Namun aku tetap memaksa agar Ronald dan anakku memeriksa DNA, aku tidak mau ada kesalahan.
Tetapi lelaki itu dan aku tampaknya cukup yakin, itu adalah anakku dan Ronald. "Apakah kamu yakin pemeriksaan itu perlu?" Tanya Ronald."Aku sudah punya suami, meski dia mengatakan tidak lagi subur. ""Lelaki mungkin kesulitan kalau sudah berusia diatas 55 tahun," ujar Ronald."Jadi kita akan memastikannya," ujarku menguatkan.
"Jangan ada kesalahan lagi.'"Baiklah jika itu mau kamu, aku akan menanyakan dan mencari waktu yang tepat. Aku dan anak kita akan menjalaninya."
Ronald kini tertawa cerah. Seolah-olah tidak terjadi apa apa. Dia membesarkan hatiku.
"Aku akan menelpon kamu," ujarnya lagi.***
Ronald menelponku dua hari sesudahnya.
"Aku sudah konsultasi dengan dokter, kita dapat melaksanakannya. Aku dan anakku Brian,." Kata Ronald seperti dia sudah yakin itu putranya. <Aku membawa permainan untuk Adiputra. Mungkin ayahnya sudah membelinya, karena dia seorang anak yang memiliki segalanya.Dia senang punya permainan mobil yang kubawa. "Sekarang kamu tidur, bermain besok saja,”kata ayahnya tegas. "'Iya, aku mau tidur," Adiputra melirik ayahnya.Aku meninggalkan anak itu dan sebelum pergi mengusap kepalanya. Bos Dewantara mengajakku ke Kafe terdekat. "Ayo kita minum di Kafe rumah sakit," ajak Bos Dewantara.Perutku memang sudah lapar. Mendapat makanan dan kopi cukup menyenangkan. Aku suka kopi. Dewantara juga.'"Mengapa Erika menggugat cerai?" Tanyaku."Mereka selalu tidak cocok kalau dirumah, anakku dan Erika bertentangan dan aku pusing. Adiputra tidak mau diatur, sementara Erika tidak peduli. ""Sulit juga menghadapi anak yang keras seperti Adiputra," kataku."Erika tidak menyembunyikan ketidak sukaannya, jadi hidupku jadi kacau," ujar Dewantara p
Dokter berbicara denganku hal hal yang asing bagiku mungkin bahasa medis. Aku tidak dapat mengerti hal itu.Aku cuma bertanya."Apakah mungkin ada kesalahan?" Tanyaku."Maksud anda tidak akurat? Tidak mungkin," ujar dokter.Setelah panjang lebar penjelasan, dokter bertanya. "Apakah Anda punya alternatif?" Tanya dokter."Apa maksud dokter?" Tanyaku."Maaf, mohon jangan tersinggung. Mungkin ada lelaki lain yang bisa kita periksa. Untuk mencocokan DNA itu," kata dokter."Engkau bisa membawanya kesini." Aku tahu, dokter menyarankan agar aku membawa lelaki lain yang mungkin menjadi ayah anakku. Tentu saja ada. Lelaki itu mantan suamiku Dato' Raf. Ayah Brian yang sebenarnya. Tapi aku tidak bodoh untuk menghubungi dokter dan laboratorium itu lagi. Aku akan mulai dari awal. Aku tidak mau Dato' Raf curiga. Aku akan memberitahu Dato' Raf. Apapun yang terjadi.Dato' Raf tentu harus tahu, bahwa
Namaku Lily Diana Hanasari. Terlalu panjang menurutku. Aku benci nama panjang. Tidak suka juga jika temanku memanggilku Lily. Aku suka dipanggil Anna saja. Pendek dan singkat. Menurutku itu manis. Ibuku memanggilku kadang kadang si Upik. Mungkin itu nama kesayanganku. Sering juga suka menyebutku si burung kutilang. Karena suaraku katanya nyaring seperti burung kutilang. Meracau ke mana mana. Lebih cocok juga jadi penyanyi. Tapi aku tahu, aku tidak berbakat. Aku tidak suka jadi penyanyi. Aku pulang memberi tahu ibu seperti bersenandung. "Aku pula..aang." suaraku bergema dirumah kecil yang cuma punya 2 kamar. Ibuku melihat keluar. '"Eh, si Upik sudah pulang! Terlambat lagi, ke mana saja?" "Pergi bersama si Enny temanku." Jawabku sambil memcomot tempe yang digoreng baru di masak "Atau si Munaf?" "Si Munaf itu kakaknya. Aku pergi bersama adiknya." "Bersama kakaknya tidak apa,
Entah dimana dia tahu tentang aku.Penampilan lelaki itu biasa saja, aku tidak yakin dia bisa membantuku.Namun rasa penasaran membuat aku bertanya lagi."Bapak siapa? Apakah bapak menawarkan pekerjaan?" Aku langsung saja bertanya.Dia agak gelagapan."Aku orang kecil," katanya pula."Hanya seorang sopir. Sopir dari seorang Bos perusahaan besar."Pembicaraannya yang terakhir itu menarik hatiku."Dia melihat anda, dan dia sangat tertarik kepada anda.""Dimanakah dia melihatku.".Tanyaku tidak yakin." Aku juga tidak tahu, mungkin nanti anda dapat berbicara dengan dia.""Siapakah dia?""Bisa disebut konglomerat, atau crazy rich."Entah bagaimana sesuatu terjadi dan aku ingin mengenalnya. Kalau lelaki itu tidak bohong. Aku sedang putus asa.Tanpa sentimentalitas yang tidak perlu, lelaki itu menawarkan diriku untuk menjadi wanita simpanan - secara langsung, tanpa keributan.Selain itu, lelaki bos i
Aku tiba-tiba merasa lebih baik begini meski seluruh kejadian itu mulai membuatku takut."Jadi, kita akan bertemu tiga hari lagi, di hotel. Maaf, itu bulan madu kita."Dato Raf menepuk lututnya dan tersenyum. Pada saat itu dia tampak seperti paman yang baik hati."Jangan takut. Semuanya akan baik dan saya tidak akan terlalu sering mampir - sejauh mungkin dan perlu juga. Saya tidak lagi muda, tapi saya sangat tertarik kepada kamu Anna.""Nama saya Diana.""Aku akan memanggilmu Anna saja," putusnya.Pertama kali ternyata menjadi cobaan berat bagiku. Aku tahu itu menyakitkan, tetapi seberapa parah itu akan menyakitiku. Aku tidak tahu. Aku tidak ingin memikirkannya.Mungkin aku bisa mengatasi dengan pengalamanku sendiri, dan aku tidak sepantasnya mengeluh.Aku berusaha untuk tidak memberi alasan ketidakpuasan. Kesepakatan adalah kesepakatan. Dan bukan favoritku untuk menjadi menangis. Karena semuanya sudah terjadi.
Dato Raf membimbingku di tempat tidur setelah acara singkat itu terjadi. Aku lega dan aku berjanji akan menunaikan kewajibanku melayani sang pelindungku sebagai istri. Dimalam pertama aku sangat gugup. Kegugupan sebagai pengantin baru dan perawan yang tiba tiba saja ada lelaki yang akan menyentuhku. Lelaki yang bukan muda lagi. Aku masih membayangkan diriku cinderella dijemput pangeran berkuda. Mungkin ini lebih mudah bagiku menghadapi malam ini dengan Dato Raf. Dato Raf menciumku dengan lembut. Seluruh tubuhku gemetar sebelum ia melakukannya. Dato Raf berlaku sabar ingin menaik-an gairahku. Dia lelaki yang tidak tergesa gesa. "Aku ingin mencium bibirmu dan itu amat menyenangkan." katanya. Aku sangat merasa kikuk ketika bibir Dato Raf yang sedikit kasar menempel di bibirku. Terasa panas dan menegangkan ketika ujung lidahnya yang menyapu. Dato Raf ingin aku mengulurka
Ingin sekali melihat Datin Betty, namun wanita itu jarang muncul. Juga di acaraku kali ini.Ada begitu banyak orang di acara peluncuran produk, sehingga aku mungkin tidak memperhatikan pelindungku yaitu Dato Raf hadir.Tetapi dia datang atau tidak tentunya tidak perlu. Lebih baik tidak, karena aku akan canggung.Dia pimpinan besar yang tidak muncul di acara remeh temeh.Tapi surprise, tiba tiba Dato Raf muncul sendiri. Jangkung, dengan rambut terawat rapi di atas kepala besar, dengan setelan yang pas, dia membuat kesan yang tak terhapuskan, terutama pada mereka yang hadir.Aku secara saja mencatat momen ketika dia melihatku, tetapi pandangan yang meluncur ke arahku dengan tenang beralih ke pura puraan tidak saling kenal.Aku tidak lagi melihat ke arah Dato Raf.Aku mengakui pada diriku saat itu bahwa aku tertarik dan kagum.Sesuai kesepakatan aku harus tidak tahu apa-apa tentang Dato Ra
Mungkin aku tidak hati hati, saat menyeberang jalan. Ketika aku mengambil kacamata hitamku tanpa melihat kekiri dan kanan sebuah sepeda motor gede hampir menabrakku. Moge itu berhenti mendadak, bunyi remnya berderit membuat beberapa orang menoleh. Aku mengangkat kepala dengan marah dan juga sangat terkejut. Sepatu hak tinggi membuat keseimbanganku jatuh. Aku tidak dapat menjaga diri. Dan saat berikutnya dengan sigap pengendara motor itu menangkapku. Aku jatuh - ke dalam pelukan pengendara sepeda motor dengan jaket kulit dan kemeja kotak-kotak, dengan kancing rendah di bagian dada. Mataku sampai tak berkedip beberapa kali untuk menjernihkan mata dan pikiranku. Aku menatap wajah pria yang sedikit cemas. Lelaki itu tampan