Kimmy sedang duduk di balkon bersandar pada sisi bahu tunanganya ketika Tristan kembali dari toilet dengan lengan panjang kemejanya yang sudah ia gulung sampai ke siku.
"Aku akan keluar dengan Tristan untuk menemui beberapa rekan," Kata Hanif sambil menyelipkan rambut Kimmy ke belakang telinga.
"Kau boleh ikut." Kali ini Tristan yang bicara sambil berjalan untuk ikut duduk bergabung dengan mereka.
Sebenarnya Kimmy ingin menolak tapi Hanif justru malah mengecup punggung tangannya. "Ikutlah," kata pria itu tanpa curiga sama sekali dengan keisengan Tristan untuk mempermainkannya.
"Aku akan cemas jika meninggalkanmu sendirian."
Kimmy terpaksa mengangguk karena dia tidak mau juga menunjuk
Kimmy sudah mandi dan berganti pakaian ketika akhirnya Hanif pulang. Kimmy juga sudah menyiapkan makan malam untuk mereka berdua."Maaf karena jadi mengabaikanmu seperti ini."Kimmy menggeleng, "Itu bukan dosa besar dan masih bisa di maafkan dengan menemaniku makan malam.""Kau benar-benar bisa membuat makanan?" Hanif langsung menarik Kimmy kedalam pelukannya dengan luar biasa bangga untuk mengoda wanitanya."Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Kimmy setelah mereka duduk di meja makan."Kuharap segera beres sebelum aku mengambil cuti untuk pernikahan kita." Bang Hanif meraih tangan Kimmy dari sebrang meja dan menggenggamnya."Apa maslahnya sangat serius?" Kimmy kembali bertanya karena feeling-nya mengatakan jika masalah Hanif memang belum betres."Aku tinggal menunggu persetujuan Tristan, jika dia mau bekerja sama dengan perusahaan rekanan mungkin akan lebih mudah.""Aku hanya bisa mendukungmu, Bang.""Itu sudah cukup." Hanif tersenyum." Aku juga berencana untuk mencari rekanan untuk memulai
Setelah tambahan cuti tiga hari, akhirnya Kimmy harus balik lagi ke Jakarta dengan penerbangan malam karen pagi dia sudah harus kembali bekerja. Kimmy membawa ponsel Tristan yang sengaja tidak pernah dia aktifkan sejak kemarin karena ia takut ketahuan bang Hanif. Kimmy berencana untuk segera mengembalikannya pada Tristan karena dia yakin Tristan juga tidak tahu jika ponsel tersebut tertinggal di kamarnya.Karena terjebak macet saat perjalanan dari bandara akhirnya Kimmy sudah sangat lelah ketika sampai di rumah, bahkan dia tidak sempat ikut makan malam dan langsung tidur setelah memberi kabar pada bang Hanif jika sudah sampai di rumah.Karena ini baru hari kamis Kimmy masih harus bekerja dua hari lagi. Sebenarnya pagi ini dia masih malas untuk bergerak karena entah kenapa sepertinya Kimmy memang capek. Setelah mandi dan berpakaian ia tidak lupa untuk sekalian membawa ponsel Tristan dan sedikit oleh-oleh untuk Jacline.Sesampainya di kantor ternyata Jacline malah
Mereka berdua masih duduk di sofa hanya diam tanpa ada yang mau bicara. Kimmy tidak tahu apa yang sedang di pikirkan Tristan, tapi ia benar-benar sudah tidak tahan. Bagaimanapun seharusnya Tristan bisa bersikap terbuka bukan malah menyeretnya pada masalah baru lagi seperti ini. Kimmy memang tidak siap jika harus melihat kehancuran hubungannya dengan bang Hanif tapi seperti ini dia juga lelah."Aku mau pulang," kata Kimmy setelah mereka hanya diam cukup lama."Akan kuantar." Tristan sudah bangkit lebih dulu."Tidak perlu aku bisa naik taksi."Tristan langsung berhenti untuk kembali menatap Kimmy yang kemudian ikut berdiri."Aku akan tetap mengantarmu,atau kau tidak akan ke mana-mana s
Kimmy langsung di ijinkan pulang karena memang dia sama sekali tidak mengalami cidera serius. Bang Hanif juga langsung balik ke Singapore sore harinya karena pekerjaanya juga sedang tidak bisa di wakilkan pada siappaun. Tiap kali memikirkan bang Hanif dan segala kebaikanya, rasanya kimmy memang tidak akan pernah rela kehilangan pria itu. Entah bagaimana dirinya bisa mengatasi semua ini nanti. Kimmy belum bisa berpikir, mungkin dia memang perlu waktu sampai akhirnya ia siap untuk bisa jujur dan menerima semua konsekuensinya.Kimmy tidak mau kehilangan bang Hanif dan tidak sanggup memikirkannya sekarang. Kimmy juga tidak pernah tahu bagaimana Tristan bisa membawanya kerumah sakit. Tapi jika bang Hanif juga memilih untuk tidak membahasnya Kimmy pun juga tidak akan pernah berani bertanya. Mungkin jika bukan karena Dokter meresepkan obat penenang untuknya beristirahat pasti malam itu Kimmy ju
Kimmy sudah hampir tertidur ketika mendengar suara berisik dari lantai bawah. Karena langsung teringat Tristan, Kimmy pun segera melompat turun dari tempat tidurnya, ia bergegas keluar untuk memeriksa. Benar saja dia terkejut melihat Tristan masih belum tidur dan malah hanya berdiri bingung di ruang tengah yang lampunya masih remang.Kimmy segera menyalakan lampu utama dan berjalan menghampiri Tristan."Kenapa kau belum tidur?""Aku haus dan Lapar."Tentu, bagaimana Kimmy sampai tidak terpikir jika sepertinya Tristan memang belum makan sejak pagi."Kemari akan kucarikan makanan untukmu." Kimmy menarik Tristan untuk berjalan ke dapur setelah kembali mematikan lampu ruang tengah dan ga
Hari masih pagi tapi rumah Kimmy sudah kembali ribut."Oh Tristan, apa yang kau lakukan." Buru-buru Kimmy berlari menuruni tangga karena melihat Tristan bertengkar dengan salah seorang tetangganya."Aku hanya memintanya untuk menggeser mobilnya," terang salah seorang tetangga depan rumah Kimmy. "Tapi dia bilang itu bukan mobilnya padahal kemarin aku melihat sendiri dia yang memarkirnya di depan pagar rumah kami.""Oh Tuhan!" Kimmy benar-benar tidak terpikirkan sejak kemarin padahal tidak mungkin Tristan datang kerumahnya dengan berjalan kaki.Buru-buru Kimmy minta maaf pada tetangganya dan memaksa Tristan untuk memasukkan mobil tersebut ke garasi."Terserah mau kau dorong atau kau angkat, sekarang juga singkirkan benda itu dari depan pagar rumah orang." Kimmy benar-benar gemas. "Jika seperti ini aku bisa terus terlambat untuk berangkat ke kantor.""Tidak apa-apa.""Ya itu memang perusahaanmu dan akan segera bangkrut kalau kau tidak ju
Kimmy dan Tristan sedang menikmati makan siang di meja makan. Karena Kimmy tidak mau makan di sofa seperti orang sakit."Makanlah, Tristan. Itu nasi dan itu supnya." Kimmy menunjuk satu persatu. "Apa kau tidak pernah melihat nasi dan sup?" heran Kimmy karena dari tadi Tristan cuma mengisi mangkuknya dengan kuah sup sampai penuh."Kau harus makan seperti kami jika tinggal di sini. Jangan rewel dan merepotkan ibuku."Tristan tahu jika kadang nasi dimakan dengan kari walau dia tidak suka makanan jenis itu, tapi Tristan suka makan nasi goreng dan sejak kemarin ibu Kimmy sudah membuatkan nasi goreng. Dia hanya tidak mengerti bagaimana memakan sup dengan nasi."Nanti kalau kakiku sudah sembuh akan kubuatkan nasi goreng untukmu, untuk sekara
"Bu...!" Panggil Kimmy setelah menuruni tangga dan tidak melihat siapa-siapa."Tristan....!" panggilnya sambil menengok ke ruang samping yang juga kosong.Kimmy bingung karena tidak mendapati siapapun di rumahnya. Di dapur juga tidak ada orang padahal biasanya pagi-pagi begini ibunya masih berkutat membuat sarapan. Kimmy belum masuk kerja karena kakinya masih agak pincang , mungkin besok dia baru bisa kembali memakai sepatu.Kimmy lapar dan ternyata ibunya juga belum masak, terpaksa dia mendadar telur untuk sarapan. Belum sampai Kimmy menghabiskan telur dadarnya tiba-tiba dia mendengar deru mobil memasuki halaman. Kimmy langsung berdiri untuk mengintip dari jendela dapur."Dari mana saja kalian?" Heran Kimmy begitu melihat Tristan dan ibunya keluar dari mobil dangan menenteng barang belanjaan."Ibu dari belanja, Kim. Memangnya apa yang kau lihat? tidak mungkin ibu pergi arisan hanya pakai daster.""Ibu pergi ke pasar menggunakan mobil sepert