Dalam kondisi kesal, Liana pukul kepala Rindu beberapa kali dengan piring plastik sampai piring itu rusak, tak diam juga Liana pukul pakai gagang sapu dan terakhir dia benturkan ke tembok. Akhirnya gadis kecil malang itu tak sadarkan diri. Liana kaget.Saat itu Reyhan berteriak dan minta tolong warga lewat dan Rindu segera di bawa ke Rumah sakit. Liana kesal, harusnya dibiarkan saja mati begitu. Dia hukum Reyhan mengemis dan memukuli anak itu beberapa kali. Ketahuan Emran. Emran menyuruh Liana menyudahinya karena anaknya bisa mati kalau di pukul terus dan nasibnya sama dengan Rindu. Akhirnya Liana berhenti menghajarnya dan pasrah Rindu di rawat. Berselang beberapa waktu Raisa pulang dan tak sangka dia gatal-gatal kemudian harus keguguran.Liana gak masalah sih keguguran, anak ini juga bukan anak Emran. Tapi, anak Boni, pacarnya. Namun, kata Dokter ada infeksi di rahimnya yang harus di periksa lebih lanjut.Sekarang, Liana harus segera kabur dari Rumah Sakit. Dia gak mau ditangkap Poli
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 12.**PoV Raisa.Setelah menjual pakaian Mas Emran dan juga Liana. Aku kembali ke rumah, mengambil barang penting dan juga peralatan-peralatan yang akan dijualnya semuanya. Rindu butuh biaya yang lebih besar apalagi kasus ini sudah ditangani Polisi dan pasti membutuhkan biaya yang memang besar untuk menyelesaikannya. Aku bersyukur banyak pihak yang mau membantu sehingga lebih meringankan diriku."Raisa ...," kata Bu RT menyapaku, saat hendak masuk ke rumah. Aku menoleh memperhatikan bu RT yang melangkah cepat ke arahku. Kemudian kami saling bercerita satu sama lain. Sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikannya kepadaku tentang kasus yang sedang bergulir saat ini. Aku juga ada hal yang ingin ku tanyakan kepadanya."Eh, Bu," kataku."Raisa. Bagaimana perkembangan kasus Rindu? Ibu sebenarnya datang ke sana cuma kemarin kamu lagi nggak ada dan ada Polisi jadi ibu takut, nggak jadi ke sana. Ibu doakan semoga kasus Rindu segera selesai. Kasihan
Tak berselang lama datanglah Bu Enya dan juga Lala. Aku terkaget mereka datang kemari. Mereka juga terkejut ketika melihat barang-barang sudah diangkut semuanya ke mobil bak terbuka. Bu Enya mertuaku mempercepat langkahnya."Raisa ... Apa yang terjadi semua ini? Kenapa semua barang-barang diangkut ke atas? Apa kamu mau pindahan?" tanyanya.Pindahan? Aku juga nggak sudi memakai barang-barang bekas Liana dan mas Emran."Aku menjual semuanya, Bu. Semua ku jual dan kujadikan uang untuk biaya pengobatan anakku!""Maksud kamu ini apa, Raisa? Kamu ini keterlaluan sekali. Ibu datang kemari karena disuruh Emran untuk mengambil pakaiannya. Gara-gara kamu Emran jadi ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka atas kasus penganiayaan terhadap Reyhan dan Rindu. Apa kamu belum puas! Sekarang Emran nggak punya pakaian dan ibu harus membawakan pakaian buat dia. Jadi kalau seperti ini bagaimana?!" kata Bu Enya gak terima."Iya, Mbak. Kenapa kamu nggak ada rasa kasihan sedikitpun dengan mas Emran. Dia sek
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 13.**PoV Raisa.Setelah aku mengatakan maksud dan tujuanku datang ke sini. Mas emran terkaget. Dia tidak menyangka kalau aku bisa bertindak sejauh ini."Raisa. Mas tau kalau salah. Tapi apa nggak bisa Mas memperbaiki semua ini. Kita mulai lagi dari awal. Mas akan bekerja dengan baik. Mas akan setia sama kamu. Raisa, Sayang. Di mana Reyhan anak kita? Mas mau ketemu," katanya mengulurkan tangannya hendak memegang tanganku. Secara otomatis aku menarik tanganku merasa jijik padanya. Perkataannya lembut tetap saja membuatku muak."Mas, ini adalah hal yang terbaik untuk hubungan kita karena kamu lebih dulu memilih untuk menghianatiku. Kamu tahu saat ini aku memandangmu secara kesal dan muak setelah kamu melakukan kekerasan ke anak-anak kita. Bahkan kamu berani bertanya di mana anak kita. Rindu Dan Rayhan sebenarnya adalah tanggung jawabmu dan keluargamu. Tetapi tidak apa-apa aku yang akan mengambil tanggung jawab itu. Karena kamu bukan Ayah yang tepat
"Sabar, Raisa. Mbak tahu ini masalah yang besar. Kamu perempuan kuat. Kamu perempuan hebat karena Allah memberikan cobaan ini ke kamu benar-benar yakin kamu bisa menghadapi ini. Kamu bisa menghadapi semua ujian ini.""Terima kasih ya, Mbak. Aku titip dulu Reyhan kalau udah butuh apa-apa berikan saja dulu. Sekarang aku juga mau pergi ke Bank. Aku mau tahu berapa banyak uang yang sudah dibayarkan Mas Emran untuk cicilan Rumah kami. Aku sudah pada keputusanku untuk menjual Rumah itu, semoga saja ada yang mau membelinya. Uang sisa penjualan itu akan ku lunaskan agar semuanya cepat selesai dan aku tidak punya hubungan apa-apa lagi secepatnya dengan Mas Emran dan keluarganya. Setelah aku mengajukan gugatan perceraian," ucapku."Iya, Raisa. Kamu nggak perlu khawatir. Reyhan aman bersama Mbak. Pokoknya siapapun yang ingin membawanya, Mbak nggak akan izinkan. Mbak terus mengawasi Reyhan. Yang penting masalah kamu cepat selesai."Setelah berbicara beberapa saat dengan Mbak Rita. Akhirnya kami m
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 14.**POV AUTHOR"Lia, aku udah nggak betah tinggal di tempat yang kecil seperti ini! Apa nggak bisa kita menyewa Rumah aja. Lagi pula, kenapa kita harus menyewa kamar yang benar-benar kecil kayak gini!"Boni menggerutu, dia sebenarnya nggak tahu apa-apa tentang masalah yang terjadi dengan Rindu. Namun, ketika membaca artikel dan melihat di sosial media. Kini Boni merasa yakin. Dia terkejut, sekarang mereka malah tinggal di kamar kos yang ukurannya kecil. Apa nggak bisa mereka menyewa satu rumah sederhana saja.Biasanya, Liana punya banyak uang. Kenapa sekarang ini dia jadi tersiksa, kalau begini caranya dia tidak mau lagi berhubungan dengan Liana. Menyusahkan saja.Dia menjalin hubungan dengan Liana untuk bersenang-senang, mengambil uangnya dan mereka happy-happy. Sekarang Boni dan Liana terpuruk setelah terjadi masalah besar ini, Boni sendiri mengklaim kalau dia tak sadar me-le-ceh kan Rindu. Dia dibawah pengaruh alkohol. Saat itu dia merasa sa
"Saya mau saja, Mbak. Nanti saya datang lagi," kata Liana.Wanita itu kemudian duduk sembari menunggu makanannya dibungkus. Dia mengambil gawainya yang ada di saku. Liana tersentak, ini bukan gawainya melainkan gawai Boni. Liana salah bawa, sekarang dia tidak tahu kunci untuk membuka gawai laki-laki itu.Kenapa Boni bisa mengunci gawainya segala? Padahal sebelumnya mereka tidak ada privasi sama sekali. Sepertinya laki-laki itu sudah mulai melakukan hal yang mencurigakan sehingga mengunci gawainya.Liana mengenal Boni saat menyuruh Reyhan dan Rindu mengemis. Boni selalu saja membantunya, pertemuan yang cukup intens akhirnya mereka menjalin hubungan tanpa ketahuan Emran. Awal-awal menjalin hubungan Boni itu sangat tulus ke Liana. Namun, makin ke sini, Boni semakin membuat Liana naik darah.[Sayang, udah lama kita gak ketemu. Kamu di mana sih. Telepon aku juga gak diangkat. Kamu lagi apa? Aku kangen.]Sebuah pesan masuk dari perempuan bernama Mutiara. Darah Liana semakin mendidih dengan
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 15.**PoV Author.Raisa terdiam sebentar teringat masa lalunya. Faisal memperhatikan Raisa yang terdiam kemudian dia menggerak-gerakkan tangannya tepat di wajah Raisa. Apakah wanita itu sedang menghayal? Apa yang sedang dihayalkannya? Raisa memang memikirkan hal yang lain. Dia tiba-tiba tersentak."Raisa ...,""Eh, maaf. Nomor handphone ku?" tanya Raisa heran."Iya, Apakah aku bisa minta nomor handphone kamu, Raisa. Mungkin ada sesuatu hal yang penting atau terkait masalah Liana. Aku akan segera menghubungimu."Raisa berpikir beberapa saat sepertinya apa yang dikatakan Faisal benar adanya. Mungkin dia nggak masalah memberikan nomor handphone ke Faisal dan laki-laki itu bisa menghubungi untuk membantunya menemukan Liana yang masih DPO. Raisa berusaha berpikir positif saja."Baik, Mas."Raisa kemudian memberikan nomor handphonenya ke Faisal sembari dia berharap Liana segera ditemukan dan faisal mau membantunya kalau bertemu Liana dan segera melapor