Share

SALING MENGANCAM!

"Hubungan kita seperti apa? Ya, seperti ini, sama-sama membuat sesuatu yang menyenangkan."

Sambil bicara demikian, Ronan kembali menarik tengkuk Bella, namun lagi-lagi, Bella mempertahankan jarak, karena merasa tidak puas dengan apa yang sudah diucapkan oleh Ronan.

"Jadi, selamanya aku cuma partner senang-senang kamu? Hubungan kita enggak punya masa depan? Gitu?"

"Bella, meskipun begitu, kau juga aku berikan uang untuk kebutuhan kamu, kan? Kau mau apa, aku berikan, apakah itu tidak cukup?"

"Bagaimana kalau istri kamu tidak pernah melahirkan anak laki-laki selamanya?"

Ronan menyentakkan tubuh sintal Bella yang tadinya sudah duduk di pangkuannya ketika perempuan itu bicara demikian.

Ini membuat Bella terkejut. Tidak suka dengan perbuatan kasar Ronan yang seperti tadi.

"Kamu kebiasaan, deh! Kasar! Aku enggak suka!" rajuk Bella, dan itu tidak membuat Ronan jadi merasa bersalah pada perempuan tersebut.

Ia menatap tajam ke arah sang sekretaris, seolah ingin menegaskan bahwa ia memang sedang marah sekarang ini.

"Ingat, aku tidak suka kamu bicara seperti itu untuk Riska, dia tidak boleh tidak melahirkan anak laki-laki untukku, bagaimanapun caranya, dia harus memberikan aku keturunan laki-laki, jadi kau tidak boleh sembarangan bicara, Bella!"

Bella jadi geram karena kalimat itu, terdengar sekali bos-nya memang masih condong mempertahankan pernikahannya dengan sang isteri meskipun kesal belum diberikan keturunan.

Wanita seksi itu ingin merespon perkataan sang bos, tapi niatnya terhenti saat pintu diketuk seseorang dari luar.

Reflek, Ronan memberikan isyarat pada Bella untuk menjauh dan memperbaiki penampilannya, karena akibat tangannya tadi, kemeja perempuan itu sedikit berantakan dengan kancing bagian atas terlepas.

Dengan dongkol, Bella menurut, ia berbalik sembari mengingatkan pada sang atasan untuk tidak lupa mengirimkan uang yang ia minta tadi, tidak peduli Ronan suka atau tidak karena ciuman pria itu belum sempat terealisasi.

Setelah menegaskan hal demikian, ia beranjak dan melangkah meninggalkan Ronan yang sebenarnya tidak mau ia keluar dari ruangannya lantaran hasratnya belum terpenuhi.

Pikirnya, setelah orang di luar selesai berurusan dengan dirinya, ia ingin melanjutkan aktivitas intim tadi, namun, Bella yang terlanjur kesal karena diperlakukan kasar oleh Ronan sudah tidak peduli lagi dengan keinginan sang bos.

Ditambah lagi dengan keteguhan Ronan yang tetap ingin mempertahankan istrinya, bertambah dongkol-lah wanita seksi itu sekarang.

Pria egois! Aku mau lihat, mau sampai kapan dia mempertahankan istrinya itu, anak sudah beberapa tapi tetap tidak bisa memberikan apa yang diminta, bukankah itu sesuatu yang harusnya jadi pertimbangan dia untuk tidak mempertahankan pernikahan dia itu?

Hati Bella mengomel, seiring langkahnya yang mendekati pintu ruangan tersebut, dan ketika ia membuka pintu, ia sedikit terkejut karena ternyata orang itu adalah Rifky yang berdiri di hadapannya sambil membawa map.

Spontan, jantung Bella seolah berhenti berdenyut menyadari jarak antara ia dan Rifky begitu dekat hingga aroma tubuh maskulin Rifky tercium olehnya.

Bella memberikan tatapan menggoda pada Rifky, tapi diabaikan Rifky yang langsung melewatinya tanpa bicara sepatah katapun.

Sombong sekali kamu, Rifky? Aku akan pastikan, kamu akan takluk padaku suatu hari nanti....

Wanita itu bicara demikian sambil melirik ke arah Rifky yang sudah masuk ke ruangan bos-nya, setelah itu ia keluar perlahan dan Bella masih mendengar Ronan yang menghardik Rifky karena lagi-lagi membuat pria itu tidak puas dengan kinerja yang dilakukan oleh adik istrinya tersebut.

Sebenarnya, Ronan marah bukan karena pekerjaan Rifky yang berantakan, tapi karena Rifky muncul di waktu yang menurutnya sangat mengganggu, itu sebabnya Ronan jadi marah pada adik iparnya itu.

"Kerjakan lagi!" lanjutnya setelah menghardik Rifky usai memeriksa pekerjaan sang adik ipar yang dinilainya masih tidak memuaskan.

"Bisa Bapak katakan, di mana letak kesalahannya, saya sudah memperbaiki sedikit hal yang Bapak katakan minus, jika masih ada lagi yang tidak memuaskan, saya akan berusaha untuk merevisinya."

Kesal karena kakak iparnya hanya mempersulit pekerjaannya saja, Rifky bicara demikian tapi Ronan bukannya menyadari sikapnya yang keterlaluan, justru semakin membabi buta meminta sang adik ipar untuk mengulang pekerjaan.

Alhasil, Rifky mengalah. Ia akhirnya mengambil kembali map yang dibanting sang kakak ipar di hadapannya itu dan berbalik keluar setelah berjanji akan memeriksa kembali pekerjaannya.

Ketika Rifky membuka pintu, ia terkejut karena ada Bella di dekat pintu dan menghalanginya saat ia ingin melewati wanita itu untuk kembali ke ruangannya.

"Kesulitan? Butuh bantuan?" katanya dengan nada menggoda, dan itu membuat Rifky muak mendengarnya.

"Apa yang kau masukan di otak Pak Ronan sampai di mata dia aku selalu salah?" tanya Rifky dengan sorot matanya yang tajam.

"Kamu menuduh aku yang menghasut bos?"

"Perkara malam itu, kamu tidak suka karena aku memergoki kalian sedang melakukan hal yang tidak senonoh, kan?"

"Jaga ucapan kamu! Ini kantor, kalau sampai itu diketahui oleh orang-orang di sini, kamu pikir siapa yang akan malu? Keluarga kamu, Rifky!"

Telapak tangan Rifky mengepal ketika mendengar ancaman yang dikatakan oleh sang sekretaris kakak iparnya tersebut.

"Jaga sikap kamu, kalau sampai kejadian tidak senonoh itu aku lihat kembali, aku tidak akan tinggal diam, Bella!"

Rifky tidak lagi menyebut Bella dengan embel-embel ibu seperti yang diinginkan wanita itu ketika menjadi sekretaris sang atasan, karena sebutan itu akan membuat dirinya seperti berubah menjadi istri Ronan.

Dan ketika Rifky bicara seperti itu, Bella jadi geram, namun sebelum ia mendamprat Rifky, pria itu sudah berlalu dari hadapan Bella yang kesal dengan sikapnya.

"Awas kamu, Rifky Takizawa Rizmawan! Kamu tidak tahu sedang menyinggung siapa, kamu pikir aku akan takut dengan ancaman kamu, aku pastikan setiap perkataan menusuk kamu, aku lampiaskan pada kakakmu yang tidak berguna itu!"

Bella komat-kamit sendiri sambil menatap punggung Rifky yang hilang dibalik pintu ruang kerja pria tersebut!

***

Rifky baru saja keluar dari kantor ketika Pasha sahabatnya melambai ke arahnya.

Sebenarnya, Pasha tidak tinggal di Yogyakarta di mana Rifky dan keluarganya menetap, pemuda imut itu dari Samarinda yang kebetulan sedang mengunjungi kota Yogyakarta sebelum dikirim ke pusat pelatihan anggota pasukan khusus angkatan laut.

Di pesan pribadi, Pasha sudah mengatakan akan menemui Rifky langsung di kantor karena pria itu memang belum tahu rumah Rifky pasca menikah dengan Aoi istri Rifky.

Itu sebabnya, Pasha memutuskan untuk ke kantor Rifky saja yang dahulu setahunya adalah kantor yang dipimpin oleh ayah Rifky, Pak Rudy Leonard Rizmawan, namun karena pengkhianatan, kantor itu nyaris bangkrut dan pernikahan Ronan dengan Riska-lah yang menyelamatkan perusahaan tersebut.

"Lama amat? Gue sampe dikedipin ibu-ibu yang lewat berdiri di sini kelamaan, lu saban hari lembur macam ini? Belum punya anak banyak aja lu udah lembur, gimana punya anak banyak?"

Pertanyaan Pasha terlontar bertubi-tubi, ketika Rifky sudah tiba di hadapannya. Membuat Rifky jadi semakin lelah menerimanya dan bingung mau menjawab yang mana.

"Maaf, ya. Atasan gue hari ini benar-benar bikin gue nyaris mabuk ngerjain tugas, ada aja yang dikatain salah, padahal gue udah ngerjain benar-benar, tapi di mata dia selalu salah!"

"Sejak kapan? Sejak kakak lu kagak jadi pemimpin lagi di perusahaan ini? Lu di perusahaan bokap lu sendiri jadi karyawan biasa lho, padahal lu punya skill yang bagus untuk menjabat posisi tertinggi, tapi sekarang liat? Lu malah jadi karyawan biasa, dikritik selalu salah pula, ini kagak wajar, Rif!"

"Apa yang sedang kalian bicarakan?"

Rifky dan Pasha spontan berpaling ketika dari arah samping terdengar seseorang bicara demikian ke arah mereka!

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Elpit
Pasha muka imut katanya, tapi orangnya gokil abis, menipu ya mukanya wkwk
goodnovel comment avatar
Mariska Stevy Rizmawan
detik detik pasha mau ditugaskan hihi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status