Home / Rumah Tangga / BUKAN MESIN PEMBUAT ANAK! / ISYARAT DARI ALMARHUM ADIK?

Share

ISYARAT DARI ALMARHUM ADIK?

last update Huling Na-update: 2023-02-12 20:00:42

"Kak, oke, oke. Sekarang, Kakak tarik napas dulu, tenangkan pikiran Kakak. Kakak sekarang lagi banyak mikir, pasti juga Kakak sedang berhalusinasi, meskipun aku tidak percaya dengan apa yang Kakak katakan, tapi aku tahu, Kak Rizky tetap ada bersama kita, kalaupun dia ada, mungkin dia ingin menyampaikan sesuatu bahwa, dia keberatan Kakak hidup seperti sekarang...."

"Hidup seperti sekarang? Apa maksud kamu?"

"Kakak terlalu memaksakan diri, Kakak yang sekarang beda sama yang dulu, yang sekarang, terlalu banyak berpura-pura...."

"Berpura-pura apa? Kamu pikir aku tadi akting liat almarhum?"

"Kecuali itu!"

"Udahlah. Aku lagi badmood, kamu boleh kerja sekarang, aku akan bersihin rumah."

Secara halus, Riska mengusir adiknya, karena apa yang dibahas Rifky lagi-lagi tentang apa yang ia rasakan pada sang suami.

Pura-pura kuat. Entahlah, seharusnya ia suka, ada adik yang peka mengetahui apa yang ia rasakan, tapi kenyataannya, Riska justru tidak nyaman.

Riska hanya ingin Ronan bisa diterima baik oleh adiknya itu, tapi kenyataannya Ronan belakangan ini justru tidak menunjukkan perilaku yang bisa disukai.

Alhasil, Rifky terpaksa pamit dari hadapan sang kakak. Meskipun sebenarnya, ia masih khawatir meninggalkan kakaknya sekarang, namun, tidak bisa ditampik, pekerjaannya di kantor banyak dan ia harus segera kembali.

Sekarang, Riska kembali hanya bersama anak-anaknya. Perempuan itu menyapu pandangannya ke seantero ruangan, berharap bisa melihat sosok almarhum adiknya lagi, tapi sia-sia.

Almarhum adiknya tidak lagi terlihat di matanya. Di manapun ia melihat, tidak ada lagi sosok adiknya yang tadinya nampak mengenakan pakaian serba putih, warna yang disukai oleh adik nomor duanya tersebut.

Wanita itu meraih ponsel yang ia letakkan di atas nakas.

Mengetik pesan di salah satu nomor yang ia yakin mampu membuat ia punya teman untuk bercerita.

Mitha, wanita itu dahulu pacar almarhum adiknya. Meskipun sekarang perempuan itu sudah menikah dengan pria pilihannya, hubungan Mitha dengan keluarga Rizmawan tetap terhubung dengan baik.

Tidak ada yang berubah dari tali silaturahmi di antara mereka, saat atau sesudah Mitha tidak lagi masuk di keluarga besar mereka.

[Aku melihat almarhum, Mith. Baru kali ini aku mengalaminya dan itu nyata, sekarang aku baru sadar, apa yang kamu ceritakan itu benar-benar nyata, almarhum datang dan aku enggak bohong!]

Riska mengirim pesan seperti itu pada Mitha.

Setelah melakukannya, Riska melangkah menuju kamar di mana anak-anaknya berada.

Sekedar memastikan, bahwa anak-anaknya baik-baik saja karena sekarang ini, anak-anaknya sedang sakit hingga si sulung yang sudah masuk TK, terpaksa tidak bersekolah dahulu.

Riska melihat Reva sedang berbaring sementara Rara si bungsu asyik dengan boneka beruang yang ada di hadapannya.

Ia menghampiri tepi pembaringan Reva, membetulkan selimut yang menutupi tubuh anaknya, dan memegang kening sang anak, masih terasa hangat meskipun tidak separah tadi malam.

Sepertinya obat pereda demam yang ia minumkan tadi lumayan berfungsi dengan baik, yang penting sekarang sang anak istirahat dahulu agar nanti setelah terbangun tubuhnya sudah benar-benar sehat.

[Aku percaya, Kak. Karena, aku kerap mengalami kejadian itu, tapi buat sebagian orang memang itu seperti mustahil, kita enggak bisa memaksa orang untuk percaya, kita yakini aja, ambil sisi positifnya]

Pesan Mitha masuk, dan Riska langsung memeriksanya dengan perasaan bercampur aduk.

[Iya, aku cerita sama Rifky, tapi dia kayaknya enggak percaya, aku kesel, tapi kamu bener, kita enggak bisa memaksa orang untuk percaya, kita yakini aja, karena kita yang mengalaminya....]

[Kakak lihat ekspresi wajah almarhum, tenang atau seperti mengkhawatirkan sesuatu?]

Pesan Riska kembali dibalas Mitha, meskipun Riska yakin pagi-pagi seperti ini perempuan itu pasti juga sibuk seperti dirinya karena Mitha juga sudah memiliki anak satu, hasil pernikahannya dengan Roger.

[Apa ada hubungannya?]

[Ada Kak, buat aku pribadi, tapi kembali kepada Kakak, mau percaya atau enggak!]

[Katakan]

Perasaan Riska semakin tidak karuan sekarang. Berharap, apa yang akan ditulis Mitha dalam pesannya itu tidak berarti buruk saat ia mencocokkan hal itu atas apa yang ia alami tadi.

[Kalau wajahnya tenang, artinya ia ikut bahagia dengan apa yang kita jalani sekarang, tapi kalau terlihat sedih, ada sesuatu yang ingin ia sampaikan tentang ketidaksetujuan dia dengan apa yang sudah kita jalani]

Riska terdiam ketika membaca pesan Mitha.

Pikirannya langsung tertuju pada raut wajah almarhum adiknya tadi. Meskipun mereka berada di jarak yang tidak begitu dekat, tapi, Riska bisa melihat raut almarhum adiknya itu dengan sangat jelas.

"Raut almarhum Rizky sedih, apakah itu artinya, dia enggak suka melihat aku menikah dengan Ronan?"

Bibir pucat Riska bicara demikian, hingga akhirnya ia mengetik pesan balasan lagi pada Mitha.

[Mungkin itu cuma berlaku untuk kamu, Mith, karena kamukan wanita yang dia cinta, bukan berlaku untuk aku, aku yakin, apa yang aku putuskan, dia pasti setuju....]

Lagi-lagi, Riska seolah membohongi hati nuraninya sendiri sekarang. Padahal, apa yang ia baca dari pesan Mitha, cukup membuat ia berpikir bahwa yang ditulis Mitha itu memang benar, tapi hatinya tetap mengingkari.

[Semoga, ya, Kak. Kakak kalau mau cerita, cerita aja, jangan dipendam sendiri, insya Allah, dengan cerita, kita bisa membuat hati kita yang sesak jadi lega]

[Amiiiin, iya, makasih ya, kamu percaya kalau aku melihat almarhum aja, aku udah makasih banget!]

Riska menulis pesan demikian sebelum akhirnya ia mengakhiri percakapan itu dengan Mitha. Tidak enak pikirnya, karena Mitha di sana pasti juga sangat repot dengan tugas yang biasa digeluti bagi wanita yang sudah berumah tangga.

Riska duduk di tepi tempat tidur di mana putri sulungnya, Reva berbaring di sana.

Sekarang, pikirannya jadi bertambah, antara bertarung dengan hatinya sendiri yang setuju dengan apa yang dikatakan Mitha tadi tentang firasat wajah yang ditampilkan almarhum, dan keyakinannya sendiri bahwa, almarhum adiknya itu bukan berarti tidak setuju dengan pernikahannya dengan Ronan.

Bukankah sekarang ia dan Ronan sudah memiliki dua anak? Kenapa baru sekarang sang adik menampakkan diri ke hadapannya jika memang ia tidak merestui pernikahannya dengan sang suami?

"Jangan mengingkari kata hati, Kak. Karena hati, tidak pernah berbohong...."

Riska tergagap ketika larut dari lamunan, suara itu kembali terdengar. Wanita itu mengedarkan pandangannya dan di sudut kamar, ia kembali melihat almarhum adiknya berdiri di sana.

Masih memakai pakaian serba putih seperti tadi, tapi kali ini sosoknya tidak terlalu jelas.

Riska bangkit dan beranjak ingin mendekati. Namun ketika jaraknya sudah sedikit dekat dengan sang adik, tiba-tiba saja pintu kamar dibuka dari luar dan muncul sosok Ibu mertuanya dengan wajah yang sedikit tidak senang terpancar di wajahnya.

"Rumahmu, Riska! Berantakan sekali! Apa saja yang kamu kerjakan di rumah, jam segini rumah masih berantakan!?"

Suara ibu mertuanya menggema di kamar itu membuat Reva, anak sulung Riska membuka mata setelah tadi bocah perempuan itu sudah ingin terlelap.

Rara yang tadi sibuk bermain boneka segera berlari ke arah sang nenek, tapi ibu mertuanya acuh meskipun sang cucu terlihat sangat rindu padanya.

Wanita itu justru menghindar ketika dua tangan kecil itu ingin memeluk kakinya, persis seperti apa yang dilakukan oleh Ronan tadi pada si anak bungsu Riska.

"Ma, maaf, anak-anak sedang sakit, jadi aku sedikit sulit untuk cepat beberes, maaf, ya, Mama pagi-pagi kesini ada apa? Ada yang bisa aku bantu?"

Meskipun sedikit sesak dengan perkataan sang ibu mertua, Riska berusaha untuk memaklumi, wajar ibu mertuanya merasa tidak nyaman melihat rumahnya yang sangat berantakan, dan itu memang salahnya, Riska mengakui hal itu hingga ia tidak mempermasalahkan ucapan pedas sang ibu mertua tadi.

Riska melirik ke arah sudut kamar, di mana sosok almarhum adiknya ada di sana, tapi sekarang sosok itu tidak ada lagi. Pergikah?

"Mama ke sini mau ngasih tau, ibu-ibu arisan Mama bilang, ada seseorang yang bisa bikin rahim kamu subur, jadi meskipun anak kamu masih kecil, kamu bisa hamil lagi, agar kamu dan Ronan punya anak laki-laki, bukan perempuan seperti Rara dan Reva ini!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Mariska Stevy Rizmawan
iya, serba salah pokoknya waktu itu aku...
goodnovel comment avatar
Elpit
Ya Allah sesak ya kalau dipaksa untuk segera punya anak lagi kayak gitu, apalagi kak Riska kan bukan tanpa alasan ya memutuskan untuk kosong dulu ... nggak ngerti sama mertua-mertua yang modelan begitu...
goodnovel comment avatar
Mariska Stevy Rizmawan
ish itu bukan untuk pria ya kecambah wkwk
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • BUKAN MESIN PEMBUAT ANAK!    AIR MATA RONAN DAN BELLA

    "Tidak! Apa maksudmu?" Wajah Ronan terlihat tidak senang ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Bella."Hanya ingin membuktikan apakah aku ini bermasalah atau tidak!""Aku tidak mau!""Ya, sudah! Aku tidak tahan jika didesak ayah dan ibu kamu, lalu aku yang disalahkan, kita periksa bersama, kita buktikan bahwa kita memang benar-benar sehat.""Jika memang kita sehat, lalu kenapa kau tidak bisa hamil?""Berarti Tuhan ingin kamu istighfar, introspeksi diri, kamu sudah punya anak tiga perempuan dahulu tapi kau menelantarkan mereka, mungkin dengan minta maaf, dan mereka mau memaafkan kamu, kita bisa mendapatkan keturunan.""Kau percaya hal semacam itu? Yang benar saja. Itu hanya mitos. Tidak perlu dipermasalahkan. Lagipula, mereka selalu bilang kalau mereka sudah memaafkan aku, apalagi?""Mungkin memaafkan tapi masih sakit hati.""Sudahlah, kalau memang kamu tidak percaya aku tidak bermasalah, ayo kita periksa, aku berani menjamin, aku itu tidak bermasalah, aku berani bertaruh akan hal

  • BUKAN MESIN PEMBUAT ANAK!    KEMBALI DITOLAK ANAK

    "Bicara apa? Masalah kehamilan itu takdir dari Tuhan, kalau kita belum dikasih, artinya ada sesuatu yang indah dipersiapkan Allah untuk kita."Dengan bijak Rifky mengatakan hal itu pada sang istri dan ini membuat Aoi terenyuh. Meskipun mereka menikah bukan karena saling cinta, tapi hari demi hari Aoi merasa perlakuan Rifky semakin lembut dan perhatian. Tanpa kata-kata saja, Aoi sudah merasa perlahan tapi pasti hati sang suami mulai melunak. Aoi berdoa semoga saja ketika hati mereka sudah semakin bertaut erat, anugrah itu akan mereka dapatkan. Begitu doa Aoi setiap hari.***Kabar kelahiran anak Riska dengan Mark yang berjenis kelamin laki-laki membuat Ronan kesal dan marah. Berulang kali ia memastikan bahwa kabar itu tidak benar, namun bagaimana mungkin itu bisa ditampik, karena anak Riska dan Mark memang laki-laki.Sekarang, Ronan sedang menunggu Reva pulang dari sekolah, ketika ia habis bertengkar dengan Bella karena masalah sang istri yang belum hamil juga. Pertengkaran yang sa

  • BUKAN MESIN PEMBUAT ANAK!    RISKA MELAHIRKAN!

    "Ya, tidak bisa dong, Sayang. Kita menikah memang tujuannya itu, kau paham, kan? Aku bercerai dari Riska, karena aku tidak mendapatkan anak laki-laki dari dia, jadi aku tidak mau kejadian serupa juga terjadi padamu.""Kejadian serupa?""Iya.""Kalo gitu, ayo dong ikut aku periksa! Kita periksa bareng-bareng! Aku sudah menunjukkan hasil pemeriksaan aku, sekarang tinggal kamu, beres, kan?""Aku bilang jangan bahas masalah itu lagi di hadapan aku! Aku sehat, Bella ingat itu! Tidak perlu periksa, kau saja yang harus ketat konsultasi dengan dokter!Kemarahan Ronan kembali terpancing.Ia meninggalkan Bella dan melangkah masuk ke kamar mandi, membanting pintunya membuat Bella hanya mengusap dada. Ronan benar-benar sudah membuat dirinya kesal.***"Mau kopi?" tanya Tedi, teman Ari ketika melihat Ari mampir ke rumahnya."Boleh."Tedi segera masuk ke dalam rumahnya setelah mempersilakan leader fans club GSB itu untuk duduk.Beberapa saat kemudian, Tedi keluar dengan kopi di tangan. Kopi itu i

  • BUKAN MESIN PEMBUAT ANAK!    RISKA HAMIL!

    Ronan bicara demikian dan itu membuat Riska mengerutkan keningnya."Kamu ini bicara apa?" katanya dengan wajah tidak mengerti. "Kamu ke klinik ini agar kamu bisa hamil, kan? Lihat istriku, sudah hamil, anak kami laki-laki, tidak perlu program, karena aku dan dia sama-sama sehat, kamu hanya membuang waktu saja mengikuti program hamil, Riska. Buang uang."Ronan masih mengira Riska datang untuk mengikuti program kehamilan, hingga ia bicara demikian.Riska geleng-geleng kepala. "Aku ke sini untuk cek kandungan sudah jadwal, jadi bukan untuk ikut program kehamilan.""Apa? Kamu hamil?"Ronan seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Riska hingga pria itu bicara demikian sambil menatap ke arah perut Riska yang masih ramping. "Iya, alhamdulillah, baru dua Minggu, bagaimana kandungan istrimu? Sehat? Jangan sering kau tinggalkan, cukup aku yang kamu perlakukan seperti itu Ronan, belajarlah untuk bertanggung jawab dengan anakmu sendiri.""Bohong! Kamu hanya akting bahwa sedang ham

  • BUKAN MESIN PEMBUAT ANAK!    TIDAK KUNJUNG HAMIL

    Ia ingin marah, tapi Riska segera menggamit lengan sang anak untuk mengikuti dirinya naik ke atas motor. Riska tidak peduli dengan wajah Ronan yang terlihat marah. Ia tidak mau terpancing kemarahan lagi, meskipun ia sudah dinyatakan sembuh oleh sang dokter setelah beberapa waktu lamanya berjuang melawan penyakit, Riska tetap harus menjaga kesehatannya jangan stress dan banyak pikiran karena dua hal itu akan memicu penyakit yang dideritanya kambuh kembali. Akhirnya, Ronan hanya bisa membiarkan Riska dan Reva meninggalkan dirinya. Kemarahan yang dirasakan oleh Ronan membuat pria itu bertekad akan hidup lebih bahagia bersama Bella, agar ia bisa memamerkan kebahagiaannya itu pada sang mantan istri. ***Beberapa bulan setelah Ronan menikah, Riska akhirnya menikah dengan Mark. Pernikahan mereka digelar tidak besar-besaran karena menurut Riska lantaran sekarang mereka sedang berusaha untuk membuat kehidupan mereka bangkit lagi, uangnya lebih baik digunakan untuk kehidupan mereka setelah

  • BUKAN MESIN PEMBUAT ANAK!    SINDIRAN RONAN

    "Aku akan berusaha, kau bisa percaya padaku, Bella."Ronan memberikan janji meskipun ia sendiri tidak yakin apakah ia bisa mengembalikan kehidupan seperti saat sebelum ia masuk penjara pada Bella, namun yang jelas Bella tidak boleh meninggalkan dirinya. Riska sudah tidak menerima dirinya kembali, jadi Ronan tidak boleh kehilangan Bella, jadi meskipun sedikit tidak yakin apakah ia bisa mengabulkan keinginan Bella yang menuntutnya tetap memberikan kehidupan yang mewah, Ronan tetap optimis ia bisa asalkan Bella tidak meninggalkan dirinya.***Pernikahan Ronan akhirnya berlangsung beberapa bulan kemudian semenjak Ronan keluar dari penjara. Meskipun dibantu orang tuanya yang kembali memberikan Ronan kesempatan untuk membangkitkan perusahaan bermodalkan pinjaman dan beberapa harta yang dijual namun, kembali hidup mewah memang belum bisa dilakukan lagi oleh Ronan dan Bella. "Bella, terima kasih, kamu mau menikah dengan Ronan, meskipun Ronan tidak sekaya dulu lagi, tapi kau harus percaya, s

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status