Home / Romansa / BOS MAFIA ITU, TARGETKU! / 1. Pesan dari Nomor Asing

Share

BOS MAFIA ITU, TARGETKU!
BOS MAFIA ITU, TARGETKU!
Author: Silentara

1. Pesan dari Nomor Asing

Author: Silentara
last update Last Updated: 2023-10-05 11:27:44

"Ed, apa kau keluargaku?"

"Bukan, Lily."

"Lalu, dimana keluargaku?"

Merasa telah salah berucap, pria yang dipanggil Ed itu menghentikan kegiatannya.

"Kenapa kau diam, Ed? Rambutku masih basah," rengek sang gadis yang berusia tujuh tahun itu dengan mendongakkan kepala.

Mata bulatnya menatap penasaran laki-laki dewasa yang duduk di belakangnya.

Lihatlah, betapa menggemaskannya gadis ini?

"Maaf, Tuan Putri Lily. Hamba akan melanjutkannya."

Edhie kembali mengeringkan rambut bocah yang bernama Lily itu dengan handuk.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya soal keluargamu?"

Edhie tentu saja sudah bersiap jika sewaktu-waktu gadis itu mempertanyakan keluarga. Hanya saja, bukankah ini terlalu cepat?

"Temanku mengataiku anak pungut. Padahal aku hanya bercerita bahwa aku tidak serumah dengan ayah dan ibuku," celoteh gadis itu dengan bibir yang mengerucut.

Ada rasa nyeri di sudut hati Edhie. Apa anak itu tidak dididik dengan benar oleh orang tuanya? Hingga berani mengatai gadis kecil kesayangannya ini?

"Disini tidak ada orang yang kupanggil ayah dan ibu," lanjutnya lagi.

"Oh, sayang. Kau bisa memanggilku paman. Seperti paman Jovan dan paman Joe. Setidaknya kamu memiliki banyak paman yang menyayangimu, bukan?"

"Bukankah kau sendiri yang tidak suka dipanggil paman? Kau menyuruhku memanggilmu Edhie."

Ah! Edhie sempat lupa. Sejak gadis itu mulai bisa berbicara, pria itu mengajarinya untuk memanggilnya Edhie. Sampai saat gadis itu tumbuh seperti sekarang, Edhie tidak pernah mengajarinya untuk memanggilnya paman.

Tentu saja dengan alasan, ia tidak ingin terlihat tua. Konyol, bukan?

"Hm, mulai sekarang kau boleh memanggilku paman."

"Aku tidak mau, Ed. Aku lebih suka memanggilmu Edhie."

"Baiklah, terserah kau saja."

"Lalu, dimana keluargaku, Ed?" tanya sang gadis lagi.

"Semua orang yang berada disini adalah keluargamu, Lily. Meskipun tidak ada ikatan darah," jawab Edhie tenang dengan masih melakukan kegiatannya.

"Apa itu ikatan darah?"

Ck! Yang benar saja Edhie. Kenapa kamu menggunakan bahasa yang rumit untuk menjelaskan hal yang sederhana di hadapan bocah berusia tujuh tahun itu?

"Nanti kamu akan mengerti sendiri. Intinya kita semua adalah keluarga, Lily. Jika temanmu masih mengataimu, aku akan mendatangi orang tuanya dan menyuruh mereka untuk mengajari anaknya sopan santun."

"Kau hebat, Ed! Kau seperti pahlawan!"

"Benar, bukan?"

Edhie kemudian mengangkat anak itu tinggi-tinggi lalu mendudukkannya di kedua pundaknya.

Pria berusia dua puluh satu tahun itu berlarian kesana kemari sambil menggendong Lily yang tertawa sangat lepas.

Tanpa Edhie sadari, penjelasan yang rumit darinya benar-benar menjadi bumerang untuknya di kemudian hari.

***

"Ed, jika kita keluarga tanpa ikatan darah, berarti kita adalah sepasang suami-isteri?" Bocah yang berusia tujuh tahun itu sekarang sudah menjelma menjadi gadis belia berusia empat belas tahun.

Sontak saja, pertanyaan darinya membuat sang lawan bicara mendadak menelan makanannya bulat-bulat tanpa dikunyah secara benar. Nyaris saja membuat pria itu tersedak.

"Pertanyaan konyol macam apa itu, Lily?" Edhie berucap setelah menenggak segelas air mineral sampai tandas lalu mengusap bibirnya dengan tissue.

"Temanku yang mengatakannya."

"Temanmu selalu bermasalah, Lily. Sudah saatnya kau mengganti pertemananmu."

Akan tetapi, sang gadis hanya acuh tak acuh sambil melahap sarapan paginya. Niat gadis itu memang hanya untuk menggoda Edhie.

Lily tidak bodoh, ia tahu jika Edhie sudah merawatnya dari kecil. Ia bahkan tidak tahu dimana keberadaan orang tuanya. Edhie bisa saja menceritakannya, hanya saja Lily terlalu takut untuk menerima kemungkinan terburuk.

Bisa jadi, orang tuanya telah membuangnya, bukan?

Tapi, jika benar demikian, bukankah pria di hadapannya saat ini adalah malaikat penolongnya?

"Aku harus berangkat sekarang, Ed."

"Baiklah, semoga harimu menyenangkan bocah kecil."

Lily menatap tajam pria itu. "Aku sudah empat belas tahun, Ed. Sudah bukan bocah kecil lagi. Ayo, Paman!" Gadis itu berlalu pergi bersama Jovan, pria yang ditunjuk sebagai pengawal pribadi Lily oleh Edhie.

"Gadis itu sudah tumbuh besar, Joe."

Pria dengan setelan hitam yang berdiri di belakang Edhie menjawab, "Benar, Bos. Waktu berlalu begitu cepat."

"Apa sebaiknya aku segera mengatakan kebenarannya?"

"Apa Anda yakin?"

"Aku hanya takut dia mendengarnya dari orang lain."

Joe sang kepala pengawal sekaligus asisten pribadi Edhie mengangguk mengerti. Ia tahu, sang Bos pasti sudah memikirkannya baik-baik untuk hal ini. Tugasnya hanyalah tetap menemani apapun yang akan terjadi nantinya.

Di sisi lain, Lily yang sedang duduk di jok penumpang belakang menuju ke sekolahnya, mengernyitkan kening ketika menerima sebuah pesan dari nomor asing.

Biasanya Lily akan mengabaikannya karena kebanyakan pesan tersebut berisi spam.

Akan tetapi, kali ini berbeda, pesan yang terbaca dari notifikasi mengambang tersebut berisi,

[Aku tahu kebenaran tentang keluargamu.]

Lily menggigiti kuku jarinya, ia merasa penasaran. Hanya saja, otaknya masih cukup waras untuk percaya begitu saja.

Bagaimana jika orang ini hanya sekedar penipu? Mengingat sekarang banyak sekali penipuan melalu pesan singkat seperti ini.

"Ada apa, Nona?" Jovan yang sedang menyetir menyadari gelagat Lily yang tidak biasa dari kaca spion depan.

"Tidak, Paman. Hanya pesan spam," elak Lily lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.

Sesampainya di sekolah, Lily berpamitan kepada Jovan lalu bergegas memasuki gerbang sekolah. Baru saja kakinya menginjakkan gedung utama kelas, lengannya tiba-tiba di tarik seseorang dan membawanya ke belakang gedung sekolah yang cukup sepi.

"Hei!" teriak Lily seraya melepaskan lengannya dari sang pria.

Ya, pelaku yang menarik Lily adalah seorang pria berkacamata. Ia mengenakan seragam yang sama dengannya, hanya saja Lily merasa tidak mengenali pria tersebut.

"Kenapa kamu tidak membalas pesanku?" tanya pria itu.

Dalam sekejap, jantung Lily berdegup ketika di tatap oleh sorot mata tajam seorang pria dari dekat seperti ini. Sebelumnya tidak ada yang pernah seberani itu mendekatinya, kecuali Edhie.

Ah! Beruntung Jovan tidak melihat peristiwa ini. Jika sampai Jovan tahu, pria di hadapan Lily saat ini pasti akan berakhir terbaring di brankar rumah sakit.

Tunggu! Apa katanya tadi?

"Pesan?" Lily menaikkan sebelah alisnya.

"Hm. Aku mengirimimu pesan tadi pagi."

"Pesan apa? Kita bahkan tidak saling mengenal untuk bertukar pesan," sergah Lily.

"Meskipun kamu tidak mengenalku, aku sangat mengenalimu, Lily."

Lily semakin tidak percaya dibuatnya, gadis itu memutar bola matanya jengah. Edhie selalu memperingati dirinya untuk berhati-hati terhadap pria asing.

Dan sekarang ada seorang pria yang mengaku sangat mengenalinya? Astaga!

Gadis itu beranjak pergi begitu saja meninggalkan sang pria.

"Aku tahu kebenaran tentang keluargamu," ujar pria itu yang berhasil membuat Lily bergeming.

Lily menghembuskan napas perlahan, tanpa berbalik, gadis itu kembali melanjutkan perjalanannya menuju kelas.

Bukan saatnya percaya kepada orang asing.

"Elliot! Namaku Elliot! Simpan nomorku! Jika terjadi sesuatu, hubungi aku!" teriak sang pria yang bernama Elliot sebelum Lily benar-benar pergi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   27. Memimpin Transaksi

    Setelah dipersilahkan masuk ke ruangan dominus, Edhie lantas menghadap lelaki tua yang sepertinya sudah menunggu kedatanganya.“Bagaimana rencamu selanjutnya? Kamu sudah menaikkan harga transaski.”Edhie tidak goyah mendengar tuduhan dari sang dominus. Ia jelas sudah tahu jika ini semua merupakan siasat dari Oliver yang bekerja sama dengan Tuan Oswald.“Saya akan berusaha agar kerugian itu tidak terjadi—”“—dan jika terjadi?”“Saya akan membayar kerugian itu.”“Jangan terlalu naif Caldwell, kau pasti tahu apa yang aku inginkan.”Rahang Edhie mengeras, ia menarik napas dalam sebelum menjawab, “Saya akan mengakui ketidakmampuan saya di hadapan seluruh keluarga besar di rapat tahunan nanti.”Senyum Oswald terbit seketika.Ya. Bukan harta yang Oliver dan dominus inginkan, melainkan harga diri Edhie yang jatuh serta krisis kepercayaan dari para anggota keluarga besar terhadap kelurga Caldwell.Tidak mudah bagi Edhie membangun kepercayaan dari keluarga besar lain, terlebih dengan sikap ideal

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   26. Ganti Rugi?

    “Karena di sini cukup berbahaya, saya sebagai perwakilan dari Tuan Gunther, ingin meminta bayaran lebih dari pihak Landville.”Tepat seperti dugaan Aaron dan Joe, semua yang terjadi di sini hanya sebuah jebakan untuk merugikan keluarga Caldwell.***“... Baiklah, tidak masalah. Besok aku akan menemui Tuan Oswald. ... Ya. Kau tempatkan saja Tuan Kaiser di hotel dekat dermaga. ... Hm. Perketat penjagaan di sana. Kalian harus bergantian, jangan sampai ada yang kelelahan. Terutama Aaron, jangan biarkan dia terjaga semalaman. ... Kau tahu apa yang harus kau lakukan, Joe. Aku serahkan urusan di sana padamu.”Edhie menutup panggilan dengan seringai tipis. “Ganti rugi, eh?”“Kita harus ke istana dominus besok ... tunggu ...,” sejenak setelah Edhie mengucapkan hal tersebut pada Jovan, ia pun lantas menggumam, “bagaimana dengan Lily?”“Ada apa, Bos?”“Aku sedang memikirkan, apa aku harus meninggalkan Lily di mansion atau membawanya bersamaku.”Jovan turut terdiam.“Sepertinya membiarkan nona Li

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   25. Serangan Mafia Hitam

    Lily berdiri membelakangi Elliot.“Jadi, seperti ini, ya, rasanya menjadi Edhie,” ucapnya sebelum meninggalkan Elliot sendirian.Gadis itu keluar ruangan dengan perasaan berkecamuk. Tidak biasanya Elliot bersikap seperti itu. Sesaat sebelum dirinya menuju ke lantai dua, ia berpapasan dengan Edhie.“Hai, Ed.”“Hai, Lily.” Edhie menghentikan langkahnya. “Apa kau ada kelas tiga hari ke depan?”Kening Lily berkerut. “Hanya persiapan ujian, ada apa?”“Baguslah. Sebaiknya kau tetap berada di dalam rumah selama tiga hari ini.”Lily bisa menangkap raut kecemasan dari wajah Edhie, tentu saja hal itu mengganggu pikiran Lily. “Apa terjadi sesuatu?”Edhie menggulung lengan kemejanya sebelum menjawab, “Aku hanya tidak mau kejadian tempo hari terulang kembali.”Tidak perlu dijelaskan lagi. Kejadian yang Edhie maksud sudah pasti kejadian dimana Oliver Halberd nekat menemui Lily di kampusnya.Lily hanya bisa mengangguk menurut. “Hanya tiga hari, bukan? Minggu depan aku ada ujian.”“Ya. Hanya tiga har

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   24. Tawaran Elliot.

    Edhie bersiap untuk memerintahkan beberapa pengawal pilihannya. Joe dan juga Aaron, dua orang kepercayaan Edhie ditugaskan untuk memimpin pasukan.“Bos, aku ingin ikut dengan mereka,” pinta Jovan kepada Edhie.“Kau tetap bersamaku menjaga Lily. Kita harus mengawasinya penuh tiga hari ini.” Edhie bersedekap memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi.“Entahlah, ada dua hal yang aku pikirkan, Jovan. Aku harap kau mau bekerja sama.”Jovan tidak berani membantah lagi, ia kemudian mundur sejajar kembali dengan barisannya.“Aku tidak peduli jika pada akhirnya kalian ada yang berkhianat, yang perlu kalian ingat… ada harga sepadan yang harus kalian bayar jika berani melakukannya.” Edhie menatap tegas satu persatu barisan berjas hitam yang berjumlah dua puluh orang itu. Permintaan Dominus kali ini memang cukup banyak, bahkan Edhie harus mengerahkan dua orang kepercayaannya.“Loyal atau tidak, itu pilihan kalian.”Berkaca pada kasus sebelumnya, Edhie merasa jika kali ini siasat

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   23. Ditolak Keluarga Sendiri

    “Lily, banyak hal yang ingin aku katakan,” ujar Edhie yang kini mengambil kesempatan mencuri waktu sebelum melaksanakan mandat dari sang Dominus.“Hm? Apa ini akan memakan waktu lama?”Lily yang duduk di balkon ruang tengah, menoleh ke arah Edhie yang baru saja tiba di rumah.Edhie melepas kancing atas kemejanya, ia gulung lengan tangannya hingga sebatas siku. Rambutnya sudah tidak serapi keberangkatannya tadi. “Apa kau ada urusan?”“Tidak. Kau yang memintaku untuk langsung pulang, aku kira ada sesuatu yang penting.”“Memang. Aku hanya ingin menjelaskan siapa kamu sebenarnya.”“Ed? Apa kau yakin?”Edhie melangkah untuk mendekat ke arah Lily. Ia memilih duduk di kursi panjang, tempat dimana Lily duduk.“Tidak. Sungguh, jika boleh jujur, aku ingin kamu menjadi Lily seperti ini saja yang tidak tahu apa-apa soal keluargamu.” Sorot mata Edhie menerawang lurus ke depan. Hamparan taman yang asri, serta kemilau cahaya matahari yang mulai terbias dengan warna senja, merubah suasana yang awaln

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   22. Akulah yang Mengkhianatinya

    “Siapa tahu, bukan?”Telapak tangan Edhie mengepal. “Saya hanya berusaha menebus dosa masa lalu.”Dominus melihat Edhie dengan ekor matanya. Entah apa yang dipikirkannya, ada rasa tidak suka yang tersirat dalam pandangannya. Edhie sangat tahu, ada sesuatu yang Dominus rencanakan terhadap dirinya. Feelingnya berkata, sesuatu itu adalah hal yang mengancam keluarga Caldwell. Sederhananya, Edhie pernah melapor tentang perbuatan Halberd yang mendistribusikan barang haram dari kepulauan seberang untuk di edarkan di kepulauan Landville. Akan tetapi, Dominus sama sekali tidak mengambil tindakan. “Jika tidak ada hal penting lain, saya pamit undur diri,” ujar Edhie berpamitan.“Tunggu, aku butuh tambahan pengawal di pelabuhan St. Marina. Tenang saja, kali ini aku tidak meminta secara cuma-cuma. Akan ada bayaran lebih, karena pekerjaan ini cukup berat.”“Apa boleh saya mengetahui, pekerjaan apa kali ini?”Kecurigaan Edhie semakin menguat. Pelabuhan St. Marina adalah pelabuhan yang menjadi temp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status