Share

Bab 5. Disoraki Tetangga

Author: Bintu Hasan
last update Last Updated: 2023-02-22 12:19:31

Sepanjang malam, Alana tidak bisa tidur bahkan sulit untuk memejamkan mata barang sebentar. Dia sibuk memikirkan bagaimana cara lepas dari masalah itu tanpa harus menciptakan masalah yang lain.

Sinar mentari menembus kamar melalui celah ventilasi dan Alana masih duduk memeluk lutut di tempat tidurnya. Ada garis hitam di bawah mata gadis itu, dia terlihat kuyu tidak terawat. Perutnya merasakan lapar yang luar biasa karena sang ibu melarangnya makan tadi malam.

Ponsel gadis itu berdering. Ketika menoleh ke nakas, dia melihat nama Albian tertera di sana. Sebuah senyum tersungging di bibir Alana, lalu lekas mengangkat telepon. "Halo?"

"Na, hubungan kita benar-benar berakhir kemarin, nggak ada kesempatan kedua dan aku sudah menemukan penggantimu. Lupakan tentang cinta dan harapan yang kita bangun bersama. Janin itu ... gugurkan saja karena sampai kapan pun aku nggak akan pernah mengakuinya. Tidak ada bukti kuat kalau aku ayah biologisnya."

Sebelum Alana kembali membuka suara, panggilan sudah terputus sepihak. Albian sangat kejam karena sudah membuang Alana seperti itu. Padahal jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia tidak akan pernah meninggalkannya. Semudah itu pula Albian menemukan sosok pengganti, mungkinkah itu sebuah jawaban kalau kepergiannya adalah sebuah rencana?

"Alana, keluar kamu!"

"Alana, jangan bersembunyi di dalam. Kami sudah tahu semuanya, keluar!"

Sebuah teriakan yang berulang kali Alana dengar. Jam masih menunjuk pukul sembilan pagi, tetapi sudah ada yang bertamu. Tidak, pintu rumahnya diketuk dengan keras, gadis itu segera keluar untuk mengintip di balik jendela.

Dia hanya sendirian di sana dan harus menghadapi beberapa orang dewasa di depan rumah? Bapak-bapak dan ibu-ibu itu nampak sedang marah bahkan beberapa dari mereka membawa spatula seperti ingin menggoreng Alana jika melihatnya. Mereka terus meneriakkan sumpah serapah. Apa yang baru saja terjadi?

"Hei, keluar kamu, Alana! Kalau kamu enggak keluar, aku bakar rumah ini!" teriak ibu yang memakai daster kuning sambil mengacungkan spatulanya.

"Alana, cepat keluar!" sahut yang lainnya bersamaan.

Alana takut jika sampai membuka pintu, bisa jadi dia akan diamuk massa. Namun, jika terus diam, lantas bagaimana cara mengetahui penyebab kemarahan mereka? Andai Ranti ada di sana, ketakutan Alana tidak akan terlalu besar. Lihat saja, tangan gadis malang itu sudah gemetaran.

Salah seorang dari mereka maju untuk mendobrak pintu rumah Alana membuat gadis itu segera membukanya. Begitu daun pintu terbuka lebar, semua mata menatap tajam penuh kebencian. Alana memejamkan mata sambil menunduk menyembunyikan wajahnya.

"Alana, kamu nggak usah sok polos begitu. Kita semua sudah tahu kalau kamu itu berbadan dua. Dasar gadis pezina, harusnya kamu nggak ada di sini!" teriak bapak berkumis itu. Dia adalah Pak Seto, salah satu orang kaya yang pernah mencintai Ranti dan kini menyimpan dendam yang terus membawa karena kerap mendapat penolakan.

"Gadis seperti dia merusak nama baik keluarga dan kampung kita. Lebih baik diusir atau hukum dia dengan membawanya keliling kampung tanpa busana," tambah yang lain lagi.

Gadis itu mundur selangkah, dia semakin ketakutan. Sebuah aib yang besar apabila dia harus keliling kampung tanpa busana. Dia lebih memilih mati bunuh diri daripada menanggung malu seumur hidup. Terutama ketika salah satu atau sebagian dari mereka merekam video dan menyebarkannya di sosial media. Sekarang zaman semakin canggih, meskipun Alana tidak mati dan mereka melupakan masalah itu, trtap saja akan terkuak suatu hari nanti.

Albian memang lelaki yang kejam. Selain mencoreng nama baik keluarga Alana, dia juga merusak gadis itu, kemudian membuangnya seperti sampah. Sebuah kesalahan yang besar telah jatuh cinta pada sosok sepertinya. Alana terlalu dibutakan oleh cinta sampai tidak bisa melihat keburukan dalam diri lelaki itu.

"Mama kamu mana? Masa anak gadisnya nggak bisa dijaga sampai bunting kayak gini. Makanya aku udah sering bilang sama dia, Alana itu harusnya dididik biar enggak leluasa ngajakin pacarnya berduaan di rumah. Nah, lihat sendiri mereka pasti kumpul kebo. Kalau nggak gitu, mana mungkin bisa hamil!" sahut Siti—tetangga jauh yang memang sudah terkenal dengan mulutnya yang pedas.

Alana mengatur napas agar rasa takutnya bisa ditepis. Setelah berhasil mengumpulkan kekuatan, dia pun melipat kedua tangan di depan dada. "Maksud kalian apa? Siapa yang hamil? Siapa yang menyebar berita itu? Dzolim namanya menuduh orang lain, apalagi tidak ada bukti."

"Alah, kamu nggak usah mengelak, Na. Semua orang juga sudah tahu kalau kamu itu hamil. Lihat tuh muka kamu lebam, pasti gara-gara dimarahi Bu Ranti, 'kan? Udah gadis, tapi belum bisa menjaga diri. Keperawanan itu dijaga buat suami, jangan ditawarin ke pacar. Murahan!"

"Bu Siti tahu kalau menuduh orang berzina itu dosa besar? Hati-hati loh, menuduh orang tanpa bukti bisa dituntut pencemaran nama baik." Alana tersenyum kecut berusaha menjaga ekspresi agar tetap terlihat santai.

Mereka semua saling pandang kemudian menunjuk satu sama lain. Alana tersenyum pongah, ternyata mereka datang tanpa membawa bukti. Akhirnya, rasa takut gadis itu hilang tidak bersisa sedikit pun.

"Bapak-bapak sama ibu-ibu, lebih baik kalian pulang mengurus pekerjaan sama jagain anak sendiri. Nggak usah sibuk nyari gosip. Makanya mulut itu dijaga biar nggak suka menyebar berita buruk!" tambah Alana lagi.

Tiba-tiba Leha keluar dari sekumpulan massa itu, dia tersenyum sinis menatap merendahkan pada Alana. "Jangan terlalu percaya diri, Na. Kemarin aku dengar sendiri ibumu teriak kalau kamu itu hamil anak Albian. Lebih baik kamu jujur aja deh atau bawa kekasihmu itu ke sini. Harusnya kalian dibawa keliling kampung supaya ada efek jera. Kalau kita biarkan, pasti gadis-gadis lain juga kepengen. Ah, semoga saja anak aku nggak berteman sama gadis murahan seperti kamu."

Siti maju ke depan sambil berkacak pinggang berakhir menarik rambut Alana kasar. Wanita berumur 40 tahun itu tidak sadar kalau enam bulan lalu, anaknya juga menikah karena kecelakaan setelah menghamili pacarnya. Akan tetapi, saat itu Alana memilih diam karena sang ibu melarangnya menyebar berita sekalipun itu benar.

"Aw!" pekik Alana ketika pinggangnya dicubit dengan keras.

"Gadis kotor sepertimu harus kita bawa ke kantor sekarang atau kamu akan semakin ngelunjak!" Siti menyeret Alana, tetapi kemudian Ranti datang dengan napas tersengal.

"Lepaskan anakku, kalian nggak boleh menyebar fitnah begitu saja. Untung ada orang yang bocorin rencana kalian, kalau tidak, Alana bisa dipermalukan padahal tidak bersalah. Wajah Alana lebam begitu memang benar aku yang menghukumnya, tetapi bukan karena dia hamil. Alana terlalu malas membersihkan rumah bahkan mencari pekerjaan, jadi apakah salah kalau aku memukulinya?"

Mereka semua terdiam, tidak lama setelah itu langsung pulang karena Ranti mengusirnya dengan beringas bagai singa yang mengamuk. Hati Alana merasa lega, tetapi kembali terluka begitu melihat Albian berdiri tidak jauh dari rumahnya sambil menggenggam tangan seorang gadis yang sangat Alana kenal.

"Bukannya dia Bella?" monolog gadis itu dengan suara yang sangat pelan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 150. Akhir yang Indah

    Selesai mandi sore, Alana memilih mengurung diri dalam kamar bersama putra kesayangannya karena Ali sedang terlelap. Merasa jenuh, akhirnya dia membuka aplikasi sosial media. Mulai dari Instag-ram, Face-book hingga aplikasi hijau yang dikenal dengan sebutan Whats-App.Alana membuka story teman-temannya. Mereka memang masih saling menyimpan kontak, tetapi tidak pernah bertukar pesan selain menonton story masing-masing. Terutama Alana yang memang tidak mau mempublish masalahnya ke media sosial.Menyebar masalah ke sosial media bagi Alana itu buruk. Selain mengundang gibah, beberapa dari mereka juga bertanya bukan karena peduli atau ingin memberi solusi melainkan kepo saja. Lagi pula, masalah rumah tangga itu hal privasi.Alana menekan layar ponselnya ketika tiba di story Whats-App milik Rasya. Ada foto mereka berdua di sana dengan caption 'Bidadari Surgaku' yang disertai emotikon love dan bunga mawar merah."Lah, ini bener?" tanya Alana menatap tidak percaya.Entah kenapa, tiba-tiba hat

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 149. Tumbuh Sangat Dalam

    "Sepertinya, aku harus pergi lagi sebelum perasaan ini tumbuh sangat dalam dan untuk itu aku butuh kamu," jawab Shaka dengan perasaan sedih.Hasna terdiam beberapa saat, kemudian melirik ke kanan dan kiri. Sayang sekali karena tidak ada pembeli agar dia bisa menghindari Shaka.Jujur saja, dia belum bisa membuka hati untuk orang baru. Memang benar kalau saat ini Hasna butuh seseorang untuk menemaninya menjalani hidup. Dia bosan menumpang pada Siti karena selalu dijadikan kambing hitam, dituduh dalang dari setiap masalah yang ada.Hidupnya kacau balau, terkadang Hasna ingin menyerah jika saja iman tidak ada dalam dada. Hasna mendesah kesal, entah mengapa. Saat kembali menatap Shaka, ada rasa iba dalam dirinya. Lelaki itu setengah mati berjuang melupakan Zanna, haruskah dia mengorbankan perasaan sendiri demi membantunya kembali ke hakikat diri?Berat. Hasna rasa tidak mudah mengubah pendirian seseorang. Apalagi sosok seperti Shaka yang setahu Hasna sudah lama alpa dari perintah Tuhan yak

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 148. Tawaran Gila

    I lay my love on youIt's all I wanna doEvery time I breathe I feel brand newYou opened up my heartShow me all your love and walk right throughAs I lay my love on you....Shaka sengaja mendengarkan lagu romansa dari Westlife sebagai gambaran perasaannya saat ini. Memang benar bahwa Alana lah yang membuka hatinya untuk tidak larut mencintai Zanna yang telah tiada. Sayang sekali, dia tidak bisa memiliki wanita itu.Mencintai seseorang yang sudah menikah dan suaminya adalah adik sendiri itu menyakitkan. Shaka diam-diam menghela napas berat tanpa memudarkan senyum di bibirnya. Dia ingin menikmati kesempatan itu dengan bahagia."Andai saja aku pulang lebih cepat dan ketemu sama kamu, aku yakin kita akan menjadi pasangan romantis. Aku nggak bakal ngebiarin Rasya buat nikahin kamu karena kesempatan itu nggak datang dua kali.""Andai saja kita bisa kembali ke masa lalu," gumam Alana membuang pandangan ke arah samping."Bahkan kamu lebih menginginkan aku daripada Rasya. Jelas sekali karen

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 147. Menikahlah Denganku, Alana

    Sesampainya di rumah, Ranti langsung menemui menantunya yang sedang duduk di samping ayunan Ali sambil menonton YouTube. Melihat kesedihan di wajahnya membuat wanita tua itu mengurungkan niat, kemudian menyerahkan ponselnya pada sang anak."Tadi mama sempat rekam pembicaraan kita di rumah Siti. Kamu kasih sama Rasya sebagai bukti, mama mau balik ke rumah dulu," bisik Ranti, lantas melangkah cepat meninggalkan Alana.Wanita itu melipat bibir. Jujur saja, dia sedikit kesal pada tingkah suaminya yang sangat mudah termakan omongan tetangga. Padahal, dia sudah tahu bagaimana perangai Siti selama ini. Lulusan sarjana, tetapi begitu mudah dikelabui.Alana tidak habis pikir, hatinya pun masih menyimpan perih setelah mendapat tamparan tadi. Kalau saja bukan mau bersikap dewasa, dia pasti sudah balas menampar Rasya. Ah, pikirannya kalut. Kini, pandangan mereka bertemu ... masih terlihat binar cinta di kedua matanya."Dengerin sendiri!" Alana meletakkan ponsel ibunya, kemudian ikut duduk di deka

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 146. Fitnah dari Siti Lagi?

    Rasya tentu tidak mau kalah, dengan cepat dia menyusul Alana ke kamar, kemudian membawanya ke tempat semula dengan sedikit paksaan. Dia bisa saja melanjutkan perdebatan itu dalam kamar, tetapi Ali tidak boleh ditinggal sendirian.Kembali, Rasya membuang napas berat. Ada perasaan sedih dalam hatinya karena dia percaya pada apa yang Siti katakan. Mengingat Shaka pernah menganggap Alana adalah Zanna, maka tidak menutup kemungkinan apa yang diadukan Siti benar adanya dan Alana sedang mencoba untuk lari dari masalah.Apa gunanya bertanya pada Ranti jika dia akan membela anaknya sendiri karena takut kalau Alana menjadi janda di usia muda apalagi pernikahan mereka belum terlalu lama ditambah Ali masih kecil. Memikirkan itu semua semakin menambah pikiran Rasya saja."Kalau kamu nggak percaya, ya sudah.""Hari itu saja aku lihat kamu dipeluk sama Shaka padahal ada banyak pelayan di rumah. Sementara tadi, hanya ada kalian. Setan selalu hadir sebagai orang ketiga saat ada yang berduaan. Okelah a

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 145. Sengaja Mengompori

    "Bu Siti tahu dari mana kalau Alana romantis-romantisan?"Siti mengibaskan kipasnya, padahal cuaca biasa saja. "Ya aku lihat sendiri lah. Tahu sendiri kan kalau Hasna kerja di warung mertua kamu, sebagai tante yang baik untuk Hasna dan tetangga baik buat kalian, jadinya beli nasi uduk ke sana. Eh, sebelum kesampean malah liat laki-laki lagi gendong Ali, terus Alana malah senyum-senyum tidak jelas. Agak lama sih posisi mereka kayak gitu, sesekali Alana bercandain Ali. Pokoknya aku nggak bisa gambarin secara gamblang, intinya mereka romantisan. Mungkin karena Hasna sama mertua kamu lagi keluar jadi mereka mikirnya dunia cuma milik berdua. Iya, toh?"Mendengar itu semakin menambah amarah di hati Rasya. Kedua matanya berubah merah, rahang pun mengetat sempurna. Bagaimana mungkin Alana bersikap romantis pada lelaki lain?Satu hal yang membuat Rasya bingung. Dia belum bisa menebak siapa lelaki yang berhasil merebut posisinya. Sejak dulu Rasya sudah berpesan agar Alana tidak pernah tersenyum

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status