ホーム / Rumah Tangga / (BUKAN) ISTRI IDAMAN / 5. Sore Yang Tenang (1)

共有

5. Sore Yang Tenang (1)

作者: AYAS
last update 最終更新日: 2023-06-15 10:45:53

Mengenang kembali mengapa Bianca harus menikah dengan si bajingan Gerald Lagrave, semuanya bermula ketika Warren Dawson pulang ke rumah dengan senyum lebar terpatri di wajahnya. Pria itu begitu ceria sampai-sampai ia memberikan kecupan kuat di kening Bianca dan kening Clarissa.

"Sempurna, sangat sangat sempurna! Kita akan menjadi bagian dari keluarga paling besar di Richmond, Clarissa!" Warren menangkup pipi puteri bungsunya tersebut seperti menangkup permata, sentuhannya penuh kehati-hatian, takut sosok Clarissa akan retak di dalam sentuhannya.

"Ayah sepertinya begitu bahagia, apa yang terjadi?" Tidak seperti Warren, Bianca merasakan firasat buruk merayap di tulang belakangnya. Membuat ia menjadi sangat waspada. Sosok Clarissa ia tarik ke balik punggungnya.

"Ah, benar juga. Bianca, Bianca..., kau sebaiknya mempersiapkan dirimu untuk event sangat besar yang akan segera terjadi."

"Ya?"

"Keluarga Lagrave," kata Warren, suaranya memenuhi ruang makan. "Keluarga Lagrave yang tersohor telah melamar puteri Ayah untuk menjadi pendamping puteranya."

"Eh?"

"Clarissa, kau akan menjadi menantu keluarga Lagrave dua minggu lagi."

Seperti air dingin yang tumpah ke atas kepala, Bianca dan Clarissa membeku setelah mendengar penuturan Warren yang gila. "Ayah, apa maksud Ayah?" Bianca segera saja memprotes Warren, "Pernikahan? Clarissa? Ini tidak masuk akal, Clarissa masih sangat muda."

"Itu lebih baik, bukan? Pria lebih menyukai wanita muda, mereka gampang diatur dan masih segar..."

"AYAH!!!"

PLAK!!!

Satu tamparan menghantam wajah Bianca. "Siapa yang kau teriaki, keparat?!" Warren menoyor kepala Bianca berulang-ulang, sampai puteri sulungnya itu terhuyung ke belakang. "Apa aku mendidikmu menjadi anak kurang ajar? Haruskah aku mendisiplinkanmu ulang?!"

"Ayah, cukup..., kak Bianca tidak bermaksud membantah Ayah..." Clarissa menengahi ayahnya dan berujung didorong ke lantai. "Keparat, aku mencari uang di luar sana dan ini perlakuan kalian padaku? Apa-aku-pernah-mengajarkanmu-meneriakiku?!"

"Maafkan aku," Bianca menegapkan tubuhnya kembali, berdiri lebih berani. "Aku hanya..., aku bersalah. Tapi Ayah..., pernikahan, Clarissa..., dia terlalu muda untuk menikah."

"Dia sudah 18 tahun, dia legal untuk menikah."

"Tidak bisa!" Bianca bersikeras menentang ayahnya di sana, kendati darah telah mengalir dari hidungnya. "Clarissa terlalu muda untuk menikah, dia masih harus berkuliah!"

"Kuliah? Clarissa tidak perlu berkuliah, dia akan menjadi istri dari keluarga paling hebat di kota ini. Itu saja sudah cukup!"

Warren sudah membulatkan keputusannya di sana, Clarissa yang menyimak perdebatan ayah dan kakaknya sampai mengira kalau tidak ada jalan keluar lain dari permasalahan itu. Tidak sampai Bianca kembali menyuarakan opininya, menyuarakan ide yang mampu mengubah pendapat Warren Dawson yang keras kepala.

"Bagaimana denganku?" tanya Bianca saat itu. "Aku..., aku belum menikah. Bagaimana bisa adikku menikah lebih awal mendahuluiku?"

"Ha?"

"Orang-orang akan menertawaiku, Ayah. Bila Clarissa duluan menikah, aku akan kesulitan mendapat jodoh ke depannya. Orang-orang mungkin akan menganggapku sebagai sisa." Hasutan Bianca cukup meyakinkan karena ia tidak sepenuhnya salah. Saudara yang dilangkahi oleh adiknya sendiri akan berujung menerima cemoohan dan penilaian miring dari orang-orang.

"Kau..., kau mengatakan itu hanya untuk melindungi adikmu, kan?"

"Aku mungkin melakukan itu, tapi aku tidak mengatakan kesalahan. Nilaiku sebagai puteri ayah, aset keluarga Dawson bisa tercoreng kalau Clarissa duluan menikah daripada aku."

"Jadi, saranmu? Kau yang menikah dengan Gerald?"

Bianca merasa seperti sebilah pisau tersangkut di kerongkongannya. Ia harus melakukan ini demi melindungi Clarissa, jadi ia memantapkan hatinya. "Aku akan menikah dengan keluarga Lagrave. Bagaimanapun, aku sudah berada di usia yang lebih pantas dibandingkan Clary. Aku sudah menamatkan pendidikanku dan aku akan menjaga nama baik Dawson di sana. Mereka tidak akan meremehkan kita."

"Hmmm..." Warren mengangguk-anggukan kepalanya, mencerna ucapan Bianca yang cukup masuk akal baginya. Bila Clarissa yang menikah dengan Gerald, dia akan diremehkan di Lagrave karena terlalu muda, dia juga tidak mempunyai pendidikan yang cukup tinggi untuk bisa berbaur dengan kaum-kaum elite di sana.

"Bianca, oh, Bianca." Warren menghampiri puteri sulungnya tersebut, "Kau menggunakan otakmu dengan sangat cemerlang. Kau sudah mirip seperti Ayah sekarang."

Kembali pada masa sekarang, di sore hari yang tenang, di bawah kanopi taman yang menampilkan pemandangan bunga-bunga musim semi yang bermekaran, Bianca duduk termenung mengenang kejadian di masa lalunya tersebut. Ia menyentuh pipinya dan jejak tamparan Warren seperti masih melekat di sana, menyakitinya dengan luka tak kasat mata.

Bianca tau ia sudah membuat keputusan untuk melindungi Clarissa, tapi dalam beberapa waktu tertentu, ia mempertanyakan apakah keputusannya adalah kebenaran atau bukan?

'Manfaatkan dirimu dengan baik di sana dan Ayah akan memberikan Clarissa pendidikan yang pantas ia dapatkan, tapi..., bila kau membuat masalah dan mencemari nama baik Ayah, kau dan Clarissa akan kembali ke sini dan tidak akan ada bantahan lagi! Aku akan menghukum kalian sampai mati!'

"Aku tidak mau mati, tapi aku juga tidak mau hidup seperti ini..." Bianca sedikit nelangsa. Junie yang menemaninya bersantai di taman itu, menatapnya bingung.

"Apa ada hal yang mengganggumu, Miss. Bianca?"

"Sudah berapa kali aku memberitahumu? Bia, panggil aku Bia saja. Jangan menggunakan formalitas berlebihan. Lagipula, kau sepertinya lebih muda daripada aku, kan?"

"Aku berusia 25."

"Nah, kau lebih muda setahun dariku." Bianca menopang pipinya di meja, ekspresi malas terpatri di wajah manisnya. Bianca malas harus menegur Junie menyangkut perihal yang sama, berulang-ulang.

"Panggil aku Bia saja. Aku tidak menyukai pemujaan yang berlebihan."

"Miss. Melisa akan memarahiku. Aku tidak boleh melakukan itu."

"Well, kau tidak perlu menunjukkan padanya kalau kau memanggilku, Bia, kan?"

"Bia?" Seperti kejutan, suara baritone yang muncul dari belakangnya membuat Bianca menegapkan punggung seketika. Suara itu datang dari Olliver Lagrave yang melenggang bersama adiknya di taman itu. Mereka menghampiri Bianca yang sebelumnya bermalas-malasan di sana. Olliver memamerkan cengiran manis sementara Gerald menunjukkan kejutekan.

"Bia..., apa itu nama panggilanmu?" Olliver mengambil tempat duduk di seberang Bianca, Gerald mengisi satu bangku di dekat gadis itu dengan mau tidak mau. Kalau bukan karena Olliver yang mengajaknya menghampiri Bianca, ia tidak akan sudi berada di ruang yang sama dengan wanita itu.

"Mmm, begitulah. Bia..., dari Bianca. Adikku biasa memanggilku Bia."

"Ooh, aku ingat kau mempunyai seorang adik perempuan juga. Bagaimana kabarnya?"

"Clarissa sangat baik, dia akan melanjutkan kuliahnya di Stanford minggu depan."

"Aku dengar seseorang merebut posisi adiknya demi bisa menikahiku," Gerald memberikan komentar sinis yang membuat Bianca melempar tatapan sengit ke arahnya. "Tidakkah itu memalukan?"

"Siapa melakukan itu?" Tidak cukup Gerald dan Olliver, kini Erina juga bergabung bersama mereka.

Sialan, pikir Bianca, ia merasa akan diusik lagi ketenangannya.

"Seseorang yang serakah dan tidak tau diri," sahut Gerald lagi.

"Bagaimana bisa situasi semacam itu terjadi? Aku..., kalau aku punya saudara, aku tidak akan pernah melakukan itu." Erina tersenyum masam, seolah-olah tidak paham siapa yang dibicarakan. Bianca mencebik geram. Apa wanita itu murni tidak tau apa-apa atau hanya sedang ikut mengejeknya?

"Kau tidak akan mampu melakukan itu," Bianca menyahuti Erina sebelum menatap Gerald tepat di mata, "Tidak ada orang yang cukup berani melakukan apa yang sudah kulakukan, maksudku..., demi melindungi adikku dari pedofil, aku terpaksa menikahi pedofil itu."

"Ah...," Erina terkesiap, "A-apa kita sedang membicarakanmu, Bianca?"

Gerald menggebrak meja, "Siapa yang kau sebut pedofil?"

"Pria yang marah karena dia gagal menikahi wanita berusia 18 tahun adalah pedofil. Kau seharusnya malu, Gerald Lagrave. Berapa usiamu ingin menikahi adikku?"

"Haaaa?! Kau pikir aku yang menginginkan adikmu?"

"Kau jelas-jelas membenci keputusanku yang sudah menggantikan posisi Clary. Kenapa? Apa pemikiran mempunyai wanita berusia 18 tahun di tempat tidurmu membuatmu bersaliva?" Bianca berdiri dari bangkunya dan mencondongkan tubuhnya ke hadapan Gerald, mata berkilat menantang si bajingan yang sudah mengusik ketenangannya barusan.

"Jangan-jangan, alasanmu memberikanku sikap permusuhan dan kebencian tanpa alasan ini bukan karena kau membenci perjodohan kita, melainkan karena kau gagal mendapatkan remaja 18 tahun yang bisa kau manfaatkan kepolosannya?!"

"BIANCA DAWSON!"

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   64. Dilema

    "Apa?" tanya Bianca, delikan matanya menyerang Gerald yang nampak kesusahan menahan senyuman.Iya, Gerald Lagrave yang terkenal dingin dan tak berperasaan itu sekarang cekikikan di sampingnya, meliriknya dengan tatapan jenaka yang menggoda. Jika saja Bianca tidak sedang kesal dengan Gerald, dia mungkin akan menganggap ekspresi pria itu begitu menawan dan memukaukan sekarang. Namun...Namun...Kekesalannya terhadap pria itu lebih mendominasinya, dan kekesalan tersebut bukan muncul tanpa alasan.Gerald Lagrave, suaminya yang memiliki energi dan stamina layaknya binatang buas di hutan sabana, sudah mengerjainya kemarin pagi, kemarin sore, kemarin malam dan oh, jangan lupakan tadi pagi juga. Dia terlalu bersemangat, demi Tuhan, dan semangatnya itu menakutkan.Permainan yang awalnya menyenangkan bagi Bianca, sesuatu yang menurutnya luar biasa, sekarang berubah menjengkelkan dan sangat melelahkan. Itu berubah menakutkan.Bianca jengkel setengah mati karena Gerald susah dibuat berhenti!Apa

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   63. Apa?

    "Kalian dari mana?"--merupakan pertanyaan yang menyambut Bianca dan Gerald begitu mereka sampai di rumah. Si penanya--Erina--berdiri di ruang tamu, menyambut mereka dengan penampilan yang begitu segar dan mengagumkan. "Kami baru saja selesai berjalan-jalan," Gerald berujar sambil merangkul Bianca rapat ke arahnya. Rangkulan itu pula membuatnya berujung disikut. Bianca masih kurang nyaman melakukan kontak fisik dengan Gerald, ia merasa nyalinya melunak dan jantungnya akan meledak. "Awww, kalau aku tau kalian akan berjalan-jalan, aku akan ikut." Erina mengerucutkan bibir. "Aku sangat suka jalan-jalan pagi." "Kau masih bisa jalan-jalan," Bianca menimpali. "Sekarang masih jam setengah tujuh, bukan? Gerald..., kau mau menemani Erina?" "Huh?" reaksi Gerald menyiratkan keterkejutan dan sedikit..., penolakan? Dia nampak tidak menyukai ide tersebut. "Aku baru saja berjalan-jalan denganmu. Aku berencana tidur kembali setelah ini." "Tidur lagi?" "Aku kurang tidur semalam." Semalam, ya? O

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   62. Refleksi

    "Ugh..."Langit masih gelap di luar sana ketika Bianca terbangun dari tidurnya. Waktu menunjukkan pukul 5. Ketika ia seharusnya kembali memejamkan mata, tidur dan membiarkan hangat selimut dan lengan Gerald melingkupinya, Bianca malah memutuskan bangun.Ia beranjak perlahan-lahan dari posisi berbaringnya, berusaha lepas dari dekapan Gerald tanpa membangunkan singa tidur tersebut.'Sialan,' pikir Bianca. Nyeri di ototnya, merah di kulitnya, membuat Bianca bertanya-tanya kegilaan macam apa yang sudah terjadi semalam? Apa yang sudah ia lakukan sampai memancing Gerald menciumnya dan menuntun mereka ke dalam pergelutan buas yang kalau Bianca ingat-ingat kembali, sangat memalukan?'Gerald adalah binatang,' Bianca sangat yakin sekarang.Pria itu mungkin mempunyai wujud manusia dengan raut tampan yang memukau dan mempesona. Namun, di balik ketenangan yang rautnya tunjukkan, ada binatang bersemayam di tubuhnya. Dia begitu liar dan tidak tau kapan harus berhenti. Tidak, mungkin dia memang tidak

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   61. Cokelat dan Wine

    Mungkin karena terlalu asik dengan dunia menggambarnya, Bianca tidak menyadari sesosok pria yang kini berdiri di depan pintu kamarnya, memantaunya. Atau, mungkin karena musik yang menyumpal kupingnya juga, Bianca tidak mendengar dan menyadari kedatangan pria itu.Pria itu--atau tepatnya--Gerald Lagrave."Dan di sini aku menembus badai salju karena mencemaskannya sendirian." Gerald menghela napas panjang.Di hatinya, ia merasa lega melihat Bianca baik-baik saja sendirian di kamarnya. Sebelum ini, Gerald mencemaskan Bianca, takut gadis itu akan diliputi kesedihan karena kesepian. Habisnya, siapa yang bisa berbahagia ketika di hari orang-orang berparade di pusat kota dengan senyum sumringah ceria, dia malah terjebak sendirian di kamarnya tanpa teman untuk diajak bicara.Setelah mendengar kabar Bianca tidak pergi kemana-mana, Gerald segera meninggalkan pesta alumninya. Perjalanannya pulang sempat terhambat karena salju yang menumpuk tebal di jalanan. Ia tidak mempunyai pilihan lain selain

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   60. Tahun Baru

    Pergantian tahun tinggal hitungan jam lagi. Ketika orang-orang kerap berkumpul di pusat kota, merayakan tahun baru dengan kembang api yang menghiasi angkasa, berkumpul dengan keluarga, pergi ke restoran dan menikmati beragam hiburan, Bianca Lagrave--malangnya--terjebak di mansion keluarga Lagrave karena badai salju yang terjadi di luar.Alih-alih bergembira dan berpesta, ia terjebak di kamarnya, menatap langit-langit kamar dengan satu mug cokelat panas tergeletak di atas meja. Sendirian tanpa Junie, karena pelayannya itu mengambil cuti akhir tahun.Di luar kamarnya pun, mansion keluarga Lagrave begitu sunyi karena Melisa dan Roman Lagrave berangkat ke Newyork untuk merayakan tahun baru bersama kolega bisnis mereka di sana. Olliver, Erina dan Gerald di sisi lain, menghadiri selebrasi tahun baru yang dirayakan teman alumni sekolah mereka.Bianca--sebenarnya--bisa saja menempeli Gerald dan ikut menunjukkan wajahnya di pesta tersebut. Namun, demi mengikuti rencananya yang ingin menjadi 'i

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   59. Kepingan

    "Mau bagaimana lagi," adalah gumaman Bianca begitu ia masuk ke kamarnya dan menemukan pot pemberian Liam sudah pecah di lantai.Junie berada di lokasi pecahan tersebut, mata bergetar gugup. Setelah Bianca datang, Junie langsung bersimpuh di kakinya penuh drama, memohon ampun karena sudah tidak sengaja memecahkan hadiah natal Bianca."Aku tidak sengaja menyenggolnya ketika sedang membersihkan meja, Miss. Bia. Aku sudah bersalah. Maafkan aku, aku tidak tau mengapa aku bisa selalai ini dalam bekerja. Aku benar-benar berdosa..."Bianca ingin marah, sebenarnya. Mengingat pot tembikar pemberian Liam adalah sebuah mahakarya yang hanya ada sedikit di dunia.Pot tersebut mungkin berharga puluhan juta dan sangat berarti bagi Bianca juga, karena itu adalah hadiah dari sahabatnya. Namun, bagaimana bisa ia menyalahkan Junie ketika wanita itu mengaku tidak sengaja?Ketidak-sengajaan bukanlah kesalahan. Terkecuali ia melakukannya berulang-ulang, dan ini adalah kali pertama Junie melakukan kesalahan.

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status