Home / Lainnya / Back To Home / Bab 3. Time is Healing

Share

Bab 3. Time is Healing

Author: Jenniesa
last update Last Updated: 2025-01-26 15:13:36

2025

“Anin, bangun Nin.” Aku membuka mata setelah Nanda mengguncang badanku pelan.

“30 menitan lagi kita nyampe. Kamu mau nyegerin wajah dulu gak? Nanti kita berhenti di minimarket terdekat ya.” Aku menggumam iya dan melihat Nanda berbalik ke depan, mengatakan kalimat yang sama kepada Fatih yang memegang kemudi.

Mata kami bertabrakan di kaca spion, sebelum aku akhirnya melihat ia menurunkan pandangan dan diam kembali melanjutkan perjalanan.

Kami setuju untuk datang ke Surabaya. Tempat dimana Tante Diatri tinggal.

Menyelesaikan apa yang harus diselesaikan tampaknya hanya menjadi pilihan yang aku punya saat ini. Selebihnya, aku kembalikan lagi ke waktu dan nasib.

30 menit berjalan dan aku kini melihat satu bangunan yang menjadi akhir dari destinasi ini.

Terasa asing karena layout rumahnya persis dengan rumah mereka sebelumnya hingga membuatku agak sesak.

Didepan pintu berdiri Tante Diatri. Tersenyum begitu lebar ketika melihatku. Yang bisa aku lakukan hanyalah bergegas dan segera menghamburkan diri dalam pelukan yang aku tidak sangka akan aku kembali dapatkan.

“Anin pulang Tante.” Dan dekapannya semakin mengerat.

“Anin akhirnya pulang.” Dilepasnya pelukan dan dibawaku kedalam rumah yang dindingnya penuh dengan potret sosok yang aku sangat rindukan.

“Tante bahkan berpikir dikehidupan kali ini, mungkin Tante tidak akan bertemu dengan kamu lagi Nin. 3 tahun pertama terasa berat, dan kemudian 10 tahun sudah berlalu dan yang bisa Tante harapkan adalah kamu kembali dengan sehat.” Tante Diatri kembali merengkuhku dan menautkan tangan kami bersama.

“Tante berpikir, apakah akan ada waktu dimana kamu bisa datang dan kembali menemui Tante dengan versi kamu yang seperti dulu.”

“Anin, Bagus pergi menjadi takdir yang sudah pasti. Tante akui, awalnya Tante masih mencoba memproses semua hal ketika berita itu datang. Tante piker, tidak mungkin anak sebaik Bagus pergi dengan cara yang buruk. –Tante Diatri menarik nafasnya pelan.

-Tapi Anin, apa Anin tahu? Dibalik kekecewaan Tante atas kepergian Bagus, Tante merasakah keikhlasan yang dalam ketika alasan dibalik semuanya adalah kamu. Jika itu kamu, Tante merasa bahwa Bagus akan melakukan apa saja. Setelah pemakaman selesai, Ayah kamu dating dan bersimpuh luruh dihadapan Tante. Dia meminta maaf karena tidak bias menjelaskan dengan benar alasan dibalik kematian Bagus kepada pihak yang berwenang. Dia meminta Tante untuk tidak menyalahkan kamu atas apa yang terjadi kepada Bagus.

Tapi apa Anin tahu? Setelah mengetahui semuanya, Tante hanya merasa kosong. Membayangkan betapa putus asanya kamu saat itu dan siapapun yang dating, pasti akan melakukan hal yang sama seperti yang Bagus lakukan.”

“Anin, berhenti untuk menyalahkan diri sendiri. Bagus pergi bukan untuk melihat Anin seperti ini.” Tante Diatri menatapku lama dan menghembuskan nafas pelan.

“Keputusan untuk menyembunyikan alasan dibalik kematian Bagus adalah permintaan Bagus sendiri Nin. Jadi, ini adalah hasil yang diinginkan oleh Bagus.” Aku tercekat.

“Maksudnya Tante?”

Tante menolehkan kepalanya kearah teras depan. Disana berdiri Fatih yang sedang merokok sambal melamun menatap lama tanpa arah.

“Fatih gak bilang ke kamu? Saat dirumah sakit, Bagus memohon kepada Fatih agar ia bisa menutup rapat apa yang terjadi malam itu.”

Aku ikut menatap Fatih dari kejauhan dalam diam.

“Bagus tahu benar, jika hal ini tersebar keluar maka hidup kamu akan menjadi objek gunjingan orang.”

Mata kami bertabrakan. Dan sebelum Fatih kembali menurunkan pandangan, aku lari menuju ke arahnya sambal menunggu jawaban.

“Kenapa?” Fatih tercekat dan membuang rokok yang ada ditangannya.

“Kenapa?” Fatih hanya diam.

“Fat, kenapa? Kenapa gak ada yang ngasih tau hal ini ke aku? Kenapa?”

Aku menangis sambil memukulnya. Mencoba mencurahkan rasa frustasi terhadap hal-hal yang baru saja kutemukan.

“Ayah kamu bilang, biarlah hal ini menjadi karma atas apa yang orang itu lakukan ke kamu Nin. Beliau merasa tidak pantas menjadi Ayah karena tidak melindungi kamu dari hal-hal jahat yang ia bawa sendiri.”

Aku semakin menangis. Ringikanku memelan dan yang kurasa dengan benar adalah akhirnya Fatih memelukku dalam peluknya. Dalam.

Mengetahui satu hal itu artinya bersiap untuk mengetahui hal-hal yang lain. Kedatanganku kerumah Tante Diatri menyingkap banyak sekali rahasia yang telah terkubur selama 10 tahun ini.

Selain mengetahui tentang alasan dibalik kematian Mas Bagus yang sebenarnya, aku kembali terkejut atas hal-hal yang dilakukan Bapak.

Menyimpan rahasia selama 10 tahun yang kemungkinan akan ia bawa hingga akhir hayat sebagai bentuk karma atas apa yang saudaranya lakukan membuatku terisak pelan.

Sudah cukup mengetahui bahwa anak perempuannya dilecehkan oleh saudaranya sendiri, ia juga harus menanggung rasa bersalah ketika kekasih anaknya mati karna mempertahankan martabat milik anaknya yang harusnya ia bisa jaga. Andai kata, dia tidak mengijinkan orang itu masuk kedalam kehidupan keluarga kami, apakah akhir yang kami punya juga akan berbeda?

Kematian Mas Bagus meninggalkan banyak bekas yang mengesankan dihidup banyak orang. Terkhususnya aku.

Menjalani hidup dengan nyaman setelah kematian seseorang menjadi beban yang mengiringku selama ini. Berharap banyaknya jika terjadi setelah malam kejadian membuatku berpikir, betapa bagusnya jika itu terjadi.

Mas Bagus yang aku cintai dengan segenap hati dan jiwa meninggalkanku menggantung pada keputus-asaan setelah ia tiada. Terseok dalam arus hidup yang kacau hingga memutuskan untuk menyusulnya dihidup kekal yang abadi.

Apa yang terjadi setelah kebenaran terungkap?

Jika aku tidak memutuskan untuk pulang demi mengakhiri hidup, apakah kebenaran akan selamanya disembunyikan?

Rasa sesak semakin terasa menumpuk. Berbagai informasi yang baru kuterima terasa tidak lagi sanggup aku tampung. Dari banyaknya hal, kematian Mas Bagus masih menjadi titik balik paling suram dalam hidupku.

10 tahun hidup dalam bayang kematian seseorang membuatku hampir mirip seperti orang yang mati pula. Keberadaan Mas Bagus adalah oase paling membahagiakan dalam hidupku, dan ajaibnya Tuhan memanggilnya begitu cepat. Meninggalkanku kembali dalam gelap berbayang yang tak berkesudahan.

Mas Bagus yang aku sayangi selama hidupku, apa yang harus aku lakukan ketika kebenaran datang Mas?

Aku menganggapmu bodoh untuk kesekian kalinya atas apa yang kamu putuskan bahkan ketika kamu berada diujung kematian.

Dari banyaknya hal yang aku bayangkan, maka apa yang terjadi hari ini menjadi hal yang paling tidak bias aku bayangkan. Kematian Mas Bagus selalu menjadi momok yang aku dekap dalam keabadian selama 10 tahun terakhir. Dan, saat aku mengetahui alasan demi alasan yang diciptakan semata-mata demi aku, rasanya dunia ingin kuruntuhkan.

“Tetap hidup Nin.”

Hidup yang seperti apa?

Dalam 10 tahun terakhir, aku meyakinkan diri bahwa semua hal yang sudah terjadi diluar kuasa kita. Baik buruknya masa lalu, maka akan segera terkikis seiring berjalannya waktu. Tapi, apa yang kamu lakukan jika kamu sekarang masih hidup Mas?

Masa depan yang cerah. Kehidupan yang membahagiakan dan kesempatan yang luas.

Mas Bagus yang aku cintai hingga hembusan nafas terakhir, Anin yang kamu lindungi dengan nyawa tidak lagi bisa hidup seperti sedia kala. Dunianya sudah berbeda jauh semenjak kamu tiada.

Caraku menjalani hidup tidak lagi sesuai dengan rencana yang kita sempat bicarakan. Tahap-tahap yang sudah disusun aku hancurkan karena tidak bisa membayangkan betapa hebatnya ide ini berjalan jika kamu masih ada.

Mas Bagus yang aku cintai hingga waktu berlalu, apa yang harus aku lakukan?

Orang bilang, waktu akan menyembuhkan luka.

10 tahun berlalu dan aku masih berharap kamu tetap disini, bersamaku sampai mati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Back To Home   Bab 4. Past is Present

    Setahun genap berlalu semenjak aku mengunjungi Tante Diatri. Selepas mengetahui sedikit kebenaran yang disembunyikan Mas Bagus, aku kembali melanjutkan hidupku dalam lajur yang sama. Ada banyak perbedaan pastinya, tapi beberapa diantaranya masih terasa canggung untuk dirubah. Hubunganku dengan Fatih dan Nanda membaik seiring berjalannya waktu. Kami selalu menyempatkan bertemu sekali dalam sebulan setelah rehat sejenak dari dunia kami yang mulai memasuki usia dewasa. Tempat itu kini perlahan berubah kembali menjadi rumah seperti tempat aku tinggal dahulu kala. Ibuk kembali bekerja sebagai pegawai kelurahan di desa ini, dan Bapak melanjutkan usaha ternak Kambing yang dulu sempat berhenti. Rasa-rasanya semua orang kembali kejalur yang benar. Namun, titik penyesalanku masih belum segenapnya usai. Aku masih merindukan Mas Bagus di tiap malam aku akan tidur, dan di pagi hari ketika aku baru terbangun. Adnan berada diakhir semester kuliahnya. Jadi dia hanya pulang 1 atau 2 kali dal

  • Back To Home   Bab 3. Time is Healing

    2025“Anin, bangun Nin.” Aku membuka mata setelah Nanda mengguncang badanku pelan.“30 menitan lagi kita nyampe. Kamu mau nyegerin wajah dulu gak? Nanti kita berhenti di minimarket terdekat ya.” Aku menggumam iya dan melihat Nanda berbalik ke depan, mengatakan kalimat yang sama kepada Fatih yang memegang kemudi.Mata kami bertabrakan di kaca spion, sebelum aku akhirnya melihat ia menurunkan pandangan dan diam kembali melanjutkan perjalanan.Kami setuju untuk datang ke Surabaya. Tempat dimana Tante Diatri tinggal. Menyelesaikan apa yang harus diselesaikan tampaknya hanya menjadi pilihan yang aku punya saat ini. Selebihnya, aku kembalikan lagi ke waktu dan nasib.30 menit berjalan dan aku kini melihat satu bangunan yang menjadi akhir dari destinasi ini.Terasa asing karena layout rumahnya persis dengan rumah mereka sebelumnya hingga membuatku agak sesak.Didepan pintu berdiri Tante Diatri. Tersenyum beg

  • Back To Home   Bab 2. What is Life?

    BAB 2What is Life?“Nanda dan Fatih tadi kesini Nin. Mereka boleh mampir sore ini?”Aku mengangguk mendengar pertanyaan Mas Andy.Ah, dua dari sebagian orang yang ingin kembali, lagi.Diujung meja makan, kini dihiasi oleh keberadaan sosok yang sebelumnya tidak ada. Diam, menunggu dengan pasti untuk melihatku bereaksi.Haha“Bapak ada perlu membicarakan sesuatu. Apa kamu bisa menunggu disini sebentar Nin?”Suara yang kubenci selama 10 tahun mulai bergema, aku hanya bisa membalas menatap wajahnya yang sudah dimakan usia itu.Ah, kembali kuingat ini sudah 10 tahun.Semua orang pasti akan berubah seiring berjalannya waktu. Demikian pula dengan orang itu.Aku hanya diam sambil menunggu satu persatu orang meninggalkan meja dan hanya menyisakan aku dan orang itu.Dia menempatkan satu bungkusan kecil diatas meja beserta 1 surat yang bisa kulihat sudah lama sekali diremas oleh pemiliknya.

  • Back To Home   Bab 1. What took you so long to comeback home?

    “Kamu yakin Nin mau resign?”Pertanyaan Mbak Riska baru saja kudengar, dan lagi, dengan kesadaran penuh aku menganggukan kepalaku dalam.“Yakin Mbak. Aku juga udah submit resign letter ke Pak Ray kemarin.”Mbak Riska Cuma menatapku lembut. Wanita berusia 37 tahun ini menjadi salah satu karyawan yang paling dekat denganku selama aku bekerja di perusahaan ini.“Kalau nanti dimasa depan, kamu butuh apa-apa, tolong hubungi aku ya Nin.”Aku hanya membalas untuk menggenggam tangan Mbak Riska pelan. Berusaha memastikan bahwa jalan yang sekarang aku pilih ini, menjadi jalan yang sudah jelas dan akan kupastikan lancar hingga penghujung jalan.Menjelaskan kenapa aku berani senekat ini untuk melepas hal-hal di usia hampir 30-an memang tidak mudah. Aku hanya memberi gambaran singkat mengapa aku harus, dan mau gak mau untuk pulang ke tempat yang dulu hingga sekarang, tidak berani aku jamah kembali.Untungnya, keputusanku un

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status