatt dan cara pria itu mencintai Anna. Menurut Esme, Dominic harus membuat Anna sadar kalau Wyatt adalah yang terbaik untuk wanita itu.

“Sebaiknya begitu, Tu ... ah, sepertinya kita tidak perlu menemuinya!”

Perubahan yang terjadi pada kalimat Azzar membuat Dominic mengangkat kepala dan langsung menemukan Wyatt berdiri di ambang pintu ruang kerjanya. Di belakangnya para pelayan berlari mengejar, tetapi sudah terlambat.

“Tidak apa! Biarkan dia masuk!” kata Dominic supaya para pelayan tidak mencoba menarik paksa Wyatt keluar ruangan.

Sebagai tuan, Dominic tentu didengarkan. Para pelayan mundur, meninggalkan Wyatt.

Wyatt berjalan dengan tergesa-gesa dan  melemparkan buku yang tak disadari keberadaannya oleh Dominic.

“APA YANG SEDANG KAMU LAKUKAN?”

“Bacalah! Bacalah dan menyesal!”

Dominic tidak melakukannya. Ia menutup buku tersebut dan meletakannya di pinggir meja. “Sepertinya ini bukan sesuatu yang harus aku ketahui Wyatt. Apa kamu baik-baik saja?”

“AKU MENYURUHMU MEMBACA ITU!”

Dominic mengeleng kembali. “Aku tidak akan membacanya karena aku tidak melakukan kesalahan dengan menolak Anna. Jika Anna tidak bisa menerima penolakanku, ini tetap bukan salahku!”

Dominic bisa melihat kalau Wyatt mau melihatnya membaca buku itu. Hanya saja, ia tidak akan melakukannya. Jika Wyatt memaksanya terus untuk melakukan hal itu, ia akan membuat buku yang diterima.

“Kalau saja kamu menerimanya. Aku sudah bilang tidak masalah dengan menjadikannya yang kedua. Tidak masalah.”

Hatinya terenyuh saat melihat Wyatt menangis. Ia bisa mengerti betapa hancur perasaan Wyatt. Ia tidak hanya ditolak, tetapi juga melihat orang yang dicintainya gantung diri.

Dominic tidak akan bisa seperti Wyatt. Ia bahkan tidak bisa mengalahkan cinta yang dimiliki Wyatt.

“Wyatt, hatiku dan Esme tidak selapang itu. Apa yang kamu akan lakukan? Apa yang akan Anna lakukan? Kamu tahu betul kalau Anna tidak akan bahagia walau menjadi yang kedua dalam kehidupanku.”

Wyatt masih menangis. “Tapi, aku kehilangannya gara-gara kalian! Aku kehilangannya gara-gara kalian!”

Dominic tidak menyangkal. Tidak ada gunanya. Wyatt terguncang dan apapun yang dikatakan orang-orang tak akan didengar. Ia hanya membiarkan Wyatt menangis saja, berharap kalau perasaan pria itu menjadi lebih baik. Atau tidak sama sekali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BALAS DENDAM PRIA PENUH CINTA   Ini Bukan Akhir, Tetapi Permulaan

    “Pak, Ibu membenciku, kan?”Azzar benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Ia tahu kalau Esme menyayangi putranya. Ia juga tahu kalau bagi Esme William adalah dunianya sekarang. Tetapi, ada begitu banyak alasan yang membuatnya tidak menjawab.“Kenapa Pak Azzar diam saja?” tanya William.“Anda harus makan sekarang Tuan! Kalau Anda sehat, kita akan pergi menemui ibu Anda!”***Orang-orang itu hanya menginginkan kekuasaan saja. Setelah Dominic meninggal, Esme didatangi oleh banyak sekali pria yang menyampaikan duka cita padanya. Ia bahkan tidak kenal dengan salah seorang pun dari tamu-tamu tersebut. Ia muak harus bertemu dengan mereka semua.“Mereka sama persis seperti hyena, Wyatt!” kata Esme.“yah, seperti itulah! Bagaimana pun Anda adalah janda kaya yang kesepian sekarang. Jadi mereka datang untuk menghibur dan mendaftarkan diri sebagai kandidat wali untuk Tuan Muda juga!”Dahi Esme berkerut mendengarnya. Dan untuk pertama kalinya setelah kehilangan waktu untuk tersenyum karena kese

  • BALAS DENDAM PRIA PENUH CINTA   Mengirim William

    “Ayah mana?”Sudah setahun Dominic meninggal karena kecelakaan. Tetapi, setiap kali melihat foto pria tersebut di tengah ruangan William akan bertanya tentang ayahnya. Hingga Esme merasa kalau Dominic masih ada di sini, begitu sehat untuk berkeliaran di sekeliling rumah. Hanya saja tidak terlihat di mata Esme.“Ayah tidak ada di sini!” Suara Esme tercekat saat mengatakannya. Rasanya dada Esme direngut keluar dengan sekuat tenaga. Menyakitkan, tetapi anehnya ia masih saja tetap hidup setelah semua kekerasan yang ditujukan padanya.“Kenapa Ayah tidak ada di sini?” tanya William lagi.Usianya empat tahun lebih sekarang. Sebentar lagi William akan dimasukan ke taman kanak-kanak. Dengan begitu intensitasnya berada di sekitar Esme berkurang. Mungkin dengan begitu William tidak akan terus-terusamn bertanya tentang ayahnya yang bahkan tidak dilihat Esme pemakamannya.“Will ... tolong ke sini sebentar!” Suara Wyatt membuat anak laki-;laki Dominic itu cemberut.Ia menghentakan kaki sebanyak dua

  • BALAS DENDAM PRIA PENUH CINTA   Anakku, Amanda

    “Mil, ini bisa saja hanya karena cahaya. Kita tidak bisa langsung ke sana dan mendobrak Arul!”Alan mencoba untuk memberi pngertian pada istri dan juga mamanya. Akan tetapi, tampaknya sama sekali tidak berhasil. Kedua wanita ... ralat, ketiga wanita yang ada di sana, sang mama, istrinya dan Delilah tampaknya tidak dengar apa yang baru saja Alan katakan.Alan hanya bisa menghela napas dan kemudian mengelengkan kepalanya lembah. Saat akan minta bantuan pada papanya yang juga ada di ruangan itu dan lebih sibuk dengan Arion, Alan tahu kalau tidak ada yang bisa menghentikan ketiga orang tersebut dengan alasan biasa-biasa saja.Otak Alan berpikir keras untuk bisa menemukannya. “Kalau kita melakukan kesalahan dengan datang ke sana dan menuduh, kemungkinan kita akan dilarang untuk bertemu dengan Nazril!”Keheningan mencekam ruangan seketika. Rencana separatis yang disusun mamanya mengambang di udara, senyap. Lalu para wanita yang penuh semangat tadi duduk dengan manis di kursi sofa masing-mas

  • BALAS DENDAM PRIA PENUH CINTA   Kegelapan yang Datang

    “Ah, aku kecewa sekali!” Suami Yulia mengeluh untuk kesekian kali. Ia memegang erat-erat setir mobil dan wajah cemberutnya mampu membuat orang yang menangis tertawa terbahak-bahak.Putri mereka Amanda telah tertidur setelah menganggu ayahnya dengan pertanyaan seperti jalan apakah ini, atau siapa orang yang hidungnya bengkok itu? Selama setengah perjalanan.“Hei ... ini kan hari refreshingku! Kan kamu sendiri yang bilang kalau aku boleh memilih tempat yang ingin kutuju hari ini. Ya, kan?” tanya Yulia sambil mengedip.Suaminya masih saja cemberut. “Ya, aku memang mengatakan yang seperti itu sih! Tapi aku sama sekali tidak yakin kalau mengatakan itu perjalanan ke rumah temanmu. Siapa namanya? Esme? Mantan suamimu juga bekerja di sana, kan?” tanya suami Yulia dengan nada tidak senang.Yulia menjulurkan tangannya untuk menyentuh punggung tangan sang suami yang saat ini di atas setir mobil. Ia menepuknya beberapa kali untuk bisa mendapatkan perhatian.“Aku akan memberitahumu sekali lagi. Ba

  • BALAS DENDAM PRIA PENUH CINTA   Amarah

    Tangan wanita itu merangkul leher suaminya. Lipstik yang mewarnai bibir merah wanita itu sama sekali tidak cantik lagi. Seolah sesuatu telah menghapusnya dengan cepat, membuat wanita itu kewalahan untuk sekedar mempertahankan warna di bibirnya.“Esme?” Pria yang dipeluk oleh wanita itu terkejut, malahan melebih perasaan Esme yang menyaksikan.Mendengar namanya disebut, Esme hanya tertawa kecil. Ia merasa kalau kejadiannya akan lebih seru seandainya ia terlambat datang sedikit lagi. Ia membiarkan William pergi memeluk kaki ayahnya dan berbalik pergi.Begitu tak dapat lagi melihat wajah Dominic, Esme merasakan perih di dadanya tiba-tiba. Ia berhenti berjalan dan menunduk lebih dalam. Kenapa rasanya ia seperti sendirian sekarang ini.“Nyonya, Anda baik-baik saja, kan?”Esme mengangkat kepalanya, terpana selama beberapa saat dan kemudian berdiri dengan tiba-tiba. Ia lekas memeluk pria yang menunduk bertanya itu. Lalu menangis layaknya anak kecil yang dijahati oleh semua orang.Rasanya leb

  • BALAS DENDAM PRIA PENUH CINTA   Rencana

    “Nyonya, Tuan menolak menerima makanan yang Anda kirimkan lagi!” Pelayan yang diutus oleh Esme ke kantor Dominic kembali membawa rantang yang sama sekali tidak disentuh sedikit pun.William yang mendengar suara seseorang mendekat berhenti dan menaruh perhatian pada ibunya beberapa saat sebelum kemudian sibuk dengan permainannya kembali.“Jam berapa Pak Azzar biasanya kembali ke pavilliun?” tanya Esme.“Sekitar jam 7 malam, Nyonya! Apa saya perlu menghubungi beliau untuk menemui Nyonya saat pulang?” tanya si pelayan. Ia lebih gelisah dibandingkan biasanya.“Tidak! Tolong panggilkan Pak Wyatt kemari. Ada yang mau aku katakan padanya!”Si pelayan pergi dengan rantang yang belum disentuh Dominic. Esme hanya memandanginya sampai menghilang dan membelai kepala putranya saat anak itu mendekat dengan langkah lambat.Sudah hampir tiga bulan Dominic tidak berada di rumah. Langkah kaki William yang awalnya ragu-ragu sudah menjadi sangat mantap. Kalau dibiarkan terus maka anaknya keburu pandai be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status