Share

5. Sore Yang Tenang (1)

Mengenang kembali mengapa Bianca harus menikah dengan si bajingan Gerald Lagrave, semuanya bermula ketika Warren Dawson pulang ke rumah dengan senyum lebar terpatri di wajahnya. Pria itu begitu ceria sampai-sampai ia memberikan kecupan kuat di kening Bianca dan kening Clarissa.

"Sempurna, sangat sangat sempurna! Kita akan menjadi bagian dari keluarga paling besar di Richmond, Clarissa!" Warren menangkup pipi puteri bungsunya tersebut seperti menangkup permata, sentuhannya penuh kehati-hatian, takut sosok Clarissa akan retak di dalam sentuhannya.

"Ayah sepertinya begitu bahagia, apa yang terjadi?" Tidak seperti Warren, Bianca merasakan firasat buruk merayap di tulang belakangnya. Membuat ia menjadi sangat waspada. Sosok Clarissa ia tarik ke balik punggungnya.

"Ah, benar juga. Bianca, Bianca..., kau sebaiknya mempersiapkan dirimu untuk event sangat besar yang akan segera terjadi."

"Ya?"

"Keluarga Lagrave," kata Warren, suaranya memenuhi ruang makan. "Keluarga Lagrave yang tersohor telah melamar puteri Ayah untuk menjadi pendamping puteranya."

"Eh?"

"Clarissa, kau akan menjadi menantu keluarga Lagrave dua minggu lagi."

Seperti air dingin yang tumpah ke atas kepala, Bianca dan Clarissa membeku setelah mendengar penuturan Warren yang gila. "Ayah, apa maksud Ayah?" Bianca segera saja memprotes Warren, "Pernikahan? Clarissa? Ini tidak masuk akal, Clarissa masih sangat muda."

"Itu lebih baik, bukan? Pria lebih menyukai wanita muda, mereka gampang diatur dan masih segar..."

"AYAH!!!"

PLAK!!!

Satu tamparan menghantam wajah Bianca. "Siapa yang kau teriaki, keparat?!" Warren menoyor kepala Bianca berulang-ulang, sampai puteri sulungnya itu terhuyung ke belakang. "Apa aku mendidikmu menjadi anak kurang ajar? Haruskah aku mendisiplinkanmu ulang?!"

"Ayah, cukup..., kak Bianca tidak bermaksud membantah Ayah..." Clarissa menengahi ayahnya dan berujung didorong ke lantai. "Keparat, aku mencari uang di luar sana dan ini perlakuan kalian padaku? Apa-aku-pernah-mengajarkanmu-meneriakiku?!"

"Maafkan aku," Bianca menegapkan tubuhnya kembali, berdiri lebih berani. "Aku hanya..., aku bersalah. Tapi Ayah..., pernikahan, Clarissa..., dia terlalu muda untuk menikah."

"Dia sudah 18 tahun, dia legal untuk menikah."

"Tidak bisa!" Bianca bersikeras menentang ayahnya di sana, kendati darah telah mengalir dari hidungnya. "Clarissa terlalu muda untuk menikah, dia masih harus berkuliah!"

"Kuliah? Clarissa tidak perlu berkuliah, dia akan menjadi istri dari keluarga paling hebat di kota ini. Itu saja sudah cukup!"

Warren sudah membulatkan keputusannya di sana, Clarissa yang menyimak perdebatan ayah dan kakaknya sampai mengira kalau tidak ada jalan keluar lain dari permasalahan itu. Tidak sampai Bianca kembali menyuarakan opininya, menyuarakan ide yang mampu mengubah pendapat Warren Dawson yang keras kepala.

"Bagaimana denganku?" tanya Bianca saat itu. "Aku..., aku belum menikah. Bagaimana bisa adikku menikah lebih awal mendahuluiku?"

"Ha?"

"Orang-orang akan menertawaiku, Ayah. Bila Clarissa duluan menikah, aku akan kesulitan mendapat jodoh ke depannya. Orang-orang mungkin akan menganggapku sebagai sisa." Hasutan Bianca cukup meyakinkan karena ia tidak sepenuhnya salah. Saudara yang dilangkahi oleh adiknya sendiri akan berujung menerima cemoohan dan penilaian miring dari orang-orang.

"Kau..., kau mengatakan itu hanya untuk melindungi adikmu, kan?"

"Aku mungkin melakukan itu, tapi aku tidak mengatakan kesalahan. Nilaiku sebagai puteri ayah, aset keluarga Dawson bisa tercoreng kalau Clarissa duluan menikah daripada aku."

"Jadi, saranmu? Kau yang menikah dengan Gerald?"

Bianca merasa seperti sebilah pisau tersangkut di kerongkongannya. Ia harus melakukan ini demi melindungi Clarissa, jadi ia memantapkan hatinya. "Aku akan menikah dengan keluarga Lagrave. Bagaimanapun, aku sudah berada di usia yang lebih pantas dibandingkan Clary. Aku sudah menamatkan pendidikanku dan aku akan menjaga nama baik Dawson di sana. Mereka tidak akan meremehkan kita."

"Hmmm..." Warren mengangguk-anggukan kepalanya, mencerna ucapan Bianca yang cukup masuk akal baginya. Bila Clarissa yang menikah dengan Gerald, dia akan diremehkan di Lagrave karena terlalu muda, dia juga tidak mempunyai pendidikan yang cukup tinggi untuk bisa berbaur dengan kaum-kaum elite di sana.

"Bianca, oh, Bianca." Warren menghampiri puteri sulungnya tersebut, "Kau menggunakan otakmu dengan sangat cemerlang. Kau sudah mirip seperti Ayah sekarang."

Kembali pada masa sekarang, di sore hari yang tenang, di bawah kanopi taman yang menampilkan pemandangan bunga-bunga musim semi yang bermekaran, Bianca duduk termenung mengenang kejadian di masa lalunya tersebut. Ia menyentuh pipinya dan jejak tamparan Warren seperti masih melekat di sana, menyakitinya dengan luka tak kasat mata.

Bianca tau ia sudah membuat keputusan untuk melindungi Clarissa, tapi dalam beberapa waktu tertentu, ia mempertanyakan apakah keputusannya adalah kebenaran atau bukan?

'Manfaatkan dirimu dengan baik di sana dan Ayah akan memberikan Clarissa pendidikan yang pantas ia dapatkan, tapi..., bila kau membuat masalah dan mencemari nama baik Ayah, kau dan Clarissa akan kembali ke sini dan tidak akan ada bantahan lagi! Aku akan menghukum kalian sampai mati!'

"Aku tidak mau mati, tapi aku juga tidak mau hidup seperti ini..." Bianca sedikit nelangsa. Junie yang menemaninya bersantai di taman itu, menatapnya bingung.

"Apa ada hal yang mengganggumu, Miss. Bianca?"

"Sudah berapa kali aku memberitahumu? Bia, panggil aku Bia saja. Jangan menggunakan formalitas berlebihan. Lagipula, kau sepertinya lebih muda daripada aku, kan?"

"Aku berusia 25."

"Nah, kau lebih muda setahun dariku." Bianca menopang pipinya di meja, ekspresi malas terpatri di wajah manisnya. Bianca malas harus menegur Junie menyangkut perihal yang sama, berulang-ulang.

"Panggil aku Bia saja. Aku tidak menyukai pemujaan yang berlebihan."

"Miss. Melisa akan memarahiku. Aku tidak boleh melakukan itu."

"Well, kau tidak perlu menunjukkan padanya kalau kau memanggilku, Bia, kan?"

"Bia?" Seperti kejutan, suara baritone yang muncul dari belakangnya membuat Bianca menegapkan punggung seketika. Suara itu datang dari Olliver Lagrave yang melenggang bersama adiknya di taman itu. Mereka menghampiri Bianca yang sebelumnya bermalas-malasan di sana. Olliver memamerkan cengiran manis sementara Gerald menunjukkan kejutekan.

"Bia..., apa itu nama panggilanmu?" Olliver mengambil tempat duduk di seberang Bianca, Gerald mengisi satu bangku di dekat gadis itu dengan mau tidak mau. Kalau bukan karena Olliver yang mengajaknya menghampiri Bianca, ia tidak akan sudi berada di ruang yang sama dengan wanita itu.

"Mmm, begitulah. Bia..., dari Bianca. Adikku biasa memanggilku Bia."

"Ooh, aku ingat kau mempunyai seorang adik perempuan juga. Bagaimana kabarnya?"

"Clarissa sangat baik, dia akan melanjutkan kuliahnya di Stanford minggu depan."

"Aku dengar seseorang merebut posisi adiknya demi bisa menikahiku," Gerald memberikan komentar sinis yang membuat Bianca melempar tatapan sengit ke arahnya. "Tidakkah itu memalukan?"

"Siapa melakukan itu?" Tidak cukup Gerald dan Olliver, kini Erina juga bergabung bersama mereka.

Sialan, pikir Bianca, ia merasa akan diusik lagi ketenangannya.

"Seseorang yang serakah dan tidak tau diri," sahut Gerald lagi.

"Bagaimana bisa situasi semacam itu terjadi? Aku..., kalau aku punya saudara, aku tidak akan pernah melakukan itu." Erina tersenyum masam, seolah-olah tidak paham siapa yang dibicarakan. Bianca mencebik geram. Apa wanita itu murni tidak tau apa-apa atau hanya sedang ikut mengejeknya?

"Kau tidak akan mampu melakukan itu," Bianca menyahuti Erina sebelum menatap Gerald tepat di mata, "Tidak ada orang yang cukup berani melakukan apa yang sudah kulakukan, maksudku..., demi melindungi adikku dari pedofil, aku terpaksa menikahi pedofil itu."

"Ah...," Erina terkesiap, "A-apa kita sedang membicarakanmu, Bianca?"

Gerald menggebrak meja, "Siapa yang kau sebut pedofil?"

"Pria yang marah karena dia gagal menikahi wanita berusia 18 tahun adalah pedofil. Kau seharusnya malu, Gerald Lagrave. Berapa usiamu ingin menikahi adikku?"

"Haaaa?! Kau pikir aku yang menginginkan adikmu?"

"Kau jelas-jelas membenci keputusanku yang sudah menggantikan posisi Clary. Kenapa? Apa pemikiran mempunyai wanita berusia 18 tahun di tempat tidurmu membuatmu bersaliva?" Bianca berdiri dari bangkunya dan mencondongkan tubuhnya ke hadapan Gerald, mata berkilat menantang si bajingan yang sudah mengusik ketenangannya barusan.

"Jangan-jangan, alasanmu memberikanku sikap permusuhan dan kebencian tanpa alasan ini bukan karena kau membenci perjodohan kita, melainkan karena kau gagal mendapatkan remaja 18 tahun yang bisa kau manfaatkan kepolosannya?!"

"BIANCA DAWSON!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status