"Kau membuat kekosongan ini
menjadi penuh makna dan cerita,Bagaimana mungkin aku tidak menyukaimu?"-Aksa Mahatma-
***
Kosong. Gadis itu tidak ada.
Sorotnya menyisir ke segala penjuru ruangan bernuansa abu-abu itu. Nihil. Tidak ada di ranjang, di kamar mandi, di mana pun.
Apa gadis itu meninggalkannya?
Apa gadis itu mencampakkannya?
"Arrrggghhhh!" Ia melempar sembarang bantal di sebelah
"Kau tahu, apa yang membuatku kecewa? Saat aku melihatnya terluka, dan itu olehmu." - Xadewa Arsenio -***Mobil Honda Civic milik Lingga mulai memasuki salah satu kawasan Elit di Pondok Indah. Bersama Rea di kursi depan, dan Livy yang sedari tadi terus mengoceh di kursi belakang.Lajunya mulai melambat, lalu perlahan belok ke salah satu hunian mewah di blok paling depan.Ia membuka kaca kemudi, kemudian tersenyum santun saat salah satu satpam tersenyum ramah sembari menekan tombol, dan pintu gerbang terbuka perlahan.Lingga mengangguk pelan, "makasih, pak Tomo,
"Menerima segala bentuk penindasan dengan ikhlas lapang dada? Maaf, hatiku tidak sebaik itu."-Princessa Elliazer-(*)Kembali, Cessa menghentikan langkah. Menatap jengah seseorang yang sedari tadi merecokinya sepanjang jalan menuju tempat parkir.Cessa mendesah frustasi. Sepanjang hari gadis ini terus saja mengganggunya. Melontarkan seribu satu alasan, kata maaf, dan penyesalan."Please, maafin gue. Sumpah! Gue bener-bener nyesel." Lagi, kalimat itu Gia lontarkan untuk kesekian kalinya.Untuk kesekian kalinya pula, Cessa meng
"Kau membuat kekosongan ini menjadi penuh makna dan cerita,Bagaimana mungkin aku tidak menyukaimu?"-Aksa Mahatma-***Aksa mengerjap pelan dengan satu tangan refleks terulur ke samping. Merabai permukaan sprei, mencari keberadaan sosok yang menemani permainan panasnya tadi sore.Kosong. Gadis itu tidak ada.Sorotnya menyisir ke segala penjuru ruangan bernuansa abu-abu itu. Nihil. Tidak ada di ranjang, di kamar mandi, di mana pun.Apa gadis itu meninggalkannya?Apa gadis itu mencampakkannya?"Arrrggghhhh!" Ia melempar sembarang bantal di sebelah
⚠ WARNING! PART INI MENGANDUNG KONTEN DEWASA (17+), BAGI YANG MERASA DIBAWAH UMUR, ATAU TIDAK BERKENAN, HARAP SKIP SAJA. TERIMAKASIH ♡´・ᴗ・'♡***"Canduku hanya padamu."-Aksa Mahatma-***Drrrrttt! Drrttt!Cessa yang tengah sibuk mengunyah snack, merogoh ponsel dalam tas. Mendapati sebuah chat Line tertera di notif layar. X_Arsen12.39 wib
"Selama undangan belum meluncur, Sepertiga malam masih siap menikung."-Andreas Theodore-****"Re!"Rea yang duduk di tepian ranjang, sedang berbincang ringan bersama Cessa dan Livy pun sontak menoleh. Tangannya terulur, secara refleks menerima buah salak yang dilemparkan padanya.Seolah sudah terbiasa, tanpa banyak bicara Rea mengupasi buah tersebut dengan telaten."Cie... Lo udah kek bininya aja tau gak, Re," ledek Livy sembari menyikut pelan lengan Rea."Gak gitu, Liv. 'Kan aku kenal dia udah lama banget, jadi.., ya, udah biasa," sanggah Rea-yang sebenarnya mengharapkan hal yang sama akan terwujud di masa mendatang.Si pelempar buah salak ini telah Rea kenal sejak mereka masih sam
Lima tahun yang lalu.."Kakak!"Dewa yang sedang men-dribble bola, sontak menoleh. Menaikkan alisnya, mendapati sang adik berdiri di sisi lapangan mengenakan seragam basket yang serupa dengannya.Sore itu Dewa, Aksa, Chen, Diaz, dan Eagan sedang bermain basket di lapangan sekolah. Kegiatan rutin yang selalu mereka lakukan setiap sore di akhir pekan.Mengenai seragam basket Cessa, gadis itu memang selalu dibuatkan juga setiap kali Dewa dan gengnya membuat atribut. Entah itu seragam, jaket, gelang, atau semacamnya.