LOGINTania masih terlentang dalam dekapan sang suami. Dua tubuh manusia laki-laki dan perempuan yang sama-sama sudah tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuh mereka di ranjang kamar itu sedang berpacu menuju kenikmatan duniawi terutama Ryan yang ingin sekali menuntaskan tugas pertamAnya sebagai seorang suami. Di sisi lain, sang istri, Tania malah belum yakin sampai dengan detik ini untuk melayani kebutuhan biologis Ryan sang suami.
Rasa takut akan sakit dan perih di bagian kewanitaannya yang masih perawan itu sungguh masih menguasai pikiran dan hatinya. Hal ini dia ketahui dari bacaan-bacaan dan info-info yang ia dapatkan dari internet. Padahal yang namanya persetubuhan apalagi jika itu dilakukan oleh sepasang suami istri yang memang sudah saling mencintai tentunya akan menimbulkan pengalaman seks yang luar biasa bagi keduanya.
Hal itulah yang kurang dipahami oleh Tania sebagai seorang perempuan yang sudah menikah.
Ryan masih terus mencium dan meraba tubuh istrinya. Setelah lama berpagutan dengan Tania, dengan napas memburu Ryan mulai turun ke leher sang istri untuk menciumi dan mengecup serta menjilat. Terus lanjut turun ke bagian tengah bukit kembar milik istrinya. Sambil meremas kedua buah dada Tania. Ryan tak henti terus menyerang bagian tengah dua gunung kembar nan indah itu.
“Cuppp…slurppp….slerppp…arghhh…, nikmat banget kamu sayang!” kata Ryan sambil melenguh.
Sementara Tania menggeliat-geliatkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Sambil memejamkan matAnya menahan serangan gelora nafsunya yang mulai menaik. Tania menggerakkan kepalAnya ke atas. Sambil berkata lirih,”Arghhhhh…esshhhh….masss….!” seru Tania
Ryan mengalihkan bibir dan lidahnya ke dada sang istri. Dia langsung mengulum puting dada yang berwarna pink dan dilingkari warna kecoklatan itu. Sambil sesekali menggigit kecil si puting.
“Emhhhh.....slurppp..cuppp..aghhh...enakkk banget putingmu sayangggg!” seru Ryan
“Eshhhh...pelan-pelan mas Ryanii...aku masih sedikti takutttt!” seru Tania sambil tersu menggeliat da mendesah.
‘”arghhh.....mhmmmm...eshhh..aku mulai netes Tania!” seru Ryan
“Netes apa masss...???” tanya Tania sambil kebingungan dengar Ryan bilang netes.
Seketika rudal Ryan berdenyut-denyut sambil sekuat tenaga untuk menahan agar tidak keluar maksimal. Karena Ryan masih belum berhasil masuk ke meki berjembut milik Tania itu.
“crettt...crettt...arghhh...!” aku mulai orgasme sedikit sayangggg!” Kata Ryan sambil mencium pipi istrinya. “Cupppp...ahhhh!”
Ryan langsung rebahan sebentar di sebelah Tania. Terengah-engah napas keduanya untuk rehat sejenak. Ryan tidak ingin buru-buru menghabiskan spermanya untuk menyemprot meki sang istri. Karena masih ingin pemanasan yang agak lamaan karena pengen merasakan bercumbu yang sangat lama dengan Tania. Sementara Tania merasa ini waktu yang tepat untuk menghentikan nafsu liar Ryan karena Tania masih diselubungi rasa takut untuk bersetubuh dengan suaminya.
Lalu Tania buru-buru meraba selangkangannya yang memang ternyata sudah mulai basah dan agak lengket di sekitar bulu-bulu jembutnya karena semprotan sebagian kecil cairan nikmat milik sang suami.
Tanpa sadar pun sebenarnya Tania juga sudah sange alias horny dengan cumbuan Ryan. Terbukti mekinya juga basah karena cairan yang keeluar dari lubang surgawinya.
Tiba-tiba Tania bangun dari rebahan untuk menngambil daster dan CD berwarna pink miliknya yang tergeletak di ubin kamar di sebelah ranjang mereka.
“Kamu mo ngapain Tania?” tanya Ryan agak kaget karena masih berharap untuk bisa meneruskan percumbuannya bersama istrinya.
Sambil berpakaian dasternya dan CD nya lagi Tania bilang, “Aku mau mandi dulu ya mas, karena badanku keringetan sehingga gatel-gatel dan juga anuku basah dan lengket nih!” seru Tania
“Tapi aku mo ke dapur sebentar untuk beresin yang tadi bekas kita makan bareng!” lanjut Tania
Tanpa menunggu persetujuan Ryan, Tania langsung ngeloyor ke dapur.
Ryan menggerutu dalam hati karena untuk kesekian kalinya hasrat menggebunya gagal dituntaskan.
Dalam kondisi masih bugil dan rudal ngaceng, Ryan lalu mengambil Laptop di meja lalu disetelnya di kasur untuk menonton film dewasa favoritnya untuk menuntaskan hasrat menggebunya yang masih menyala-nyala demi menghindar stres karena belum tersalurkan.
Tidak lupa sebelumnya dia mengambil kondom pengaman di laci meja sebelah ranjang untuk membungkus Rudal besarnya itu. Agar semburan sperma nantinya tidak berceceran saat ia mencapai puncak onaninya sambil menonton blue film.
Sambil telanjang dia berjalan ke arah pintu kamar untuk menguncinya dari dalam.
Ryan langsung loncat ke kasur untuk menyetel situ-situs blue film incerannya. Tidak lama kemudian terputarlah sajian film seks yang sangat menggairahkan bagi Ryan karena Ryan langsung mencari adegan dimana sang pemeran pria dengan gagah sedang mengenjot si wanita dengan gaya doggy style. Posisi gaya anjing ini adalah salah satu gaya favorit Ryan sambil menonton ia membayangkan Tania lah yang sedang nungging dengan pantat indahnya. Dan membayangkan rudal besar Ryan sedang menancap dan sedang bergerak keluar masuk karena genjotan Ryan. Di blue film sedang mencapai detik detik puncaknya dimana sang pria mulai makin kencang memacu genjotan rudalnya ke pantat sang wanita yang terus melenguh sambil mengeluarkan kata-kata kotor, “Come on honey, fuck me more faster and harder!” begitulah suara sang wanita amerika itu meminta sang pria agar lebih cepat dan lebih kecang untuk menggenjotnya. Ryan makin sange dan mulai gak tahan melihat adegan itu. Dan saat si pria di film itu mencabut rudalnya dan membalikkan tubuh si wanita untuk rebahan. Seketika si pria menindihnya dari arah depan sambil memasukan rudal kekarnya ke meki sang wanita.
“Argggghhhh....come on honeyyyy..Fuckkkk Meee...arghhh!” seru si wanita saat si pria mulai menggenjotkan dengan posisi creampie aatau missionari atau gaya yang bikin full ngentot.
Si pria seketika berteriak kencang sambil menggenjot meki si wanita sambil mereka berciuman terlihat rudal si pria berkedut-kedut yang berarti sedang menyemprotkan spermAnya.
“Arghhh...honey I’m Cominggggg...arghhh....your beautiful honeyyy!” teriak sang pria
Sementara sang wanita juga orgasme berkedut-kedut kencang mekinya sambil memeluk pingggang sang pria sambil berpagutan.
Seketika sang pria mencabut rudalnya dan mengarahkan ke dada montok sang wanita untuk menumpahkan sebagian spermanya sebagai bukti kegagahan sang pria. Terlihat keduanya terengah-engah keringat bercucuran di kedua tubuh telanjang mereka. Sambil sesekai mereka berciuman lagi tanda puas maksimal
Di saat yang bersamaan Ryan pun menyemburkan spermanya di kondomnya...crotttt...crottt...crottt....Ryan sambil membayangkan pantat istrinya lah yang ia semprot saat itu.
“Aghhhhh...enakkkk...!” seru pelan Ryan tanda puas meski kurang nikmat sebenarnya tanpa dilakukan bersama sang istri.
Tidak terasa Ryan tertidur dalam keadaan telanjang dan kondom masih nangkring di rudalnya yang sudah terkulai lemas dan mengecil kembali.
Petang harinya sekitar pukul 4 sore suara ketukan pintu kamar terdengar dari luar.
“Mas Ryan...buka pintunya donk! Pinta Tania
“Masss....mass....lagi ngapain sih???” Tania bertanya-tanya dan menebak mungkin Ryan tertidur.
Tania bergumam dalam hatinya. Mas Ryan harus aku bangunkan karena sudah sore hari.
“Tok...tok..tokkk...Mas Ryan...bangunnn!” teriak Tania di balik pintu kamar
Tetiba Ryan terbangun dari tidurnya karena suara ketokan pintu dan suara Tania.
“Hoammmmhhh...yaya...bentar sayanggg...aku buka kuncinya!” seru Ryan sambil bangun dari ranjang dan berjalan agak terhuyung ke arah pintu kamar.
“Ceklekkkk....” suara pintu kamar dibuka Ryan
“Mas Ryan tertidur ya tadi?” tanya Tania
“Iya sayang, aku bener-bener ngantuk tadi” kata Ryan pelan sabil terhuyung untuk rebahan lagi di kasur.
“Loh koq mas tiduran lagi?” Tania protes. “Sana....mandi bersihkan badan mas Ryan!” perintah Tania
Tania tiba-tiba kaget liat rudal Abi terbungkus kondom.
“Lohhhh...lohhh..mas Ryan abis onani yak tadi?” tanya Tania
Ryan senyum-senyum cengengesan, “Hmmm...hehe...iya sayang, abisnya tadi kamu tiba-tiba pergi gak lanjutin permainan kita sih!” seru Ryan sambil tertawa kecil.
“Huuhhh...dasar laki-laki....gak bisa nahan pengennya yak!” Tania menjawab sambil menahan tertawAnya melihat tingkah mesum sang suami.
“Ya sudah..mandi sana, kan sudah sore ini mas!” kata Tania meminta lagi agar Ryan segera membersihkan dirinya. Itu rudalmu masih penuh cairan.
“Kan bau ituh kalo telat dbersihkan,” kata Tania lagi.
Sambil cengar-cengir Ryan langsung mengambil CD biru gelapnya dan celana pendek yang tergeletak di lantai kamar dan langsung menuju kamar mandi yang letaknya bersebelahan dengan kamar mereka.
Tania tersenyum kecil hAnya menatap tubuh telanjang suaminya yang berjalan pelan dari kamar sambil membereskan tempat tidur mereka.
Dalam hati Tania berkata, “Maafkan saya mas Ryan!” karena belum bisa kasih kenikmatan yang seharusnya iya kasih sebagai istri.
Sambil beres-beres kamar tak terasa tiba-tiba mata Tania terasa berat. Rupanya ia mulai mengantuk karena seharian bekerja mengurus rumah da memask serta mencuci piring.
Setelah kasur beres ia rapihkan sambil menunggu Ryan selesai mandi, Tania merebahkan badannya di kasur sambil membuka HP untuk mengecek beberapa pesan W******p yang masuk baik dari japrian seorag teman maupun pesan-pesan yang masuk di beberapa grup WA yang ia ikuti di dalamnya.
“Hoammmhhh....aduh koq ngantuk banget yah?” gumam Tania dalam hati.
Tanpa terasa matanya terpejam dan tidak lama kemudian Tania sudah tertidur pulas di kamar.
“Taniaaa....handuk saya ditaro dimana sayang?” tiba-tiba Ryan masuk kamar masih dalam kedaan telanjang tanpa handuk.
“Yah ampunnn...!” gumam Ryan dalam hati sambil geleng-geleng kepala melihat sang istri telah tertidur pulas di kasur.
Dengan perlahan Ryan mendekati istrinya itu yang sedang tertidur dan mencium kening sang istri.
“Cantik dan montok banget kamu Tania!” Ryan berkata dalam hati,
“Beruntung sekali aku mendapatkanmu!” dalam hati Ryan merasa sangat bersyukur mendapatkan istri secantik Tania.
Setelah berbicara dengan papa Sudono, Ryan tidak sabar untuk menghubungi mama Tyas.Tuuut... tuuut... tuuut...Mama Tyas: (menjawab telepon) Halo, Ryan sayang?Ryan: (gembira) Halo, mama! Apa kabar?Mama Tyas: Kabar baik, Nak. Ada yang bisa mama bantu?Ryan: Aku berencana mengajak papa dan mama berlibur ke Bali akhir pekan ini. Kita bisa kumpul bersama-sama.Mama Tyas: Oh, itu akan menjadi liburan yang menyenangkan, sayang. Papa sudah memberitahuku juga.Ryan: Iya, papa setuju untuk berangkat Jumat sore dan kembali Minggu malam. Aku juga ingin mbak Isti dan kang Dimas ikut. Mereka kan bagian dari keluarga kita juga.Mama Tyas: Tentu saja, sayang. Aku senang mereka bisa ikut serta.Ryan: Makasih, mama! Aku sudah sangat bersemangat untuk liburan ini.Mama Tyas: Aku juga bersemangat, Nak. Kita akan punya waktu yang indah bersama.Percakapan itu membawa kebahagiaan bagi Ryan. Dia tahu bahwa keluarga adalah anugerah yang luar biasa dan setiap momen yang dihabiskan bersama sangat berarti ba
Perasaan Robi sungguh berkecamuk saat itu mendengar bagaimana Tania memposisikan dirinya sebagai istri yang bertanggungjawab untuk mengurusi suaminya. Sebuah kecemburuan berat merasuki hati Robi namun ia tak bisa berbuat apa-apa karena itu memanglah hal yang wajar bagi seorang istri yang wajib melayani sang suami.“Ehhmm...sekarang bagaimana kondisi suamimu?” tanya Robi“Mesti harus terus dipantau khawatir saat sedang berkerja di kampusnya kalo-kalo nge-drop lagi. Makanya aku selalu kontak suami beberapa kali untuk sekedar pastikan kondisinya,” balas Tania dengan nada keprihatinan.Untuk beberapa saat mereka saling terdiam seolah tak tau harus membicarakan apa di telpon itu. Namun, akhirnya Robi lah yang memulai lagi pembicaraan mereka.“Ehmm...Tania, aku sebenarnya masih pengen bertemu kamu,” ucap Robi lirih.“Ehmm....kan mas Robi lagi Bandung, aku khawatir mas ngedrop lagi kondisinya kalo sekedar hanya untuk mengejar pertemuan kita di kota ini!” timpal Tania“Maksudku nanti saat aku
Robi duduk di tepi ranjang kamarnya dengan perasaan campur aduk. Ia menatap kosong ke arah jendela, mencoba merenungkan situasi yang tengah ia hadapi. Hatinya dipenuhi rasa penasaran yang sulit diungkapkan, namun juga diikuti kegelisahan yang mendalam.Sejak Tania datang mengunjunginya di kamar hotel, segala rencananya hancur berantakan. Selama ini, Robi berharap bisa berbicara berdua dengan Tania, mengenang masa lalu mereka di SMA. Namun, sayangnya, Robi tiba-tiba sakit beberapa hari belakangan ini dan belum bisa keluar dari kamar hotel itu.Robi berusaha mencari tahu apa yang membuatnya jatuh sakit, dan selama prosesnya itu, ia tak bisa melepaskan kenangan tentang Tania. Mereka adalah sahabat terbaik semasa SMA, dan dalam hati Robi, perasaan itu tak pernah berubah. Setelah lulus, Tania telah menikah dengan Ryan, sementara Robi belum bisa melepaskan memori cinta lamanya."Hari ini rasanya begitu aneh," gumam Robi pada dirinya sendiri. "Tania datang, dan aku sakit. Apa ini pertanda da
Tania merasa lega mendengar kabar itu, tapi di balik leganya, rasa bersalahnya semakin menggelayut di hati. Ia merasa semakin tak tega untuk menyembunyikan rahasia dari Ryan."Hmm, itu bagus kalau tidak serius. Tapi kamu harus lebih berhati-hati, ya?" kata Tania dengan nada khawatir.Ryan mengangguk, tapi matanya tetap curiga saat melihat reaksi istrinya. "Tania, ada sesuatu yang sedang kamu sembunyikan dari ku, kan?"Tania terdiam sejenak, lalu dengan berat hati, ia memutuskan untuk tidak mengungkapkan kebenaran kepada Ryan. Ia hanya tersenyum dan menggeleng, mencoba mengalihkan perhatian suaminya."Enggak kok, Ryan. Aku tidak menyembunyikan apa-apa," jawab Tania.Ryan mencoba percaya pada ucapan istrinya, tapi kecurigaannya tetap ada. Ia merasa ada yang berbeda dengan Tania, namun tidak dapat memastikan apa.Hari berikutnya ketika Robi di kamar hotel dan membeitahukan Tania bahwa Robi sudah mulai pulih namun demikian Robi memutuskan untuk kembali menginap satu hari lagi di hotel Bun
Robi mengangguk, meskipun dalam hati ia merasa teriris mendalam. "Ya, aku tahu itu. Tapi rasanya sulit untuk melupakan perasaan ini, Tania. Aku masih mencintaimu, sejak dulu hingga sekarang."Hatinya Tania berkecamuk antara rasa bahagia dan perasaan bersalah. Ia tahu bahwa ini bukan saat yang tepat untuk membahas hal seperti ini, namun dia juga tidak bisa menyangkal bahwa ada perasaan yang tak terucapkan dalam hatinya."Robi, kita harus berbicara tentang hal ini nanti. Saat kamu sudah sembuh dan kita berdua tenang," ucap Tania dengan hati-hati.Robi mengangguk, mengerti bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk membahas perasaan mereka. Dia tidak ingin membuat Tania bingung atau bahkan menyakiti perasaannya lebih jauh.Hari itu, Tania menemani Robi hingga sore hari karena Tania sudah dapat kabar dari Ryan kalo suaminya itu bakal pulang telat karena ada rapat hingga malam di kampusnya.. Mereka tertawa dan berbicara seperti dulu, seolah-olah tak ada yang berubah. Namun, dalam hati masing-m
Di pagi yang cerah itu, sekitar pukul 6 pagi Tania masih dengan penuh semangat sedang menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya, Ryan. Aroma masakannya yang harum dan hangat mengisi dapur mereka. Ryan adalah seorang dosen pengajar di Universitas Bakti Bangsa dan setiap harinya dia harus berangkat ke kampus untuk melaksanakan tugasnya. Tania selalu berusaha memberikan dukungan dan kebahagiaan bagi suaminya.Setelah dirasa masakannya sudah lengkap untuk persiapan menu sarapan paginya, Tania kembali ke kamar untuk melihat apakah sang suami sudah terbangun atau belum. Ternyata sampe saat itu Ryan masih terlelap tidur di ranjang kamar mereka.“Hemmm...benar-benar ini suamiku, semalem sih abis-abisan menggempurku, jadinya gini deh!” ucap Tania dalam hati sambil menghela nafasnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.Tania duduk di pinggir kasur dan membelai rambut Ryan.“Masss....masss....Mas Ryan, bangun mas! Sudah siang ini!” ucap Tania dengan lembut sambil mengecup pipi sang suami.“Ehmmm....







