Share

5 Bekerja

Ingin sekali  melihat Datin Betty, namun wanita itu jarang muncul. Juga di acaraku kali ini.

Ada begitu banyak orang di acara  peluncuran produk, sehingga aku mungkin tidak memperhatikan pelindungku yaitu Dato Raf hadir.

Tetapi dia datang  atau tidak tentunya tidak perlu. Lebih baik tidak, karena aku akan canggung.

Dia pimpinan besar yang tidak muncul di acara remeh temeh.

Tapi surprise, tiba tiba Dato Raf muncul sendiri. Jangkung, dengan rambut terawat rapi di atas kepala besar, dengan setelan yang pas, dia membuat kesan yang tak terhapuskan, terutama pada mereka yang hadir. 

Aku secara saja mencatat momen ketika dia melihatku,  tetapi pandangan yang meluncur ke arahku dengan tenang beralih ke pura puraan tidak saling kenal.

Aku tidak lagi melihat ke arah Dato Raf.

Aku mengakui pada diriku saat itu  bahwa aku tertarik dan kagum.

Sesuai kesepakatan aku harus  tidak tahu apa-apa tentang Dato Raf. 

Aku tidak berbicara tentang dirinya tentang siapa dia, rahasia harus tetap tersimpan.

Di Apartemen, Dato Raf tidak berbicara tentang pekerjaan. Dato Raf juga tidak mau aku berbicara tentang bisnis.

"Kita tak membicarakan pekerjaan Anna, aku tak ingin ada pembicaraan itu kecuali kamu ada kesulitan, " pesan Dato Raf kepadaku.

"Aku cuma ingin sedikit  bersenang senang. Jangan tanya bisnisku. Kamu hanya tahu apa yang harus kuberitahu."

Dato Raf serius dengan ucapannya, jadi aku sedapat mungkin menghindari pertanyaan tentang pekerjaannya.

Aku hanya melayaninya ketika ia membawaku ke kamar tidur.

Dato Raf selalu bermain dengan ciuman. Dia melakukannya dalam waktu cukup lama sebelum membuatku polos.

Aku terkadang tidak begitu suka berciuman, namun sekarang aku harus belajar menikmatinya.

Aku kini terbiasa tanpa busana didepan lelaki, kalau perlu sedikit bergaya.

Dia kadang kadang menyuruhku membuka busanaku pelan pelan sampai tak ada lagi yang tersisa.

Memenuhi kebutuhan Dato Raf  secara bertahap pindah ke tempat tidur atau sofa - tergantung pada seberapa banyak waktu yang dapat dia habiskan untukku.

"Aku ingin bermain di Sofa saja." perintahnya. 

Bisa jadi menemaninya mandi di shower.

"Aku membantunya mengusap tubuhnya yang telanjang disana."

Selama bertahun-tahun aku saling mengenal, pelindungku Dato Raf atau suami kontrakku itu , namun dia masih misteri bagiku.

 

Ini mungkin baik, meski ada momen momen canggungku bersama Dato Raf

Menjalin hubungan mesra,  nyatanya bisa saja menjadi orang asing, namun hal tersebut tak menyurutkan minatku pada Dato  sebagai pribadi yang mengagumkan.

Ketika pertemuan  berlangsung, aku mencoba tidak memikirkan rasa penasaranku terhadap sosok dirinya.

Aku hanya memikirkan bagaimana memuaskan kekasihku itu.

Mungkin orang orang  tidak peduli, atau mereka sudah lama terbiasa dengan keadaan seperti itu.

Tetapi aku  tidak bisa menyingkirkan pemikiran bahwa seseorang bisa saja menghakimiku terhadap cinta berbagi lelaki dengan yang lain.

Kekagumanku pada Dato  Raf adalah Dato  pemilik pabrik, supermarket, punya banyak uang, tapi dia tidak memamerkannya. 

Aku sudah memahami ini, serta fakta bahwa Fahmi supirnya dan Dato Raf tidak tahu secara pribadi - jika tidak, yang pertama akan tahu bahwa  yang mengatur untuknya di kantor. 

Lebih tepatnya, seseorang yang tidak dia kenal.

"Kamu bilang dia punya supermarket, dan hanya beberapa orang terpilih yang tahu dan memiliki informasi tentang dia."

"Aku salah satunya," ujar Mia 

"Kau sudah melihatnya'? Tidak bagus  untuk menatap dalam waktu yang lama. Kamu bisa tergoda," kata Mia mengomentari Dato Raf.

"Tampan bukan?" Tanya Mia.

 Aku  tidak bisa tidak setuju. Tapi tidak dengan suara keras.

"Dia tidak datang ke sesi foto. Bagi pria bermodal seperti itu, penampilan menarik sangat diperlukan."

"Bagaimana mengatakannya?"

Mia terkikik dan mengedipkan mata padaku.

Aku mendesaknya.

"Ayo, beritahu aku. Aku ingin tahu dan berbagi gosiplah denganku." 

"Cerita yang aku tahu, menikah dua kali." Mia hampir menekan bibirnya ke telinganya, menceritakan Dato Raf dan aku hampir mencoba seperti tidak tertarik 

Tentu saja aku harus bertahan dan tidak mau melewatkan berita seperti itu.

"Saya tidak tahu apa-apa tentang istri pertamanya." cerita Mia.

Mereka bercerai setahun setelah pernikahan. Dia meninggalkan warisan seorang putra. Semua informasi tentang dia adalah rahasia. 

 "Bagaimana putranya itu? Apakah dia mengabaikan putranya?" Tanyaku.

“Ada alasan untuk itu. Istri keduanya sangat kaya. Faktanya, berkat dia,  menerima modal awal untuk kerajaan bisnisnya." Mia bercerita dengan nada bergosip.

 "Anak perempuan satu-satunya dari orang tua kaya jatuh cinta padanya."

Menariknya, istrinya yang bernama Datin Betty tidak tertarik dengan bisnis dan Dato Raf juga  jarang  membawanya keluar. 

Tetapi  semua orang tahu bahwa  Dato menghormati - atau lebih dari  takut - pada ayah mertuanya .

Aku  mencoba memahami apakah aku merasa cemburu setelah pengungkapan cerita Mia, atau bimbang. 

Ini sulit, karena perasaan itu tidak asing bagiku.

Aku ingin mengetahui lebih banyak,  sesuatu yang lebih menarik tentang Dato Raf.

Dia muncul di suatu malam atau suatu hari, dan waktu tidak diduga dalam waktu sebentar dan menggauliku dan segera pergi. Aku masih tetap dengan kebiasaannya.

"Kau amat cantik Anna, ciumlah aku. Aku tidak bisa melakukannya sebelum kita berciuman."

Lalu aku menciumnya dibibir.

"Aku selalu suka dengan ciuman, bibir wanita sangat mempesonaku."

Kebiasaan yang selalu harus ku ingat.

Dato Raf juga melakukannya di shower ketika air dingin menyiram tubuh. Atau di sofa ditempat mana ia tiba tiba menginginkannya.

"Bagaimana kalau aku hamil?" Tanyaku.

"Mungkin tidak," kata Datuk.

"Jangan lupa dengan pilnya. Atau aku akan pakai pengaman."

"Aku akan menghitung masa suburku."

"Dengan kalender?"

Aku mengangguk.

 Beberapa kali aku lupa', namun semuanya harus bersyukur tidak terjadi masalah.

Aku tidak hamil. Tentunya itu bukan sesuatu yang diharapkan saat itu.

"Jika aku hamil, apakah harus digugurkan?"

Masalah itu menjadikan sebuah pikiran yang pelik bagiku.

"Kita pikirkan nanti, jelasnya aku akan bertanggung jawab', kau tidak dirugikan."

Tidak tahu juga tanggung jawab seperti apa yang akan diberikan Dato Raf.

***

Pekerjaan dan kesibukanku tidak pernah berhenti. Jika aku sibuk lebih sering  membiarkan pintu kantor terbuka . 

Asistenku yang lain  Nata, muncul di ambang pintu dan bertanya apakah aku membutuhkan sesuatu. 

Saat melirik arlojiku, Aku menyadari bahwa hari kerja telah usai. 

Keinginan untuk segera pulang, segera muncul.

Aku segera mematikan komputer didepanku.

Aku meletakkan dokumen di atas meja dengan tumpukan rapi, membuat rencana untuk besok dan menuliskan beberapa catatan di buku harian. Aku suka menulis dan menulis adalah juga seni bagiku. Aku bangga dengan tulisan. cantikku.

Kebiasaan sekolah lama terpengaruh, guruku selalu menyuruh membuat atau menyalin pelajaran dipapan tulis. Tulisan cantikku dipapan, kemudian aku menulis lagi dari buku catatan teman yang kupinjam.

Selesai bekerja hari ini, aku mengambil dompetku dan pergi ke pintu keluar. 

Aku mengucapkan selamat tinggal kepada penjaga, menarik sisir dari sanggulku dan menggelengkan kepalanya. Untaian rambut  yang tebal jatuh di atas bahuku menenangkan diriku.

Membuka pintu kantor, aku berpikir akan menyenangkan untuk melepas jaketku saja tetapi kemudian aku  hanya membuka kancing jaket itu.

Aku senang memakai dan memperlihatkan sutra alamiku dan blusku serta angin sepoi-sepoi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status