Darto berlari ke arah dapur, dimuntahkannya makanan itu, dia hidupkan kran untuk membuang kotaorannya, darto berlompat-lompat kecil sambil tangannya mengipasi mulutnya yang mengap,
“aduh pana, pedas, aduh_uh_ha_uh_ha_uh_ha” Suara Darto aneh, Mayang yang tanggap langsung mengambikan air minum, lalu disodorkan, darto meminumnya cepat, wajahnya memerah, matanya sampai mengeluarkan air mata, saking gak konsennya, sampai tidak tahu yang disendok dimasukkan mulutnya adalah sambal, super pedas lagi,
Setelah reda Darto memakan seperti biasa, kali ini dia lebih memusatkan perhatian untuk makan, tidak mau kejadian tadi terulang,
Usai makan malam, Darto lesehan di depan teve dia ingin melihat Motor GP yang sedang tayang, Darto menikmati tontonan itu sambil ngemil, piring jajanan dari arah dapur melayang-layang menuju meja depan Darto, tanpa terasa matanya memberat, akhirnya dia tertidur
Dalam tidur Darto bermimpi bertemu Ninik yang sedang tidak bercadar,
DWARRR, JSSSSDarto kaget, kedua makhluk spontan menghentikan aktifitasnya, Darto melepaskan diri dari Mayang, dia menghampiri arah suara itu, Hatinya sungguh bergetar, dan jantungnya berdegup kencang, bagaimana bisa? Hatinya penuh tanda tanya...Kacanya pecah berserakan, atasnya seperti lobang menganga terhantam Meteor, body tinggal separoh dan gosong, ada lelehan material, asap masih mengepul, tidak ada angin, tidak ada hujan, suara ledakannya seperti petir dikala hujan sangat lebat, Darto mengamati benda itu, dia tidak berani menyentuhnya, takut masih ada aliran listrik, Televisi yang sedari tadi menyala tiba-tiba meledak tanpa sebab,‘Apa ada yang konslet ya?’tanya Darto dalam hati, Darto terus mengamati bagian-bagian sisi belakang, barangkali dia bisa mengenali penyebabnya, sampai agak lama, Darto menyerah, dia tidak juga bisa mengungkap penyebabnya, di cabut kabel kontaknya, sehingga putus aliran listriknyaDarto belum akan membersihkan,
TOK TOK TOK“Ninik-Nik_!” Suara ibu memanggil-manggil, Ninik mengerjapkan matanya, dengan malas, dia bangkit, “ups sudah subuh” gumam Ninik segera bangkit dan melakssanakan kewajiban muslimTubuhnya masih terasa lemas, dia tadi barusan tertidur dibangunin, jadi badan terasa berat, tapi agak mendingan seger setelah diguyur air mandi dan wudlu tadi, dia terjengit teringat, sesuatu yang membuatnya tidak bisa tidur semalam, “Mas Darto” Ninik menyerukan nama Darto, gegas dia mengambil gawainya, kemudian dia menghubunginyaTUUUT TUUUTSuara panggilan Ninik tidak terjawab, Ninik makin gelisah, dia akan meminta tolong siapa? dengan alasan yang masuk akal apa? Dia jadi bingung sendiri, dia kan dalam posisi di pingit“Mbak ayu, aku pingin ngomong sebentar” bisik Ninik, saat ayu berpapasan dengannya hendak ke dapur, dari kemarin hingga hari pernikahan Ninik tepatnya seminggu lagi, keluarganya memang berkum
Darto berjalan dengan langkah lebar mendekati Jaka,“Maaf Kak, tidak dengar tadi, Kakak dari tadi?” tanya Darto, sedikit kikuk dengan penampilan berantakan“Tidak juga” Jaka mengamati penampilan Darto yang berantakan dengan Jidat benjol sebesar telur Bebek menjadi agak khawatir“Itu Jidatmu kenapa Dar...?” tanah Jaka dengan muka khawatirnya“Ah_tidak apa-apa Kak, cuma terbentur meja saat bersih-bersih” jawabnya“Kak Jaka ada perlukah?” sambung Darto“Ah_tidak, tadi Ninik meminta tolong padaku untuk mencari kabarmu, dia nampaknya punya firasat, dan itu benar, Jidatmu benjol, ah ya sudah, aku berangkat kerja dulu, lain kali hati-hati” sambil berbalik meninggalkan Darto“Baik Kak, hati-hati di jalan” samal untuk keluarga“Beres, nggak salam ke Ninik juga?” ujar Jaka setengah menggoda“Hehehe...iya jelaslah Kak”
POV DARTOAku kaget saat Mayang menutup pintu dengan keras, “Huh!” Darto menghempaskan tubuhnya di kasur, Aku memijit pelipis dan mengelus-elus memarnya, yang sekarang membesar membentuk benjolan, aku sediki terjengit saat merabanya, “waduh benjol, bagaimana ini kalau nggak kempes pas hari H” seru seruku spontan, “ aah sia*” aku mengumpat sendiri, belum juga kumpul dalam satu rumah, sudah kacau begini, bagaimana kalau Ninik di sini, rumit juga ya orang Poligami itu, ibarat kata menjadi Pawang dua Singa, “Huff” akuk menghempaskan nafasku, berusaha memejamkan mata dan melupakan sejenak semua beban pikiran, biar besok aku selesaikanAkhirnya aku tertidur dengan hati masih terasa gondok.“Darto!”Lamat-lamat aku mendengar suara Mas Jaka Kakaknya Ninik, aku segera bangit, kepalaku terasa pening, mungkin efek kepala benjol ini kali yah, aku gegas turun, tanpa memperhatikan penampilan lagi, aku takut ke
POV AUTHOR Saat Darato gelisah dengan situasi itu, dari arah dalam ada kunci melayang, dengan berbunyi khas gesekan dua logam, yah itu kunci motor yang di bawa Mayang, tentu saja nampak melayang, kemudian diserahkan ketangan Darto, Darto terbengong, kemudian dia sadar, dan agak malu, dia tadi salah mengira, dikiranya pintu diganjal Mayang, tidak tahunya memang masih terkunci, Darto menimang kunci itu, memastikan benar itu kunci rumahnya “Maaf Yang, aku telah salah sangka” ujar Darto dengan suara lembut, Mayang tidak menjawabnya, mungkin bukunya tertinggal di dapur, dan tidak sempat mengambilnya, kemudian Darto berbalik menghadap pintu, dimaskkannya kunci kelubangnya, Ceklek, “Ah syukurlah” Darto bergumam sendiri “Yang kau berangkat ya!” Darto berpamitan, seperti biasa tidak ada jawaban, Darto segera pergi *** Tujuan pertama adalah Toko Hand Phone, dia memaju motornya standart, tidak ngebut juga tidak pelan, dia harus berhati-hati, agar
POV DartoAkhirnya selesai semua, berkas-berkas dari KUA yang harus aku tanda tangani sudah selesai, tinggal besok diserahka ke kantor KUA, tugas itu di handle sama Kak Darman,“Makan gih, sudah ibu siapin, urap-urap ikan asin dan sambal teri” tawar ibuAku langsung menrima tawaran ibu, tentu saja, sehabis dari kulakan Spare Part langsung kesini, belum sempat isi perut, masakan ibu baagiku paling enak,” ingeh bu” jawab aku tanpa basa basi,Derrrt, derrrtSelagi makan, Hand Phone aku berdering, “Halo...!” seruku dngan HP di ku gepit di antara bahu dan telinga,“Mas, Cincinnya sudah jadi, sudah bisa diambil, kami tutup jam 9 malam mas, kalau ada waktu bisa segera diambil” suara wanita diseberang“Oh ok, segera saya ambil mbak, sebentar lagi saya akan meluncur kesana” jawabku semangat, ‘asik... aku bisa ketemu lagi dengan Ninik dong sekarang’ batin darto senang
”Keterlaluan sampean Mas” kata Nini sambil berurai air mata,Darto dan Kakak Ninik bingung dengan tingkah Ninik, apanya yang keterlaluan, apa nilainya kurang atau bagaiman?“Kamu kenapa toh Nik, apanya yang keterlaluan,” celutuk Ayu, Darto yang bingung merasa terwakili oleh perkataan Ninik“Ini_ini_terlalu mahal, aku merasa tidak enak sama Bulek, dikira saya meminta-minta” ceerocos Ninik sambil sesenggukanHaem, Darto dan Ayu merasa lega, dikira ada apa, Nik itu kan Bulek sendiri yang pilih, itu pertanda Buleksangat menghargaimu, Ayu mengelus pipi Ninik, melihat itu Darto menelan saliva, sebenarnya dia juga ingin mengelus pipi itu,“Itu benar Dek, Ibu yang memilihkan itu, dan aku menyetujui, karena Adek pantas menerimanya..., lagian aku juga nggak keberatan, dan mampu, jadi dek Ninik jangan merasa nggak enak” Darto menimpali dan tersenyum semanis mungkinNinik yang mendengar itu menjadi terdiam
Setelah tersedaknya reda Ninik langksung mengklarifikasi menjawab ocehan pria itu yang ngawur“Ini memang Kak Ayu, sedangkan beliau adalah calon suami Nini Kak” ucap Ninik mengaskan“OoooH masih calon toh... sebelum janur kuning melengkung kan masih bebas, masih ada peluang toh...?” Tukas pria ituUHUKS UHUKSKini gantian Darto yang tersedak, untung, semburannya dia arahkan ke samping, hingga tidak mengenai meja, matanya mendelik, dia merasa kesal dengan pria ini, hampir memancing marahnya, tapi dia masih waras, tidak mau citra kasar tersemat gegara memukul orang di hadapan Ninik, tidak, dia tidak mau, Darto benar-benar kesal sekarang“Nih Kak, undangan kami, tolong datang ya... seminggu lagi,” Ninik mengambil kartu undangan dari dalam tas segera, dan memberikannya kepada pria itu, berharap dengan itu menghentikan kekonyolan pria itu,“Ooooh_masih satu minggu toh, dalam satu minggu masih ada waktu&rd