Share

16 Tahun Kemudian

Ku kira semuanya tak sama, namun sepertinya aku salah.

            Pemandangan hari ini sangat cerah, langit yang sedikit berawan itu seperti lukisan, burung-burung berkicau ria dan bunga-bunga banyak yang bermekaran menemani langkah kecil dari sesosok gadis remaja yang sedang berjalan menuju sekolah. Hari ini adalah hari pertama dia masuk Sekolah Menengah Pertama.

            “Wah, aku nggak sabar ketemu teman baru” senyum ceria tercetak di wajah cantiknya.

            Bayi yang 16 tahun lalu ingin dimusnahkan oleh Ayahnya sendiri kini telah tumbuh remaja dengan cantik meskipun ada kekurangan dalam tubuhnya. Viola nama gadis cantik itu. nama itu adalah pemberian pembantu neneknya yaitu bi Inah. Viola tau siapa yang memberikan nama pada dirinya karena diberitahu bi Inah sendiri dan dia juga paham kenapa bi Inah yang memberikan nama, kenapa bukan ayahnya sendiri? Karena tidak mungkin ayahnya yang dingin itu dengan senang hati memberikan nama pada Viola.

            “Lalalalalala” Dengan wajah yang masih tersenyum dan nyayian kecil yang keluar dari bibir Viola menandakan dia hari ini sedang senang sekali.

            Namun tak lama kemudian senyuman manisnya hilang, ia teringat akan masa-masanya saat duduk di bangku SMP. dia mengingat banyak sekali temanya yang tak suka denganya hanya karena dia cacat. Maka dari itu hari ini dia berharap semoga di sekolah barunya ini dia dapat membuka lembaran baru dan bisa sembuh atas luka-luka batin yang dideritanya dulu di sekolah.

            ‘Semoga tak akan terulang lagi Tuhan’ ucapnya dalam batin dan melanjutkan perjalananya.

            Jarak rumah Viola ke sekolah lumayan jauh dan dia hanya berjalan kaki. Meskipun dia anak orang kaya yang jelas punya mobil dan punya motor namun ayahnya tidak memperbolehkan dia memakai fasilitas itu. Viola sudah tidak heran lagi dengan sifat ayahnya.

            Setelah sekian lama berjalan, Viola sampai di sekolah barunya. Terlihat banyak siswa baru berhamburan memasuki gerbang sekolah, hari ini adalah hari pertama Masa Orientasi Siswa.

            “Hai,” ucap gadis itu menyapa Viola yang tengah melamun di depan gerbang.

            Viola langsung membalikkan badan, ia sedikit kaget dan gugup disapa oleh teman barunya, karna sebelumnya dia tidak punya teman sama sekali.

            “Oh, hai” balas Viola dengan senyum manis.

            Gadis itu datang ke sekolah dengan kedua orang tuanya. Dalam hati Viola ingin sekali bisa ditemani oleh ayahnya, namun apalah daya takdirnya sudah seperti ini.

            “Kamu siswa baru juga ya?” Tanya Aneth- nama gadis yang menyapa Viola tadi.

            Tanpa Viola sadari orang tua Aneth menatapnya dari bawah sampai atas dengan tatapan yang sulit diartikan.

            “Tangan kamu cacat ya!” ucap mama Aneth, sontak semua siswa baru yang berjalan didekatnya memandangnya  dengan tatapan kaget.

            Viola langsung menundukkan pandanganya, baru saja ia ber-angan bahwa hari ini hari yang bahagia dan dapat mempunyai teman baru, namun sepertinya semua angannya itu akan sulit menjadi kenyataan.

            “Bisa-bisanya sekolah se mewah ini menerima anak cacat seperti ini. Apa orang tuamu tidak melakukan operasi kepada tanganmu itu?, sepertinya kamu juga anak orang kaya karena bisa sekolah disini. Masa untuk operasi saja tidak mampu.”

            Sakit, hati Viola seketika itu sakit sekali mendengar makian dari orang tua siswa baru yang baru saja bertemu denganya. Ingin sekali dia menjawab perkataan itu, namun dirinya tidak bisa. Karena ia tak mau membuat nama baik keluarganya hancur karena tersulut emosi.

            Air mata Viola menuruni pipinya, ia tak suka keadaan seperti ini. Ditatap orang banyak dan dimaki seperti mengingatkanya pada goresan luka yang sudah ditutupnya rapat-rapat. Cukup saat SMP saja, sekarang masa remajanya ingin sekali merasakan ketulusan seseorang dan kebahagiaan.

            “Aneth, jangan pernah kamu berteman dengan orang seperti dia.”

Mamanya menarik Aneth untuk menjauh dari badan Viola. Viola sudah tidak tahan lagi. Ia berlari menjauhi kerumunan itu, ia melihat banyak sepasang mata yang menatapnya iba, ada juga yang seperti mengejek. Dia berlari dengan sekuat tenaga dengan air mata yang terus mengalir.

            Sementara itu Aneth seperti tidak suka dengan tindakan mamanya itu. “ma, tidak boleh seperti itu ma, kasihan dia,” ucap Aneth dengan ekspreksi sebal.

            Siswa-siswi yang tadi berkerumun sekarang sudah bubar dan meninggalkan Aneth dan kedua orang tuanya.

            “Kamu itu tak mengerti aneth, gak ada gunanya berteman dengan orang cacat” jawab mamanya. Sedangkan papanya hanya diam saja melihat istri dan anaknya bertengkar.

            “Entahlah, aku tak mengerti mama kenapa jahat seperti itu”

            Aneth langsung melangkahkan kakinya meninggalkan kedua orang tuanya tanpa permisi. Dia berencana mencari Viola dan meminta maaf.

            Jam menunjukkan pukul 06:50, artinya 10 menit lagi bel berbunyi tanda MOS dimulai. Namun gadis cantik yang duduk di taman belakang masih saja menangis.

            “Ya Tuhan, aku juga tidak ingin dilahirkan seperti ini,” isak Viola. Ia masih terus menangis mengingat bagaimana hari pertamanya ke sekolah di rusak oleh orang tua siswa baru yang baru bertemu denganya.

            “Kukira hari ini akan merubah semuanya Tuhan, kukira hari ini aku bisa mendapatkan kebahagian meskipun ketika di rumah aku kembali bersedih. Setidaknya aku ingin tau bagaimana rasanya mempunyai teman,” lanjutnya, Viola mengusap air matanya dan melihat jam di layar HP-nya.

            06:59

            “Gawat, bentar lagi bel bunyi” ucap Viola, ia langsung mengusap kasar wajahnya agar tidak terlihat habis menangis.

            “Fyuuhhh”

            Viola menarik nafas dalam-dalam dan setelah itu ia bergegas pergi dari taman. Ia sama sekali tak menyadari sosok yang sedari tadi mendengarkan tangisanya di balik semak-semak.

            Hari ini yang Viola kira akan menjadi hari bahagianya setelah 16 tahun menderita ternyata sama saja. Baru pertama kali masuk sekolah saja sudah dihina apalagi nanti. Ia harus menyiapkan batinya lagi dan lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status