"BIANCA DAWSON!" Seruan Gerald mengheningkan suasana, mencekamkan atmosfir teduh di sore hari itu. Tidak ada suara menginterupsinya, seakan-akan seluruh waktu terjeda. Gerald berseru keras dengan amarah yang sudah memenuhi ubun-ubunnya. "Jaga ucapanmu!" tekannya, tatapan meruncing berbahaya. Peringatan yang keluar dari bibir Gerald seperti sebilah pisau tajam, nada suaranya dingin dan menikam. Gerald sangat marah, tapi Bianca yang menatapnya seperti memantulkan kemurkaan yang sama. "Lihat..." Bianca mendudukkan dirinya kembali, tangan mengipasi wajahnya yang memerah karena emosi. "Apa aku yang memulai ini?" "Bi-Bianca..., aku tau kau sangat marah, tapi menuding Gerald sebagai pedofil adalah tindakan yang keterlaluan. Kau tidak seharusnya mengatakan itu pada suamimu." Erina mencoba mendamaikan dua suami istri yang baru saja bertikai sengit, tapi..., sebagai tanggapan untuk kelembutan suaranya, ia menerima lirikan kesal dari Bianca. "Jangan ikut campur, Erina. Apa kau konseling pern
Hari ketika Bianca mengkritik pelayanan di rumah keluarga Lagrave adalah hari ketika perubahan besar-besaran mulai dilakukan di rumah itu. Tidak hanya meja makan yang menjadi panjang dan mampu menampung hingga sepuluh orang, kini sofa di ruang tamu, ruang keluarga, bangku di balkon bahkan bangku di taman, berubah ukuran. Bianca takjub pada perubahan itu, tapi ia tidak merasa segala hal perlu diubah, jujur saja. Seperti bangku di balkon saja, tidak semua mereka akan pernah berkumpul di sana, karena itu, perubahan tidak perlu dilakukan. Namun, malas memperpanjang masalah, Bianca memilih diam dan menikmati satu-persatu tirai di rumah itu terganti dengan warna baru. "Rasanya seperti pergantian musim," kata Bianca, dia berbicara pada Junie yang berdiri di dekatnya. Nyaris satu minggu Bianca menjadi menantu di rumah itu dan meskipun satu minggu sudah berlalu, Bianca masih merasa seperti ia baru sehari di sana. Sofa-sofa dan tirai di rumah ini bisa
Sebuah keajaiban terjadi hari ini. Keajaiban yang tidak menyenangkan sama sekali..., karena, mengapa Gerald ikut menemaninya mengantar Clarissa ke bandara? Bianca merasa, semangatnya yang 100 persen, terpangkas 20 persen begitu Gerald berada di sisinya. Bianca tau kalau Gerald tidak mau menemaninya ke bandara dan itu sangat terbaca dari ekspresi muak pria itu yang kentara. Bianca tau Gerald tidak mungkin akan menjadi pria baik hati yang mengantar istrinya bepergian, jadi, siapa yang sudah usil di sini? Apa Melisa? "Kgh," Bianca mau mengacak rambutnya habis-habisan karena frustasi, tapi melakukan itu hanya akan membuat rambutnya berantakan. Junie akan membunuhnya kalau dia melakukan itu. Bianca masuk ke mobil Gerald dan menghela napas panjang-panjang. Gerald yang berada di sisinya seketika melemparkan tatapan penghakiman. Mengapa gadis itu bersikap seperti berada bersama Gerald adalah hukuman? Apa dia tidak tau seberapa banyaknya wanita
Setelah berpisah dengan Clarissa di bandara, Bianca merasakan kehampaan luar biasa. Kesedihan yang melingkupinya membuat ia hening sepanjang perjalanan pulang, Gerald--untungnya--tidak memancing emosinya lagi dengan perdebatan yang tidak penting. Pria itu bungkam, tampak mempunyai banyak beban pikiran. Bianca tidak tau apa, tapi dia tidak begitu peduli juga. Setiba di rumah, Gerald yang berekspresi muram langsung bersemangat saat melihat Erina menyambutnya di ruang tengah. Intonasi suaranya turun beberapa oktaf, lemah, lembut, dan bersahabat. Bianca menatap interaksi mereka sejenak sebelum berlalu dan menuju kamarnya di lantai dua. Bianca hanya ingin tidur dan melupakan realita kalau sekarang, ia jauh dari Clarissa. Ia tidak mempunyai sosok yang mampu menjadi pelipur laranya berada di dekatnya. Ia tidak memiliki siapa pun sekarang. Ia... "Bia..." Samar-samar, sapaan seseorang menyapa telinganya. Memanggil ia yang entah bagaimana, berada di anta
Gerald sudah pasti gila. Tidak ada penjelasan yang lebih masuk akal dari tindakannya selain dia gila, pria itu konslet di kepala. Bianca masih syok luar biasa ketika Gerald tiba-tiba menciumnya, dan ketika ciuman itu terlepas, ia menemukan sepasang manik kopi Gerald menyorot sinis ke arahnya, seakan-akan mengejeknya. "Selamat, kau sudah mendapatkan perhatian yang kau inginkan, apa kau puas sekarang?" "Per-per-apa?" Bianca ternganga, isi kepalanya seperti rubik jenga yang tumbang berantakan. "Apa maksudmu?" Tidak membiarkan Gerald berlalu dari hadapannya, Bianca spontan menarik kerah leher Gerald hingga pria itu tercekik bajunya sendiri. "Mengapa kau menciumku? Apa maksudmu perhatian? Siapa mencari perhatian?" "Tsk!" Gerald menepis tangan Bianca dari lehernya, matanya menatap Bianca dengan kekesalan kentara. "Jangan berlagak tolol," tukas Gerald. Ia menundukkan wajahnya sama rata dengan tatapan Bianca. "Bukankah kau mengusikku dengan
Ketika Bianca keluar dari butik bersama putera-putera Lagrave dan Erina, Bianca keluar setelah membeli 5 buah dress dengan warna-warna dominan seperti biru sapphire dan hijau tua. Ia juga membeli 3 pasang sepatu, beberapa pita rambut yang tidak dihitungnya sama sekali karena Gerald memborong seisi meja, dan beberapa lagi adalah benda yang tidak Bianca ketahui apa karena Gerald dan Olliver memencar kesana-kemari mencarikan barang yang pas untuknya. Jujur saja, daripada mengatakan Bianca lah yang berbelanja, lebih tepat untuk mengatakan kalau Olliver dan Gerald lah yang bersaing untuk menghabiskan uang mereka di sana. Bianca hanya menonton mereka bersama Erina yang lebih senyap dari biasanya. "Erina, apa kau mendapatkan barang-barang yang kau suka?" Bianca bertanya setelah memperhatikan kalau Erina hanya keluar membawa dua buah paperbag, sementara Bianca malah membutuhkan mobil terpisah untuk mengantarkan barang belanjaannya ke rumah.
"Sebenarnya aku memimpikan mendiang ibuku belakangan ini. Jadi..., daripada mengatakan aku menangis karena masalah hidupku dan Gerald, rasanya agak..., tidak tepat? Aku hanya merindukan ibuku." Ucapan Bianca terdengar samar dari balkon lantai dua. Gerald yang berdiri di balik pintu menyimak ucapannya dengan raut yang ambigu. Gerald berniat bersantai dan menghirup udara segar di balkon lantai dua, tadinya. Namun, setelah melihat Bianca dan ibunya sedang bercengkerama serius di sana, langkah Gerald terjeda. Ia bersembunyi dalam bayang-bayang, menyimak perbincangan mereka yang masih berkaitan dengan dirinya. Saat itu, andai saja Erina tidak datang dan hendak menghampirinya, Gerald mungkin saja akan mendengarkan perbincangan Bianca dan Melisa sampai akhir. Namun, karena Erina melangkah mendekatinya, Gerald terpaksa meninggalkan posisinya dan segera membawa Erina meninggalkan balkon lantai dua. Menjauh dari Bianca dan Melisa. Gerald penasar
Bianca mengalami mimpi yang sama untuk kesekian kalinya hari ini. Karena mimpi itu terus menghantuinya, ia terjaga dari pukul dua dini hari sampai pagi. Bianca tidak bisa tidur dengan pemikiran dipenuhi oleh kesedihan. Hatinya seperti ditikam ketika ia mengingat bayangan ibunya di mimpi itu, menghantuinya dengan ekspresi yang sulit terdefinisi. Seakan-akan ia menampung kesedihan di ekspresinya, kerinduan dan keprihatinan. Bianca sampai berpikir, mungkin karena dirinya yang sudah tumbuh dengan payah, makanya mendiang ibunya datang dan menghantui tidurnya. Oke, teori itu Bianca buat karena dia menjadi overthinking saja. Bianca tidak tau mengapa ibunya terus hadir dalam tidurnya, ia juga tidak tau sampai kapan ia akan memimpikan ibunya. Tapi yang pasti..., perasaan yang hadir setelah mimpi itu sudah jelas tidak menciptakan kebahagiaan di hatinya. Ia merasa seperti kebahagiaan telah disedot kering dari tubuhnya, menyisakan ia dalam kerangka yang hampa dan