Home / Romansa / BERBAGI CINTA / 4 Malam Pertama

Share

4 Malam Pertama

Author: YUDI MASRAMID
last update Last Updated: 2021-07-19 18:00:57

Dato Raf membimbingku di tempat tidur  setelah acara singkat itu terjadi.

Aku  lega  dan aku berjanji akan menunaikan kewajibanku melayani sang pelindungku sebagai  istri.

Dimalam pertama  aku sangat  gugup. 

Kegugupan sebagai pengantin baru dan perawan yang tiba tiba saja ada lelaki yang akan menyentuhku. Lelaki yang bukan muda lagi. Aku masih membayangkan diriku cinderella dijemput pangeran berkuda. Mungkin ini lebih mudah bagiku menghadapi malam ini dengan Dato Raf.

Dato Raf menciumku dengan lembut. Seluruh tubuhku gemetar sebelum ia melakukannya. Dato Raf berlaku sabar ingin menaik-an gairahku. Dia lelaki yang tidak tergesa gesa.

"Aku ingin mencium bibirmu dan itu amat menyenangkan." katanya. 

Aku sangat merasa kikuk ketika bibir Dato Raf yang sedikit kasar  menempel di bibirku.

Terasa panas dan menegangkan ketika ujung lidahnya yang menyapu.

Dato Raf ingin aku mengulurkan lidahku, diriku terlalu malu untuk melakukan keinginannya.

Baru ketika Dato Raf bermain didadaku membuat aku  membalas belitan lidahnya.

Aku  merasakan sensasi yang luarbiasa dari kehangatan permainan  Dato Raf.

Semula aku masih membayangkan pangeran berkuda yang tampan bersama, tapi kini pikiran itu lenyap seketika. Aku tak peduli lagi. Ada desah yang ingin dipuaskan meski aku sangat takut karena milikku akan terenggut dimalam itu.

 Apakah itu menyakitkan?

"Jangan takut Anna, aku akan pelan pelan  saja." Dato Raf seperti tahu apa yang kupikirkan.

Mungkin karena aku merapatkan kakiku dan tak ada celah untuk Dato Raf menunaikan keinginannya.

Tiba tiba sesuatu yang luar biasa dilakukan Dato Raf. Hal yang tak pernah terlintas dalam pikiranku.

Laki laki separo baya itu tanpa segan dan silu bermain disana. Diarealku. Untuk pertama kalinya aku orgasme. Orgasme pertamaku terjadi dalam alam yang nyata. Lebih terasa lagi ketika Dato mulai mengambil perawanku. Pelan dan perih tapi kemudian menyenangkan.

Aku  merasa sakit dengan luka yang terasa setelah berlalu dan dilain pihak juga senang dan menikmati.

Dan untuk selanjutnya,

Dato Raf memang tidak menuntut lebih,  tidak membuat janji setiap hari.

Tapi aku selalu dalam ketegangan, karena kekasihku itu bisa menuntut pemenuhan syarat kontrak kapanpun saja dia mau.

Sejak lama, aku  terbiasa dengan perhatian pria yang tersenyum menggoda. Namun sekarang aku menerima seorang pria dengan tangan terbuka. Diriku sepenuhnya  untuk Dato Raf.

Beberapa kali Dato Raf dan aku melakukannya malam itu. Dato Raf begitu kuat, apakah dia memakai obat? Aku tidak tahu.

 

Malam itu air mata mengalir deras dari mataku.

"Engkau menangis?" kata Dato Raf

"Hanya sedikit, mungkin aku bahagia." 

Dato Raf menciumku dan kelembutan di bibir. Dato Raf tidak bertanya-tanya  lagi tentang alasan air mata itu.

Aku tidak tahu, pusaran emosi berkecamuk di dalam diriku dan meledak dari dalam. 

Kembali Dato Raf bergerak tanpa henti,  menyentuh seluruh tubuhku dengan cara yang luar biasa.

Kali ini aku membalas semuanya  dengan lembut dan itu menyalakan api gairahnya di dalam dada Dato Raf. 

Jari-jari Dato Raf membuat rambutku kusut, aku juga mencoba melayangkan senyum  dari bibir  .

"Aku mencintaimu, Anna'' desah Dato Raf. 

Aku diam saja mengingat kata-kata yang paling sering diucapkan Dato Raf. 

Aku hanya duniaku berputar untukku.

Aku tidak lagi canggung  kalau meminta sesuatu.

Beberapa kali hal itu terjadi di hotel.

"Aku tidak ingin lagi dihotel ini" kata canggungku.

Dato Raf memperhatikan ucapanku.

"Aku merasa risih, jika aku datang kesini,  Orang orang menatap kita, meski hotel ini ramai dan tak ada yang peduli."

"Baiklah, di hotel lain dimana Kamu mau?"

"Dirumah, di apartemen, kita akan melewatinya disana."

Dato Raf berpikir sejenak.

"Baiklah, di apartemen kamu, jika engkau merasa  lebih aman."

"Tentu saja aman, kita sudah menikah."

"Jika keluarga atau kenalan kamu tahu?"

"Aku akan menjaga diri." Jawabku. 

Dato Raf setuju. Aku  berpikir, 1 tahun, 2 tahun dan untuk 6 tahun tidak ada masalah sampai aku mandiri dan memiliki Apartemen mewah dan tabungan cukup untuk menjamin  seumur  hidupku dalam kemewahan.

Dato Raf berpakaian rapi dan pergi meninggalkan hotel itu. Aku juga bergerak untuk pulang ke Apartemenku.

Melintasi lapangan ke tempat memarkir mobilku. Aku pergi ke mall untuk memanjakan diri .

Aku membeli beberapa keperluan sebelum pulang ke Apartemen.

2 tahun sudah berlalu,  hidupku sudah  cukup mapan. Pertama kali punya mobil baru meski tidak mahal.

Berkantor di lantai 4, aku punya asisten pribadi yang rajin membantuku. Mia adalah asisten yang selalu bergiat dengan pekerjaannya.

Mia adalah temanku sekaligus menjadi pribadi yang menyenangkan.

Bagi pekerjaan yang kukerjakan dan interaksiku dengan  teman teman sekantor aku mungkin aneh.

Aku adalah pribadi yang tertutup menyembunyikan diriku yang sebenarnya.

Teman temanku  tidak banyak yang  tahu tentang aku, karena aku menyembunyikannya.

Semula aku tidak peduli, tapi sebenarnya juga menggangguku.

Lain waktu tanpa sadar aku mendapat hal lain yang sebenarnya perlu kuketahui.

Suatu hari aku bersibuk untuk sebuah promosi produk.

"Apa kamu tahu pemilik saham pengendali  perusahaan ini?" Mia yang mulai memancing perhatianku. 

Hal yang pasti ingin kuketahui.

"Siapa?" Tanyaku.

"Dato Raf. Nama yang aneh bukan?"

"Bagaimana dengan beliau? Apa yang kamu tahu?"  Tanyaku dengan cara tidak menyolok.

"Itu mungkin dari negeri jiran, keberhasilan bisnis dan penghargaan ketika disana. Namun dia bukan orang sana."

" Beliau jarang datang, istrinya juga. Suatu kali kau harus melihatnya."

Pembicaraan itu segera kualihkan seolah olah aku tidak tertarik.

" Mia', bagaimana persiapan meluncurkan produk baru .Apa persiapannya sudah bagus? Aku ingin lihat cheeklistnya " Aku  bertegas tegas dalam pekerjaan.

Aku memastikan pekerjaaku lancar, acara yang diadakan disebuah mall terkenal .Disana juga ada toko retailer perusahaan.

"Apakah ada hal yang tersisa atau ada administrasi lain yang akan yang akan kita bahas?" Aku bertanya kepada Mia.

"Semua sudah OK , SPG juga sudah. " Aku cukup puas dengan jaminan Mia.

Aku menepuk folder di mejaku.

Mia, asisten junior pembantunya. Wanita yang yang paling suka bekerja keras.

Bawahanku, karena pendidikan yang aku peroleh lebih tinggi darinya, namun pengalamannya puluhan tahun perusahaan Kosmetik Pesona Wanita itu bisa saja tak tergantikan oleh pendidikan.

Mia menjadi pegawai sekaligus tangan kanan dan rekan berbincangku.

Dari Mia, aku banyak mengorek kisah kisah perusahaan dan banyak lagi yang ingin sebenarnya aku tahu .

Kadang-kadang aku  bertemu di ruang baca, tetapi lebih sering - di ruang istirahat , minum kopi pahit dan berbicara tentang apa saja, karyawan, dan pemilik, kantor lelaki yang menurut Mia jarang kulihat.

Aku  sudah tahu bahwa Dato Raf jarang datang ke perusahaan itu, segala sesuatu ada  Direktris yang mengelola. Dato Raf tidak mengontrol perusahaan secara manajemen .

Sering tidak berhubungannya dengan kantor tempatku bekerja, atau umumnya karena Dato Raf juga memiliki beberapa jaringan hypermarket. 

Cerita dengan Mia menarik untuk diikuti . Dari Mia satu satunya sumber , siapa dan bagaimana istri Dato Raf

Istri Dato Raf adalah seorang  wanita agak sedikit gemuk,  satu-satunya  informasi yang ingin kutahu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BERBAGI CINTA   60 Siapa Yang Harus Kupilih? (TAMMAT)

    Dokter berbicara denganku hal hal yang asing bagiku mungkin bahasa medis. Aku tidak dapat mengerti hal itu.Aku cuma bertanya."Apakah mungkin ada kesalahan?" Tanyaku."Maksud anda tidak akurat? Tidak mungkin," ujar dokter.Setelah panjang lebar penjelasan, dokter bertanya. "Apakah Anda punya alternatif?" Tanya dokter."Apa maksud dokter?" Tanyaku."Maaf, mohon jangan tersinggung. Mungkin ada lelaki lain yang bisa kita periksa. Untuk mencocokan DNA itu," kata dokter."Engkau bisa membawanya kesini." Aku tahu, dokter menyarankan agar aku membawa lelaki lain yang mungkin menjadi ayah anakku. Tentu saja ada. Lelaki itu mantan suamiku Dato' Raf. Ayah Brian yang sebenarnya. Tapi aku tidak bodoh untuk menghubungi dokter dan laboratorium itu lagi. Aku akan mulai dari awal. Aku tidak mau Dato' Raf curiga. Aku akan memberitahu Dato' Raf. Apapun yang terjadi.Dato' Raf tentu harus tahu, bahwa

  • BERBAGI CINTA   59 Kejutan Yang Membuat Shock

    Aku membawa permainan untuk Adiputra. Mungkin ayahnya sudah membelinya, karena dia seorang anak yang memiliki segalanya.Dia senang punya permainan mobil yang kubawa. "Sekarang kamu tidur, bermain besok saja,”kata ayahnya tegas. "'Iya, aku mau tidur," Adiputra melirik ayahnya.Aku meninggalkan anak itu dan sebelum pergi mengusap kepalanya. Bos Dewantara mengajakku ke Kafe terdekat. "Ayo kita minum di Kafe rumah sakit," ajak Bos Dewantara.Perutku memang sudah lapar. Mendapat makanan dan kopi cukup menyenangkan. Aku suka kopi. Dewantara juga.'"Mengapa Erika menggugat cerai?" Tanyaku."Mereka selalu tidak cocok kalau dirumah, anakku dan Erika bertentangan dan aku pusing. Adiputra tidak mau diatur, sementara Erika tidak peduli. ""Sulit juga menghadapi anak yang keras seperti Adiputra," kataku."Erika tidak menyembunyikan ketidak sukaannya, jadi hidupku jadi kacau," ujar Dewantara p

  • BERBAGI CINTA   58 DNA

    Namun aku tetap memaksa agar Ronald dan anakku memeriksa DNA, aku tidak mau ada kesalahan.Tetapi lelaki itu dan aku tampaknya cukup yakin, itu adalah anakku dan Ronald."Apakah kamu yakin pemeriksaan itu perlu?" Tanya Ronald."Aku sudah punya suami, meski dia mengatakan tidak lagi subur. ""Lelaki mungkin kesulitan kalau sudah berusia diatas 55 tahun," ujar Ronald. "Jadi kita akan memastikannya," ujarku menguatkan."Jangan ada kesalahan lagi.' "Baiklah jika itu mau kamu, aku akan menanyakan dan mencari waktu yang tepat. Aku dan anak kita akan menjalaninya." Ronald kini tertawa cerah. Seolah-olah tidak terjadi apa apa. Dia membesarkan hatiku."Aku akan menelpon kamu," ujarnya lagi. *** Ronald menelponku dua hari sesudahnya."Aku sudah konsultasi dengan dokter, kita dapat melaksanakannya. Aku dan anakku Brian,." Kata Ronald seperti dia sudah yakin itu putranya.

  • BERBAGI CINTA   57 Ketemu Ronald

    Aku mulai memikirkan Ronald dan kini masanya menuntaskan masalah ini. Aku menelponnya dengan telepon sebelumnya yang kucatat ketelpon baruku. Tak berapa lama telpon itu diangkat. Aku memerlukan menenangkan diri sebelum menjawab teleponnya."Hai, sapaku." Suara ditelpon menjawabnya dengan terkejut."Anna, kamukah itu?" Tanya Ronald seperti berteriak."Iya, " kataku."Aku cuma ingin mengucapkan selamat atas pernikahan kamu," ujarku dengan suara getir."Apa yang kamu katakan? Kamu memutuskan telepon dan sekarang berbicara tentang selamat, apa yang kamu ketahui tentang aku?" "Kamu mengatakan akan menikah dan akan memberikan undangan.""Jadi karena itu kamu memutuskan telpon dan tidak mau berhubungan denganku?""Iya." Jawabku."Aku yang salah," ujar Ronald pula."Kita perlu bicara, dimana kamu?""Apakah ini perlu?" Tanyaku."Tentu saja perlu, banyak yang aka

  • BERBAGI CINTA   56 Erika Sintya pacar Bos

    Adiputra dan Erika Sintya mulai bercakap cakap dan akrab. Aku membujuknya agar mencintai Erika Sintya. Anak itu tersenyum saja. Tapi ia mulai suka dengan Erika dan tidak menolak atau merajuk . Permainan ditempat wisata itu menggodanya. berdua, Erika dan aku membawa Adiputra ketempat permainan, tapi Adiputra lebih suka menempel padaku. Ayahnya Dewantara hanya melihat saja dari jauh. Sekali sekali dia ikut. Tertawa bersama ayah dan anak. Aku seperti pengasuh diantara mereka.Berjalan kemana saja, bos suka melihat tempat wisata dan perkemahan. Tapi Erika dan Adiputra tidak suka berkemah. Jadi berjalan jalan saja kearah bukit dan tempat tempat yang indah.Di siang itu kami pulang setelah berjalan dikaki bukit.Erika Sintya dan Bos Dewantara berjalan berdampingan. Aku dan Adiputra mengikuti berjalan di dekat sungai. Erika memisahkan diri dari Bos dan mendekatkan diri padaku dan Adiputra.

  • BERBAGI CINTA   Bab 55 Ayah dan Anak

    Adputra terbangun pagi hari dan aku membuatkan sarapan. Ayahnya menelpon dari Singapura pagi itu. Aku mengulurkan telepon ke anak itu dan mengedipkan mata memberi semangat. Dia mengambilnya dan menelponAku sengaja tidak mendengarkan percakapan mereka. Setelah memecahkan beberapa telur dalam wajan, dan menutupinya dengan penutup aku menemui Adiputra. Adiputra baru saja selesai menelpon dan menyerahkan ponsel kepadaku. "Ayah ingin berbicara," ujar Adiputra. "Ya," kataku, meletakkan telepon di telingaku. "Anna, apakah dia mengganggumu'? Pegawaiku akan datang ke sana untuk membawa Adiputra. ""Tidak apa apa, dia anak yang menyenangkan. " jawabku."Aku senang dia disini, tapi tempatku mungkin tidak bagus, aku minta maaf.""Adiputra senang disitu, aku berterima kasih. " Kata Dewantara pula."Syukurlah," ujarku tulus."Aku ingin bertemu, sepulang dari Singapura aku akan kesana." Berkata lagi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status