Share

BAB II 15 TAHUN KEMUDIAN

“WOY”….teriak seseorang membuyarkan lamunan Anita, Anita yang kini tampil dengan pakaian sederhana, dengan lap pel dan sederhana, dengan lap pel dan ember air kotor.

“untung kagak jantungan gue san, jatuh kan ni air, tanggung jawab lo” anita berkata ketus pada santi, yang memang teman seprofesinya.

“lo yakin lagi ngepel, liat tuh” Anita melihat lantai, dan ternyata lantai itu hanya satu meter yang dipel sisanya sangat kotor dan berdebu, Anita tersenyum malu sendiri

“sorry san,ga liat gue, “ tebas anita menutupi kemaluannya terhadap apa yang dilakukannya itu.

“lo mikirin apa sih Ta, dari kemarin , gue perhatiin ngelamun terus, lagi jatuh cinta apa pegi mana sih?”cerocos santi pada Anita yan tampak cengengesan karena malu.

“lagi inget masa lalu san, gue ngerasa kangeun sama kaka gue Dinda, cuman masalahnya gue ga tau ka Dinda dimana. Meskipun gue tahu Kak Dinda sebetulnya ga berharap atas kehadiran Gue, tapi cuma dia satu-satunya saudara yang gue punya” Sanggah Anita pada santi sambil meneruskan mengepel lantai.

“masa sih, sama kaka sendiri lo gapunya no hpnya atau apa gitu, gue tuh tujuh bersaudara, punya gue no mereka semua, satu ada yang di Kalimantan, ada yang di Banjarmasin, masih ada nih masuk w****ap keluarga, lo cuman punya satu saudara dang ada siapa-siapa lagi dikeluarga lo masa ga tau kabarnya kaka lo” Santi yang kebingungan.

"Beda San, Kak Dinda sama gue punya masalah besar yang gabisa gue jelasin, walaupun gue berusaha Tetep aja gue ga akan bisa bareng-bareng sama Kaka gue, sekarang ini tugas gue cuman bisa bertahan hidup jauh lebih baik lagi, dan untungnya gue punya kamu san, yang selalu baik sampai detik ini" Anita tersenyum sambil terus mengepel lantai koridor, sesekali mereka saling bercanda dengan menempelkan lap pel masing-masing, Anita terlihat sangat bahagia bila berdua dengan sahabatnya Santi, sudah berpuluh tahun bersahabat rasanya sangat akrab sekali.

“Anita, santi, kalau sudah beres ngepel lanjut beresin ruangan meeting, setengah jam lagi, para atasan akan meeting, jadi cepetan” suara seorang senior OB yang berdiri berteriak memanggil mereka berdua, wajahnya nampak serius, meskipun sudah berumur laki-laki yang dipercaya sebagai senior para bawahan di bagian bersih-bersih itu terlihat masih menawan.

bergegas Anita dan Santi menyelesaikan pekerjaannya mengepel setiap inci koridor dengan cepat,karena ia tahu bila kerjaannya tidak baik, meskipun mereka telah bekerja cukup lama tapi tidak menjamin mereka akan tetap bisa bekerja disitu. karena bagi cleaning servis seperti mereka tidak mungkin bisa mendapatkan posisi sebagai karyawan tetap. setelah selesai dengan pekerjaannya Anita dan Santi lalu menuju ruang meeting.

Diruangan dengan dekorasi yang elegan nuansa warna cokelat, AC ruangan itu sangat nyaman, berbeda dengan tempat istirahat para cleaning servis, paling barter ada kipas angin, wong itu juga dipakai gantian karena anginnya tidak bisa mendinginkan suhu ruangan kota Jakarta yang sangat panas. ruangan meeting itu tampak meja panjang yang sebetulnya tidak kotor sama sekali, namun mereka tetap harus mengelapnya, minimal harus kinclong sekali. Kursi sudah tertata sesuai dengan tempatnya, mereka merapihkannya ruangan itu dengan menyemprotkan cairan pembersih dan membersihkannya, tidak lupa menyemprotkan desinfektan untuk menghindari kuman da bakteri, mereka berharap segera bisa menyelesaikan tugas mereka.

"Nita, kapan ya bisa duduk disini" Santi membuyarkan lamunan Anita yang seperti memikirkan sesuatu.

Anita melihat kearah Santi yang sedang duduk dimeja pemimpin meeting, Anita terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu.

"san, udah yu nanti ketahuan bisa gawat kita, lagian disini kan full cctv-nya, ayo san kita keluar aja.

"oke bentar gue rapihin dulu"

Santi dan Anita segera merapikan meja tersebut lalu bergegas meninggalkan ruangan meeting.

"ta, gue yakin banget kalau yang pada duduk diruangan meeting itu pasti ga pernah ngerasain rasanya Gas habis, galon habis, pulsa habis, eh token listrik bunyi berbarengan... " suara Santi diiringi tawa keduanya, mereka tampak riang jika bercanda bersama.

"ga semua sih sebenarnya yang hidup mewah dengan bekerja dikantor kaya gini, ada kalanya yang gaya hidupnya lebih Hedon dari penghasilannya, jadi malah besar pasak daripada tiang"

"waduhh opo maksudnya toh Ta?" Santi yang sedang asik tertawa heran karena tiba-tiba Anita seperti sedang kepikiran suatu hal yang cukup serius.

"ngga, maksudnya banyak loh san, yang kerja di kantoran tapi jajannya aneh-aneh"

"hah,,, jajan apa yang aneh san?"

"jajan, cewe....."

"nahh kalau itu aku tau, dulu aku pernah jalan-jalan sama ponakan ku, aku lihat ada cewe pakaiannya uuhh seksi abis, mukanya mirip banget sama kamu ta, aku langsung panggil-panggil ga jawab, aku pikir yang seksi itu kamu, abis itu cewe Masya Allah bodynya bagus, wajahne ayu, tapi sayang dia dirangkul sama bapak-bapak tua gitu, mirip sama orang-orang meeting disana. cuman pas ngeliat kamu nih kita udah sepuluh tahun susah senang bareng toh, aku sangsi kalau dulu yang aku liat itu kamu"

Santi nyerocos kemana-mana tanpa bisa mengerem atau memfilter ucapannya, Santi memang agak cablak tapi tidak membuat Anita gampang tersinggung dengan guyonannya, dia hanya merasa santi itu menghiburnya dengan ceplas ceplosnya itu.

"kalau kamu punya temen ternyata wanita kaya gitu mau gimana san?" Anita mulai bertanya yang nampaknya agak serius, namun tetap tidak dihiraukan santi ia malah tertawa dan dengan santai menjawab.

"gapapa bebas, temanan kan gaharus sama yang alim, uhh dikampung aku dulu banyak banget cewe bajunya tertutup Sampe mukanya juga, tapi ya itu, taunya istri kedua, ketiga, terus nih si istri pertamanya ga terima dimadu, akhirnya nolongin janda malah dijandain istri sendiri, kan kasihan toh, aku mah bebas orangnya yang penting hidup kita ga bikin rugi orang lain, jangan bikin susah orang toh?" jawab Santi kembali diiringi gelak tawa keduanya. mereka masih berjalan mengiringi koridor menuju Lip pekerja yang letaknya cukup jauh dari lip karyawan. namun mereka selalu menghabiskan waktu kerja dengan bercanda, untungnya dikantor tersebut tidak terlalu kaku, selama pekerjaan selesai semuanya sah-sah saja. Anita berjalan menyusuri koridor tampak beberapa karyawan mulai berdatangan menuju ruang meeting yang sepertinya meeting akan segera dimulai. Anita melirik kearah para karyawan itu dan menatap dengan sangat tajam, ada rasa yang tak bisa diungkapkan olehnya. ada banyak hal yang terlintas dalam pikirannya. namun ia merasa tidak suka menceritakan dirinya apalagi masa lalunya, fakta yang sangat kelam yang pernah ia lakukan terhadap anaknya bahkan takdir yang harus ia telan setelah itu menyimpan banyak kata yang tidak bisa ia ungkapkan. Anita, ia hanya merasa hari ini adalah harinya. dan ia ingin hidup untuk hari ini, bukan masa lalunya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status