Share

Gerebek

Author: Ayri Aster
last update Last Updated: 2025-06-14 12:59:03

Ayra menuju mobilnya dan duduk sejenak untuk mengatur nafas. Dia mengambil botol air mineral dan meneguk isinya sampai habis. Lalu menoleh ke kursi belakang. Dua anaknya, Arzha dan Arzetha, masih asik dengan mainannya. Putri bungsunya melihat ke arahnya dan beringsut untuk memeluknya.

"Mami dari mana? Mami kerja?" Bibir mungil itu mengoceh sambil menarik-narik baju daster Ayra.

"Enggak, Sayang, Mami dari rumah teman Mami. Adek sama Kakak tunggu di sini ya, Mami belum selesai urusannya." Ayra membalas pelukan putrinya dengan lembut. Melihat satu persatu wajah kedua anaknya. Memberikan lebih banyak kekuatan untuk tubuhnya.

"Oke. Tapi jangan lama-lama ya, Mami. Adek sama Kakak lagi liat Youtube." Zetha kembali ke posisinya, duduk di sebelah kakaknya.

"Iya, gak lama kok. Bentar lagi kita belanja ya."

"Horeee."

Ayra menarik napas panjang. Dia berpikir bagaimana caranya menggerebek suami dan selingkuhannya. Ayra tidak mau diam saja, dia harus membalas perbuatan mereka.

Lalu tidak sengaja matanya melihat warga di seberang lapangan bulu tangkis ini. Tampak bapak-bapak dan ibu-ibu yang jumlahnya tidak kurang dari sepuluh orang sedang berkumpul disana. Sepertinya mereka sedang mengobrol santai sambil menonton pembangunan sebuah fasilitas umum.

Ayra turun dari mobil setelah berpesan lagi kepada kedua anaknya untuk menunggu. Dia setengah berlari menghampiri ke arah kumpulan warga tersebut. Sesampainya disana, Ayra menyapa dengan memelas untuk menarik simpati.

"Permisi, assalamu'alaikum, Bapak Ibu."

"Wa'alaikumsalam." Para warga yang mendengar salam itu kompak menjawab.

"Maaf Bapak Ibu, saya mau minta tolong." Ayra berkata lirih sambil mulai mencoba menangis dan pura-pura menghapus air matanya dengan jilbab cokelat yang dikenakannya.

"Kenapa, Mbak? Mbak ini siapa?" tanya salah satu bapak-bapak yang maju mendekat ke arah Ayra.

"Saya datang kesini mengikuti suami saya. Ternyata dia kesini sedang ke rumah selingkuhannya. Saya ingin mendatanginya, tapi saya takut, Pak. Suami saya orang yang keras dan suka main tangan. Tolong, Pak, mereka sekarang sedang berdua di rumah itu." Ayra memelas sambil terus mencoba mengeluarkan air matanya.

"Ini foto suami saya, Pak." Ayra menunjukkan foto dirinya yang sedang berdua dengan Revan di layar ponselnya untuk meyakinkan.

Dia memang sakit hati mengetahui perselingkuhan Revan hari ini. Tapi entah mengapa air matanya sama sekali tidak bisa keluar. Hatinya seakan-akan langsung mati. Cinta yang selama ini masih dia pertahankan ada untuk Revan, tiba-tiba padam.

"Loh yang mana rumah selingkuhannya, Mbak?" seorang ibu bertanya setelah melihat foto yang ditunjukkan oleh Ayra.

"Rumahnya nomor L20 yang warna biru muda, Bu."

"Loh, itu kan rumah Pak Gunawan. Apa yang dimaksud jadi selingkuhan suami Mbak ini anaknya Pak Gunawan? Randa?"

Randa. Ayra ingat nama kontak yang dia lihat mengirim pesan ke suaminya tadi itu RD. Mungkin benar itu inisial Randa yang dimaksud.

Randa. Ayra ingat sekali lagi mantan kekasih suaminya yang dulu pernah mengirim pesan ancaman di aplikasi biru kepadanya adalah Randa. Iya, wanita itu pernah mengancam dan mengatai dirinya habis-habisan beberapa hari setelah acara akad nikah dirinya dengan Revan digelar.

Pantas saja tadi Ayra mendengar wanita itu menyebut 7 tahun berhubungan dengan Revan. Semuanya jelas sekarang. Selingkuhan Revan adalah Randa, mantan kekasihnya.

"Saya tidak tahu siapa nama selingkuhan suami saya, Pak. Tapi suami saya ada di rumah itu sekarang. Tolong bantu saya, Pak." Ayra pura-pura tidak tahu dan terus mencoba terlihat menyedihkan.

"Ayok Pak RT kita gerebek saja sekarang. Kasian mbak ini. Randa itu warga sini, malu-maluin aja. Apalagi mereka maksiatnya di lingkungan ini." Salah seorang ibu-ibu langsung maju berbicara dengan lantang.

"Iya iya benar, ayo gerebek mereka! Randa itu kan janda, jadi kalau menerima tamu laki-laki saat gak ada orang tuanya jelas gak baik." Warga lain membenarkan. Ayra berhasil menyulut kegeraman warga.

"Yasudah ayok kita kesana, Mbak. Kita lihat langsung mereka dan kalau memang benar sedang bermaksiat langsung kita tindak lanjuti." Bapak yang dipanggil RT tadi langsung bergegas berjalan mendahului di depan untuk memimpin warga.

"Terima kasih, Pak. Tapi saya harus kembali ke mobil. Kedua anak saya sudah menunggu dari tadi. Saya harus menemani mereka." Ayra harus cepat pergi agar Revan tidak tau ini semua idenya.

"Oh baiklah, Mbak boleh pergi, biar ini nanti kami yang urus, kami proses, karena bagaimanapun ini terjadi di lingkungan kami." Pak RT menjelaskan.

"Baik, Pak terima kasih atas bantuannya. Saya serahkan semua sama Bapak. Saya pamit dulu, assalamu'alaikum." Ayra pun pamit dan segera berjalan cepat menuju mobilnya.

Sesampainya di dalam mobil, Ayra memejamkan mata dan mulai mengatur nafasnya. Setelah merasa lebih baik, dia berusaha tersenyum ceria dan menoleh ke arah kedua anaknya.

"Mami sudah selesai. Ayok kita belanja." Ayra berseru dengan semangat menghibur kedua anaknya. Padahal saat ini dirinya sendiri yang paling membutuhkan itu.

"Yeeeeaay. Adek mau beli es krim sama mainan ya, Mi. Boleh?" Zetha meloncat-loncat kegirangan di kursi belakang mendengar ajakan ibunya.

"Boleh banget, Sayang. Kalau kakak mau beli apa?" Ayra berganti menatap putra sulungnya.

"Gak tau. Nanti kakak pilih di sana aja."

"Oke. Kita berangkat sekarang." Ayra melajukan mobilnya dengan semangat. Tidak melunturkan senyum semangat di depan kedua anaknya. Semua sakit ini hanya boleh dia yang tau.

---

Para warga bergegas ke rumah Pak Gunawan untuk memastikan benar tidaknya terjadi perselingkuhan dan maksiat di rumah tersebut. Bahkan jumlah warga bertambah banyak karena diajak oleh yang lain.

Sesampainya di depan rumah Pak Gunawan, mereka melihat pintu rumah yang dibiarkan setengah terbuka. Pak RT menginstruksikan untuk tidak berisik dan masuk dengan perlahan.

Beberapa warga bahkan sudah bersiap dengan kamera ponsel di tangan mereka. Mereka tidak mau melewatkan kejadian ini begitu saja. Pak Gunawan adalah wakil ketua dewan Kota Lumia, dan Randa adalah putri satu-satunya. Jelas ini akan menjadi sebuah berita besar.

Warga melangkah dengan sangat hati-hati. Tepat di depan pintu mereka tetap tidak mendengar apapun. Pak RT pun masuk dan mengucap salam dengan pelan. Melihat sepasang gelas, tas selempang, dan bungkus rokok di atas meja, semakin menguatkan dugaan sedang ada tamu saat ini.

Semakin berjalan masuk akhirnya mereka mendengar desahan yang bersahutan dari dalam kamar pertama yang mereka dekati. Suara yang sangat menjijikkan dan membuat seorang warga yang tidak sabar langsung maju dan mendorong pintu dengan kasar.

BRAK!

“Astaghfirullah!”

Sepasang badan polos terlihat sedang dalam adegan tak senonoh di atas ranjang. Mereka kaget dan langsung menoleh ke arah pintu. Begitu menyadari keadaan, mereka langsung blingsatan mencari kain untuk menutupi tubuh polos mereka.

"Dasar janda gatel."

"Janda murahan."

"Pasangan mesum."

"Laki-laki gak tau diri."

Serangan kata-kata tajam terdengar sahut-sahutan ditujukan untuk Revan dan Randa. Para warga bergerak maju untuk menumpahkan emosi mereka. Mereka menggebuki pasangan tak bermoral tersebut beramai-ramai.

Pak RT berusaha keras memisahkan warga dari Revan dan Randa. Dia mengingatkan dengan keras untuk tidak membuat masalah baru. Warga yang sudah meluapkan emosinya pun perlahan mundur.

Randa menangis ketakutan di pojokan sedangkan Revan meremas kain yang menutupi sebagian tubuhnya. Keadaan mereka sangat kacau. Sebagian badannya juga terlihat babak belur akibat amukan warga.

Umpatan. Makian. Dan kata-kata pedas tetap terdengar. Beberapa kamera ponsel bahkan masih aktif merekam mengabadikan kejadian ini. Pak RT keluar dari ruangan dan langsung menghubungi Pak Gunawan selaku orang tua Randa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Babak Belur Pernikahanku   Mengobrol

    Abrar telah pulang sekitar setengah jam yang lalu. Ayra juga baru saja selesai menemani Arzha dan Zetha tidur. Kini tinggal dirinya sendiri yang masih terjaga. Waktu menunjukkan masih pukul sepuluh. Karena belum merasakan kantuk sama sekali, Ayra bingung hendak melakukan apa. Hingga akhirnya dia berpikir untuk memakai lulur badan dan masker wajah saja. Dia mengambil baju ganti dan masuk ke kamar mandi. Ayra melumuri dan memijat lembut seluruh badannya dengan lulur beraroma bunga sakura. Dia juga memasang masker pada wajahnya yang sudah dia bersihkan dengan air hangat sebelumnya. Ayra mengambil buku bacaan dan mulai fokus membaca sambil menunggu lulur dan maskernya meresap. Dia selalu menikmati momen quality time untuk dirinya sendiri seperti ini. Rutinitas harian yang melelahkan dan pekerjaan yang menyita pikiran, memang membutuhkan hal-hal yang bisa membuat rileks agar tidur menjadi lebih nyaman dan nyenyak. Tak terasa dua puluh menit berlalu. Ayra beranjak dan melepas maskernya

  • Babak Belur Pernikahanku   Gosip

    Ayra memberi Abrar tatapan yang sangat tajam dan penuh kecurigaan. Dia cukup familiar dengan suara gadis yang didengarnya barusan. Apalagi posisi gadis tersebut sedang berada di rumah Abrar bersama dengan Nenek Wanda. "Aku tau apa yang sedang kamu pikirin. Dan aku bisa pastiin ini semua nggak seperti yang ada di dalam pikiranmu." Abrar terlebih dahulu berkata dengan sangat hati-hati. "Emang apa yang aku pikirin?" mata Ayra semakin tajam. "A-aku beneran nggak tau ataupun sama sekali nggak janjian sama mereka. Beberapa hari ini mereka berkali-kali datang ke kantor tapi emang sengaja aku tolak. Aku sama sekali nggak pernah ketemu lagi sama cewek itu sejak aku pergi keluar negeri lima tahun lalu."Sorot mata Abrar terlihat jujur namun was-was. Nada suaranya juga pelan dan penuh kehati-hatian. "Terus?" Ayra sengaja terus menekan. Dalam hatinya banyak rasa berkecamuk. Ada curiga, percaya, cemburu, takut namun juga senang. Dia tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya dia rasakan. "Ya b

  • Babak Belur Pernikahanku   Rusak

    Hari ini akhirnya Zetha diperbolehkan pulang oleh dokter. Ayra sedang mengemas barang-barang mereka setelah mempersiapkan Zetha. Gadis cilik itu sudah terlihat segar setelah cuci muka dan berganti baju. Abrar yang selalu setia menemani Ayra menginap di rumah sakit, kini sedang mengurus administrasi. Tidak ada Willi yang bisa dia perintah untuk hal ini. Asistennya tersebut sedang menetap di kantor untuk mewakilinya. Ayra dan Abrar saat ini terlihat jauh lebih kompak dan serasi. Mereka selalu bekerja sama dan saling mengisi untuk merawat dan memenuhi kebutuhan Zetha selama di rumah sakit.Ayra juga merasa sangat terbantu dengan kehadiran Abrar. Bahkan Pak Surya dan Bu Yasmin juga menjadi lebih tenang jika harus meninggalkan Ayra di rumah sakit. Kedua orang tua itu sedang sibuk mengurus keperluan keberangkatan mereka untuk perjalanan umroh dan beberapa negara lainnya. "Sudah diberesin semua?" Abrar yang baru saja masuk langsung bertanya dengan lembut kepada Ayra. "Sudah." Ayra mengan

  • Babak Belur Pernikahanku   Keraguan

    "Mami sama papi lama banget sih. Adek mau minum, haus." Zetha langsung protes. "Iya sayang, maaf ya. Bentar mami ambilkan minumnya dulu." Ayra merasa bersalah. Dia mengambil air mineral dalam botol kemasan yang tersedia di atas nakas. Abrar juga bergerak membantu Zetha untuk duduk. Dia menarik bantal agar menjadi sandaran yang nyaman untuk bocah yang masih terlihat lemah itu. Setelah membuka tutup botolnya, Ayra segera membantu Zetha untuk minum secara perlahan. Abrar juga tetap pada posisinya menjaga tubuh Zetha di sisi yang lain. Mereka terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia. Saling perhatian dan penuh kasih sayang. "Mau apa lagi sayang? Mau makan roti nggak?" Ayra menawarkan sesuatu untuk Zetha sambil merapikan anak rambut putrinya tersebut. "Mau, tapi dikit aja ya, Mi." Zetha mengangguk. "Oke. Mami suapin ya." Ayra tersenyum lalu meraih roti sobek di atas nakas. Dia mengambil secukupnya dan mulai menyuapi Zetha. Sesekali dia memberi minum agar roti tersebut denga

  • Babak Belur Pernikahanku   Kembali

    Abrar dan Ayra saling berpandangan untuk beberapa saat. Mereka sama-sama tertegun dengan perkataan masing-masing. Sama-sama masih mencerna apa yang baru saja didengar. "Aku tanya lagi, siapa yang udah menikah? Istri siapa yang kamu maksud tadi?" akhirnya Abrar yang pertama memecah keheningan diantara mereka. Mulut Ayra terbuka hendak menjawab namun langsung terhenti karena bingung dengan jawaban yang kini tidak dia yakini lagi kebenarannya. Ayra berpikir sejenak, lalu menjawab saat dia telah menemukan kata-kata yang tepat. "Bukannya kamu udah menikah? Bukannya dulu nenek yang jodohin kamu sama Leana? Bukannya itu berarti kalian udah menikah sekarang?" Ayra memberikan jawaban berupa pertanyaan. Dahi Abrar semakin berkerut mendengar prasangka Ayra. Pertanyaan itu seperti menyindir namun sepenuhnya salah. Dia harus segera meluruskannya. "Kamu dapat kabar dari mana?" Abrar bertanya dengan lembut kepada Ayra. Ayra semakin bingung. Pertanyaan Abrar kali ini seperti memberi membenarka

  • Babak Belur Pernikahanku   Janji Palsu

    "Makanannya biar aku yang pesankan. Nanti kalau udah datang kita ajak Arzha makan juga. Kasian dia." Abrar kembali berbicara karena melihat Ayra hanya diam menatapnya. "Kenapa kamu nggak pergi?" Ayra tidak menanggapi ucapan Abrar namun justru menanyakan soal hal lain. "Aku mau temani kamu disini." Abrar menjawab tulus. "Aku baik-baik aja. Aku bisa sendiri. Kamu pergi aja." tatapan Ayra berubah menjadi dingin. Bagaimanapun, Abrar telah menikah. Sangat tidak baik jika Abrar terus disini menemaninya. Itu akan menimbulkan masalah besar. Mengingat sifat Leana, wanita itu tidak akan tinggal diam jika tau tentang hal ini. Lima tahun ini hidup Ayra sudah cukup tenang. Dia tidak ingin merusak ketenangan itu. Dia tidak ingin memancing masalah yang sebenarnya tidak penting dan sangat bisa dihindari."Kenapa kamu suruh aku pergi?" kening Abrar berkerut karena perubahan sikap Ayra. Dia merasa tadi tidak ada masalah lagi diantara mereka. Semuanya baik-baik saja sampai sekarang akhirnya mereka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status