BAB 14 KETAHUANKetika Talisa melihat Tamara menghampiri Calvin dan wanita itu berbisik mesra pada suaminya, sungguh Talisa langsung dibakar cemburu hebat yang luar biasa, jantungnya berdegup kencang dan rongga dadanya bergemuruh panas. Talisa merasa tidak memiliki kendali terhadap Calvin dan terhadap perasaanya sendiri yang sudah terlanjur terjerumus dalam pada lelakinya yang masih menyimpan banyak masa lalu.Rasanya sangat sakit, saat itu Talisa hanya ingin lenyap, lenyap sejauh mungkin agar tidak perlu ikut menyimak drama Calvin bersama mantan istrinya. Talisa juga suda tidak perduli ketika malam itu Daren bersikeras mengantarnya, Talisa ingin segera kabur ke bandara. Daren duduk di depan kemudi sementara Talisa ngotot duduk di belakang untuk memperlakukan Daren seperti supir taksi.Isi kepala Talisa masih sangat kacau ketika jemari tangannya tidak sengaja terus bergerak menyelip ke celah jok tempat duduknya. Talisa terkejut dengan benda kecil yang tiba-tiba menusuk ujung jarinya.
BAB 15 AKHIRNYA CALVIN TAHU"Anak siapa yang kau lahirkan?" Mata Daren melotot pada Tamara yang langsung tidak berani bergerak. "Jadi karena itu kau bersembunyi selama tujuh bulan?" Daren terus melotot. "Kau sengaja menyembunyikannya dariku!"Daren sangat murka, meraih leher Tamara untuk dia cengkeram kasar. "Wanita licik pendusta! Beraninya kau mengkhianatiku!" Kebohongan Tamara telah terbongkar, dia terpojok tidak memiliki pilihan."Aku tidak ingin menyembunyikan rahasia darimu." Akhirnya Tamara bercerita dengan tarikan napas agak tersendat sesak. "Aku terpaksa karena Katrina!"Tamara balas menatap Daren untuk meyakinkan. "Katrina coba memperalatku mengunakan bayi itu."Baru kali ini Daren melihat wanita seperti Tamara sampai menangis."Mereka memaksaku mengunakan bayi itu untuk memeras Calvin!" Pelan-pelan Tamara mulai melempar kesalahan pada Katrina. "Karena itu aku harus menyembunyikan bayiku dari semua orang. Aku benar-benar tidak memiliki pilihan sementara Katrina terus meng
BAB 16 MENYIMPAN RAHASIAMalam semakin larut, hujan mulai turun, semakin lama semakin lebat tapi Calvin belum juga tiba. Sudah tidak terhitung berapa kali Talisa menoleh penunjuk waktu di layar ponselnya. Perjalanan dari bandara seharusnya tidak sampai satu jam, tapi ini sudah tiga jam berlalu tapi Calvin belum juga sampai di rumah.Terakhir Calvin mengirim pesan jika pesawatnya sudah mendarat tapi sekarang ponsel Calvin justru mendadak tidak bisa dihubungi. Layaknya istri yang sedang gusar menunggu suami pulang, rasanya waktu berjalan semakin lambat dan mendebarkan bagi Talisa. Jantung Talisa terus berdebar oleh berbagai pikiran, dia takut terjadi sesuatu pada suaminya.Karena tetap tidak bisa tenang, Talisa kembali berjalan ke jendela untuk menengok ke luar halaman dari kamarnya di lantai tiga. Halaman rumah besar itu terlihat suram dengan hujan yang semakin deras disertai petir menggelegar.Tiba-tiba Talisa teringat ucapan Calvin mengenai orang-orang yang ingin membunuhnya. Sungguh
BAB 17 CERITA CALVIN"Ini milik siapa?" Talisa menenteng plastik bening berisi peralatan makeup wanita ke hadapan Calvin."Milik ibuku!"Talis terkejut, tentu Talisa masih ingat dengan cerita nyonya Maria mengenai ibu Calvin yang telah kabur meninggalkan suaminya, sampai akhirnya ayah Calvin bunuh diri."Aku memerlukan sampel DNA-nya."Talisa masih heran. "Dimana ibumu?"******Beberapa bulan yang lalu ketika Calvin baru pindak ke Indonesia, tiba-tiba seorang wanita menghadang Calvin di depan pintu loby dan mengaku sebagai ibunya."Aku tidak memiliki ibu!" Jawab Calvin dengan nada dingin.Wanita berbadan kurus pucat itu langsung mengeluarkan sebuah cincin dari sakunya."Mungkin kau tidak mengenaliku, tapi pasti kau mengenali cincin ini!"Tentu Calvin mengenali cincin pernikahan dalam foto kedua orang tuanya."Aku hanya ingin bertemu denganmu!"Calvin memperhatikan lebih teliti dan entah kemiskinan atau penyakit yang telah membuat wanita di hadapannya itu jadi sangat berbeda dengan yan
BAB 18 KEMARAHAN CALVINJadi sebenarnya Calvin sudah tahu ayahnya tidak mati bunuh diri, tapi Calvin pilih bersikap tenang untuk diam-diam menyelidiki persekongkolan orang-orang di sekelilingnya. Selama ini Calvin hanya terus memantau dan harus menahan kemurkaannya agar tidak meledak."Aku akan segera membereskan semua ini!"Sekarang Calvin membutuhkan sampel DNA dari ibu kandungnya. Karena setelah kemarin Calvin gali lagi kuburnya, tubuh Lorna telah Calvin tenggelamkan ke laut untuk dia lenyapkan."Aku mencemaskanmu!"Talisa semakin cemas begitu tahu sekeji apa musuh-musuh Calvin, mereka tega membunuh keluarga sendiri hanya demi saling menguasai harta."Aku tida mau kehilanganmu!" Talisa sangat takut kehilangan Calvin, dia menahan Calvin yang hendak pergi."Kau tidak perlu cemas, aku akan segera menyelesaikan mereka semua!"Calvin terlihat sangat yakin dengan segala rencananya, tapi apapun bisa tiba-tiba terjadi diluar dugaan. Karena itu Talisa tetap menggeleng."Tolong jangan pergi!
BAB 19 SIFAT KERAS CALVINBegitu mendengar suara mobil Calvin kembali, Talisa langsung berlari menuruni anak tangga untuk menyambutnya di garasi. Talisa SUDAH benar-benar tidak sabar karena terus dibuat cemas sejak Calvin pergi."Calvin!" Talisa luar biasa terkejut melihat kemeja Calvin yang sangat kotor, bukan cuma kotor oleh percikan air dan tanah kecoklatan, tapi suga percikan darah yang membuat Talisa semakin takut."Apa yang terjadi?" Talisa berlari memeluk lelakinya. "Apa kau terluka?"Talisa juga langsung sibuk meraba ke sekujur lengan Cavin dan dadanya yang berdebar hangat."Aku sudah berjanji untuk pulang untukmu!" Calvin cuma merunduk untuk mengecup dahi Talisa.Talisa lanjut menelusuri tubuh lelakinya yang sangat kotor untuk terus dia periksa. Sepertinya memang tidak ada luka berarti, tapi percikan darah di kemeja Calvin masih membuat Talisa takut"Kau harus mandi!"Talisa menarik tubuh kaku Calvin agar ikut bersamanya. Talisa membawa Calvin ke kamar mandi, menguraikan k
BAB 20Pagi selepas Calvin pergi, Talisa turun untuk membuat minuman hangat. Biasanya Talisa membuat teh hijau dengan lemon. Ketika Talisa berjalan melalui depan mesin pembuat kopi, Talisa baru ingat jika pagi ini dia belum membuat kopi untuk Calvin. Biasanya Calvin akan membuat kopi sendiri bila Talisa lupa. Tapi sepertinya pagi ini Calvin sedang tergesa-gesa karena Talisa juga tidak melihat bekas cangkir.Tiba-tiba Talisa malah iseng untuk membuat kopi untuk dirinya sendiri. Talisa juga mengikuti selera Calvin, kopi tanpa krimer dan tanpa gula. Talisa memperhatikan cairan hitam pekat mengucur ke cangkirnya yang langsung mengepulkan uap panas, aromanya saja sudah membuat Talisa rindu.Talisa bukan rindu pada aroma kopi, tapi rindu pada seseorang yang biasa dia buatkan kopi seperti itu. Padahal Calvin juga baru pergi beberapa menit Talisa sudah rindu. Diam-diam Talisa tersenyum karena mengingat perbuatan mereka sepanjang malam. Istri yang berhasil dibuat bahagia, pasti bakal terus mer
BAB 21 SEMUA KACAUTalisa segera menguyur tangannya yang terkena percikan air kopi panas ke bawah kran air mengalir, rasanya jadi panas terbakar di permukaan kulit. Talisa berdesis-desis untuk menahan denyut perih sambil terus berdoa semoga kulitnya tidak melepuh. Air dingin mengurangi sakit untuk sejenak, tapi belum juga mereda saat tiba-tiba ponsel Talisa berbunyi. Benda pipih merah muda itu terus bergetar di atas meja dapur agak jauh dari posisi Talisa berdiri. Talisa coba merentangkan tangannya yang tidak sakit untuk menggapai sambil mempertahankan tangan yang lain agar tetap berada di bawah air.Talisa nampak kerepotan untuk sekedar meraih ponsel, tapi begitu nyaris berhasil dia gapai, panggilannya malah berhenti. Karena panggilan teleponnya telah berhenti, Talisa lanjut menguyur punggung tangannya di bawah kran tanpa memeriksa siapa yang tadi menelpon. Kira-kira baru setengah menit ponsel Talisa berbunyi lagi."Ah ...!" Talisa terkejut dan buru-buru lebih cepat untuk meraih pons