Share

Vino Langkara Satya

Mungkin kamu dikirim Tuhan untuk membuatku tidak terlihat menyedihkan!

           Bel pertanda masuk jam ketiga telah berbunyi itu artinya setelah jam ketiga ini waktunya pulang. Semua siswa baru memperhatikan pemateri dan ternyata moderator dari materi kali ini adalah Vino. Ia duduk di sebelah pemateri dengan raut wajah tanpa ekspreksi. Sedangkan Viola mengetahui ternyata Vino menjadi moderator ia langsung menundukkan kepala. Entah kenapa dirinya tidak berani memandang Vino. Apakah ada benih suka tumbuh dihati Viola?.

            “Jadi kalian besok akan di tes untuk medapatkan kelas. Kalian cocok di kelas IPA atau IPS”. Tutur pak Robin- pemateri pada jam ketiga ini.

            Mendengar itu Viola bingung mau pilih kelas apa dan apakah tes nya nanti sesuai dengan kelas yang ia pilih. Ia melamun karena memikirkan itu semua, ia ingin meminta pendapat ayahnya , namun sepertinya tidak bisa, minta pendapat bi Inah pun menurutnya tidak memungkinkan.

            PLUK

            Sebuah tepukan tangan terjun ke pundak Viola, seketika itu Viola tersadar dari lamunanya.

            “Hah” ucap Viola kaget setelah tau siapa yang menepuknya. Ternyata Clara yang menepuknya.

            “Jangan melamun dedek gemes” ucapnya sambil tersenyum.

            Clara melihat Vino yang terus memandang Viola dan ternyata Viola melamun, maka dari itu Clara menghampiri Viola yang melamun ditengah-tengah pemateri menerangkan.

            “Maaf kak” ucap Viola dengan nadah rendah.

            Clara melangkahkan kaki menjauh dari Viola, seketika itu Viola menarik nafas lega. Ia masih sedikit takut dengan Clara karena ucapanya tadi.

            “Hihihihi” tawa Clara setelah dirinya kembali ke barisan belakang, memang selama materi, kakak Osis yang tidak bertugas harus mengawasi siswa-siswi baru.

            “Jail sekali kamu sayang” ucap Alan- pacar dari Clara.

            Clara masih senyum-senyum sendiri di belakang, ia sebenarnya tidak membenci Viola namun karena sahabatnya seperti menyukai viola, ia ingin menjaili sedikit sekaligus mengujinya.

            Clara dan Vino sudah bersahabat sedari kecil, orang tuanya pun bersahabat dari sebelum mera lahir. Jadi dia sudah seperti saudara. Vino adalah anak dari pemilik perusahaan agensi model. Dan orang tua Clara ialah pemilik stasiun televisi. Begitu mewahnya sekolah ini karena bisa menampung siswa-siswi yang bergelimang harta.

            Meskipun Vino sangat kaya namun ia tidak pernah sekalipun memamerkan kekayaanya, ia lebih suka berpenampilan sederhana.

            “Baik anak-anak sekalian, materi pada hari ini cukup sampai disini. Saya pamit undur diri, oh iya pulang nunggu bel bunyi ya!” ucap pak Robin, ia meninggalkan ruangan lebih awal karena ada urusan mendadak.

            Kakak Osis pun mengisi meja di depan, tepat dimana pak Robin duduk tadi.

            “Oke, masih ada 20 menit sebelum bel pulang berbunyi, bagaimana kalau kita gunakan sebagai perkenalan kakak-kakak Osis secara singkat” ucap Clara.

            Sepertinya Clara bagian pengordinir siswa baru karena dari tadi ia yang memegang mic dan berintraksi dengan siswa-siswa baru.

            “Setuju” seru siswa-siswa baru menyetujui apa yang dikatakan Clara.

            “Baik, dimohon kakak-kakak Osis yang masih duduk di belakang maupun masih di luar ruangan segera maju ke depan”

            Serentak semua kakak Osis telah berkumpul di depan bersiap-siap memperkenalkan diri.

            “Jadi saat perkenalan sebutkan nama dan jabatan di Osis, dimulai Dari samping kanan”

            Clara memberikan mic kepada kakak Osis yang berada di samping kanan sendiri, dan mereka mulai memperkenalkan diri, sementara itu Viola dengan seksama memandang mereka semua dan mengingat-ingat nama semua anggota Osis.

            “Perkenalkan nama saya Surya Aguna, jabatan di Osis sebagai koor Devisi  Agama.”

            “Perkenalkan saya Ajeng, jabatan di osis sebagai Anggota devisi seni dan kewirausahaan.” Ucap ajeng dengan senyum manis.

            “Nama saya arinda putri, jabatan di osis sebagai wakil sekretaris, hai semuanya”

            “Hai” sorak semua murid baru kepada Arinda, semua perkenalan masih berlanjut, jumlah kakak Osis ada 20 orang. Dan tinggal 3 orang lagi yang belum memperkenalkan diri.

            “Kalian belum tau nama kakak?” ucap Clara. Sekarang giliran Clara untuk memperkenalkan diri.

            “Belum kak.”

            “namaku Clara Alasyiah hana-“

            “Waaww aestetic sekali nama kakak” ucap salah satu murid dengan lantang. Sepertinya Clara sudah eksis dikalangan murid-murid baru.

“Nomor W******p kak!” teriak murid baru laki-laki, ia sepertinya ingin menggoda Clara.

            “Wah kalau minta nomor WA minta sama kak Alan hhihihihi” Clara terkekeh dengan adek-adek barunya.

            “Ciyeee, kak clara~”

            “Oh iya jabatan di Osis sebagai wakil ketua Osis”

            “Wahh”

            Semua murid baru sepertinya kagum dengan Clara, sudah cantik, pintar berintraksi dan jabatan jadi wakil ketua Osis.

            “Hai aku Alana Rahman, siapa tadi yang mau minta nomor WA kak Clara?” ucap Alan dengan ekspreksi pura-pura marah dan setedik kemudian ia tertawa.

            Yang ditanya hanya bisa terkekeh, niat menggoda Clara malah kena batunya.

            “Jabatan saya di Osis sebagai sekretaris umum”

            “Waaah kak Alan manis sekali” seru salah satu siswi yang sangat berani. Clara yang melihat itu segera melotot kepada siswi itu, bisa-bisanya pacar kesayanganya dipuji manis.

            “Kya~ Kak ganteng.”

            Teriak para siswi yang senang sekali akhirnya giliran kakak Osis paling ganteng yang perkenalan. Viola menatapnya dan dia merasa dirinya juga ditatap balik oleh kakak Osis tertampan itu.

            “Nama saya Vino Langkara Satya, saya ketua Osis” ucap Vino singkat.

            “Kya~ kak ganteng ketua Osis ternyata!”

            Siswi-siswi semakin meleleh oleh pesona Vino, sudah ganteng ketua Osis pula siapa yang tidak klepek-klepek.

            “Wah Vino, cuek sekali kamu” ucap Clara geleng-geleng.

            `Vino ya namanya’ ucap Viola dalam batin. Ia merasa bahwa Vino dari tadi memandangnya namun ia menggeleng-gelengkan kepala, hampir saja ia baper karena tatapan Vino.

            ‘Sadar Viola, jangan baper dia ketua Osis gak mungkin dia suka kamu, mungkin dia dari tadi bukan memandangmu melainkan memandang siswi cantik yang duduk di belakangmu.’

            Bel pertanda pulang telah berbunyi, semuanya berhambur keluar kelas untuk pergi pulang ke rumah masing-masing. Viola segera bergegas pulang dengan jalan kaki seperti saat dirinya berangkat pagi tadi.

            Cuaca yang panas menemani setiap langkah Viola.

            “Fyuhh, ternyata kalau sedang sendirian begini rasanya hampa itu muncul lagi.”

            Viola menundukkan pandanganya, ia sedih karena kehampaan itu muncul ketika dirinya sedang sendiri. Apalagi sekarang ia sedang menuju rumah yang tanpa kehangatan sama sekali. Mengingat itu mata Viola berkaca-kaca, ia segera mengusap kasar kedua matanya.

            “Ah Tuhan, aku tidak menangis kok hehe,” ucap Viola untuk menenagkan dirinya sendiri. Selama 16 tahun ini tempatnya curhat hanya kepada tuhan tidak kepada manusia satu pun, karena ia dari kecil sudah tidak ada yang peduli kecuali pembantunya bi Inah. Untung saja dulu dirinya meminta bi Inah pindah ke rumah papanya, karena sebelumnya ia bekerja untuk kakek.

            “Hei”

            “Hah!” Viola terkejut karena tiba-tiba ada mobil mendekati dirinya yang sedang berjalan pelan. Lebih kagetnya lagi ternyata yang menyapanya adalah kak Vino sang ketua Osis.

            “Eh kak Vino?”

            “Ayo masuk, aku antar pulang.”

            “Eh nggak usah kak, aku jalan kaki saja gak papa.”

            Viola semakin terkejut oleh ajakan Vino, Viola berpikir kenapa hari ini kakak Osisnya ini terus-terusan membantunya padahal dirinya baru bertemu pertama kali.

            “Sudahlah cepat naik, aku juga mau ke arah sana. Gak mungkin juga aku biarin adek kelasku jalan sendirian”

            Ada yang sesak di dada Viola, dirinya juga tidak mengetahui kenapa dirinya seperti ini.

            ‘Oh Viola, kamu kenapa kesal, kamu seharusnya lega udah dianggap adik bukan yang macam-macam. Apa jangan-jangan kamu suka sama kak Vino’ batin Viola bergemuruh dengan pikiran-pikiranya.

            Segera ia menggelengkan kepalanya dan langsung naik ke mobil Vino.

            “Terimakasih kak Vin” ucap Viola dengan sopan.

            Mobil Vino melaju kearah rumah Viola, sekitar 15 menit mereka melakukan perjalanan dan akhirnya sampai di kediaman Viola.

            “Kamu jalan kaki Dari sekolah ke rumah?” ucap Vino dengan tatapan lurus ke depan memandang rumah Viola.

            “Eh iya kak Vin”

            “Kenapa nggak naik motor atau mobil? Apa nggak jauh kalau jalan kaki?”

            Vino melontarkan pertanyaan yang sulit dijawab Viola, wajar jika Vino bertanya, karena dia heran padahal ada mobil, ada motor dirumah Viola namun kenapa Viola jalan kaki.

            “Emm, gak papa kak aku lebih suka jalan kaki heheh” ucap Viola, dirinya mencoba agar tersenyum. Viola segera bergegas keluar mobil Vino karena takut ditanya-tanya lagi.

            “Makasih tumpanganya kak, makasih juga tadi kak” ucap Viola dengan membungkukkan badanya dan segera berjalan ke rumahnya.

            Vino hanya terdiam di dalam mobil, dirinya merasakan ada yang aneh pada Viola yang tiba-tiba seperti itu. namun ia juga tidak boleh menuduh yang tidak-tidak. Vino langsung melanjutkan perjalananya pulang ke rumah.

            Viola ternyata memandang Vino dan mobilnya dari dalam rumah. ‘Maaf kak Vin, aku berbohong. Andai saja aku bisa cerita aku sangat bersyukur karena bisa sedikit membuang beban hatiku.’

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status