Beranda / Lainnya / Back To Home / Bab 2. What is Life?

Share

Bab 2. What is Life?

Penulis: Jenniesa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-26 14:43:50

BAB 2

What is Life?

“Nanda dan Fatih tadi kesini Nin. Mereka boleh mampir sore ini?”

Aku mengangguk mendengar pertanyaan Mas Andy.

Ah, dua dari sebagian orang yang ingin kembali, lagi.

Diujung meja makan, kini dihiasi oleh keberadaan sosok yang sebelumnya tidak ada. Diam, menunggu dengan pasti untuk melihatku bereaksi.

Haha

“Bapak ada perlu membicarakan sesuatu. Apa kamu bisa menunggu disini sebentar Nin?”

Suara yang kubenci selama 10 tahun mulai bergema, aku hanya bisa membalas menatap wajahnya yang sudah dimakan usia itu.

Ah, kembali kuingat ini sudah 10 tahun.

Semua orang pasti akan berubah seiring berjalannya waktu. Demikian pula dengan orang itu.

Aku hanya diam sambil menunggu satu persatu orang meninggalkan meja dan hanya menyisakan aku dan orang itu.

Dia menempatkan satu bungkusan kecil diatas meja beserta 1 surat yang bisa kulihat sudah lama sekali diremas oleh pemiliknya.

“Di tahun 2017, Diatri dan anaknya datang kesini. Mereka menyerahkan 2 hal ini untuk diberikan kekamu.”

Diatri adalah nama dari Ibuk Mas Bagus.

Sosok wanita lembut yang dulu sering membuatkan aku bandana dari benang yang ia rajut sendiri.

“Mereka sudah lama pindah. Terakhir Bapak mendengar, mereka menetap di Surabaya.”

Aku mengambil bungkusan berwarna kuning itu dan membukanya pelan. Isinya cardigan lembut yang bias kupastikan siapa yang membuatnya.

“Untuk Anindya kesayanganku.” Tertulis jelas diatas cardigan.

Air mataku menyeruak deras. Kupeluk erat cardigan ini seperti aku memeluk erat bayang Mas Bagus yang sangat ingin kugenggam erat.

Tahun demi tahun yang kulewati tanpa dirinya kembali perlahan membuatku sadar betapa besar keberadaanya membentukku menjadi sosok yang sekarang ada.

Tangisan yang kutahan sejak aku mengunjunginya kemarin, yang kutahan selama beberapa tahun seperti tidak terbendung lagi. Bayangnya yang amat sangat kurindukan. Yang amat sangat ingin kulihat. Yang amat sangat ingin kugapai kembali.

Senyumnya yang lembut, tutur katanya yang pelan dan jelas dalam membimbingku dalam banyak hal. Rasanya semua kejadian itu baru terjadi kemarin. Seperti, baru saja terjadi. Dan kini, aku baru saja kehilangannya, lagi.

Kembali kulihat rajutan yang kudekap erat. Warna biru langit yang menjadi favoritku selama 18 tahun sebelum akhirnya kubenci.

Diujungnya tergantung tag bertuliskan Anindya.

Bisa kubayangkan betapa sabarnya ia dalam membuat barang yang sedang kupeluk erat ini. Menggabungkan warna favorit dan jenis baju yang kusuka menjadi 1 hal yang tidak akan mungkin kutolak.

Dalam tangisan yang terlambat ini, aku berusaha menggapai 1 surat yang bisa kutebak siapa yang menulisnya.

10 tahun berlalu masih saja tidak bisa membuatku untuk lupa.

Buruk. Ini buruk.

Kedatanganku ketempat ini seperti membuatku mengeluarkan banyak hal pedih yang menggerogoti.

Lengan yang kuharap ikut memeluk beserta aroma asing yang ingin kucium kembali menjadi satu-satunya hal yang Ingin kuingat.

Mas Bagus masih menjadi hal yang paling favorit, yang pernah Tuhan kirim untukku.

Sayangnya, hal favorit seringnya menjadi hal yang paling cepat diambil kembali oleh Tuhan.

*****

‘Dear Anin,

3 tahun berlalu setelah kepergian Bagus. Dan Tante baru bisa menulis surat ini untuk Anin.

Apakah Anin baik-baik saja disana?

Tante ingin sekali kembali menemui Anin dan memeluk Anin erat seperti yang biasa kita lakukan dulu.

Anin, Tante amat sangat merasa bersalah atas apa yang Tante lakukan ke kamu 3 tahun lalu.

Seberapa sayangnya Tante dengan Bagus, tidak seharusnya Tante mengucapkan kalimat-kalimat jahat itu ke Anin.

Bagus yang Tante tahu adalah sosok yang akan melakukan apapun untuk Anin bahagia.

Cardigan yang Bagus rajut di setiap malam kini Tante kembalikan ke pemiliknya. Tante tahu betul betapa besar rasa saying Bagus ke Anin.

Terlepas dari banyaknya hal yang sudah terjadi, Tante harap Anin selalu sehat dan menjadi pribadi yang sama seperti Anin yang Tante temui dulu ka.

Jika Anin sudah membaca surat ini, berarti Anin sudah pulang bukan?’

Membaca setengah dari surat yang ditulis Tante Diatri membuatku mengingat banyak hal.

Ada begitu banyak yang kehilangan Mas Bagus waktu itu, dan bukan hanya aku saja yang terbenam dalam masa lampau.

Kehilangan selalu menjadi hal yang paling sulit untuk diterima terlepas berapa lamanya hal itu sudah berjalan.

Hari kedua ditempat ini berakhir dengan cukup baik. Aku bisa menatap wajah sosok yang paling kubenci dalam 10 tahun terakhir dengan berani tanpa tersulut emosi.

Ada begitu banyak hal yang ingin kutanyakan. Tapi diantara banyaknya hal-hal itu, waktu yang berlalu membuatku tidak lagi ingin mengetahui jawabannya. Tempat yang dulu aku jadikan rumah, kini sudah hilang. Begitupula alasan-alasan yang membuatku bertahan.

16:21

Deru suara mobil membangunkan lamunan singkat. Aku melihat Ibuk menyambut orang-orang itu dengan tergopoh-gopoh.

Dipeluknya mereka dan dipersilahkan masuk dengan hangat. Dan aku melihat jelas siapa mereka dari kamar tempatku berada.

“Anin, Nin, Nin, ada Nanda dan Fatih.” Ibuk menyeruak masuk kedalam kamar dan memberitahuku hal yang sudah kuketahui dengan jelas.

“Keluar yuk, mereka juga kangen sama kamu.” Aku mendengus pelan dan mengikuti Ibuk dengan rapi menuju ruang tamu.

Disana, aku melihat dua sosok yang sama membuatku jenuh. Satunya tersenyum lebar menghadapku. Bersiap merengkuh jika aku tidak dengan sengaja menghindar dari lengan yang sudah terbuka lebar.

Satunya lagi hanya diam. Tak berani beradu mata maupun menyapa. Tsk, munafik.

“Anin apa kabaaarrr? Kangennnnn please, aku gabisa ngehubungin kamu selama ini. Dan kamu juga gak pernah buka dm dari aku.” Nanda langsung menodongku dengan banyak hal. Dia meyebutkan banyak sekali yang telah dia upayakan untuk sekedar bisa berkomunikasi denganku.

“Aku baik Nan.” Satu kalimat baru saja kuucap sebelum Nanda secepat kilat memelukku erat dalam pelukannya.

“Aku seneng banget Nin. Keinginanku untuk ngeliat kamu di tahun ini akhirnya kesampaian.” Nanda menghela nafas sebelum melanjutkan kalimatnya ke hal yang membuatku tercengang sedikit.

”Kalau tahun ini kamu masih belum pulang, aku jamin Fatih mau nyusul kamu ke Jakarta. Terlepas kamu ngasih tau dimana kamu tinggal atau engga.”

Aku melirik sosok lain disebrang sofa. Tangannya kikuk dan sudah lebih dari 3 kali dia minum untuk sekedar meringankan keberadaanya.

Fatih Adjarna bisa dibilang teman seumuranku yang paling dekat kala itu. SD-SMA kami habiskan di satu sekolah yang sama.

Kami melalui masa kanak-kanak, remaja, hingga menyongsong dewasa bersama. Sebelum ia akhirnya memilih untuk menjadi orang yang ikut kubenci atas apa yang terjadi 10 tahun lalu.

“Nin?” Nanda menyenggol lenganku pelan sambil bolak-balik menatapku dan Fatih.

Terkadang, aku berpikir bahwa apa yang terjadi diantara aku dan orang-orang ditempat ini, suatu saat akan berakhir dan kami hanya menjadi sosok tidak asing di hidup satu sama lain seiring berjalannya waktu. Tapi ketika dihadapkan kembali pada hal-hal yang sudah berusaha kulupakan, rasa kecewa yang mati-matian aku simpan selama ini akhirnya menyeruak.

Lama sekali aku menatap Fatih, hingga pelan ia terduduk ringkih dibawahku dan menggenggam erat kedua tangan yang ku simpuhkan.

“Maaf Nin.” Kalimatnya berbayang dengan apa yang pernah ia ucapkan juga 10 tahun lalu.

Kala itu, Fatih mengucapkan kalimat yang sama dengan kondisi yang berbeda. Melihatku masih tenang, dia hanya asal memohon dan tetap memilih memihak Bapak dan membuat kepergian Mas Bagus menjadi hal dengan alasan yang wajar.

Aku masih ingat menamparnya keras dan bertanya mengapa ia melakukan hal-hal yang tidak biasa ia lakukan demi melindungi orang itu.

“Maaf Nin.” Kembali kudengar kalimat yang tidak lagi ingin kudengar.

“Kamu harusnya minta maaf ke Mas Bagus. Bukan aku.”

Lagi, dia semakin menggenggam erat kedua tanganku.

“Maaf Nin.”

Tanggal tidak diketahui, 2014.

“Anin!” Fatih menahan lenganku dan kembali menutup pintu untuk mencegahku keluar.

“Lepas! Aku akan bilang ke mereka semua terkait Mas Bagus.”

“Jangan gila Anin! Kamu gak mikirin mereka bakal melihat kamu dengan pandangan seperti apa nantinya?” Fatih menderu, ia masih berusaha menangkapku dan memastikan bahwa aku tidak akan keluar dari ruangan ini dan mengganggu hasil penyelidikan polisi terkait kematian Mas Bagus.

“Lepas please, Fatih please.” Aku merengek dan hanya bisa menangis semakin keras. Bayangan bahwa kematian Mas Bagus hanya menjadi kasus kematian biasa tanpa alasan yang jelas.

1 Minggu penuh aku habiskan dengan berdiam diri dikamar dan hanya bias mengetahui hasil dari penyelidikan ketika Fatih datang. Kamar yang terkunci dari luar. Suara Bapak dan Ibuk yang bersautan dan suara pecahan vas kaca sudah tidak lagi terdengar.

Suara kunci dibuka akhirnya terdengar. Dan disana aku melihat Fatih yang kuyu datang.

“Selesai Nin.” Dan yang aku lakukan hanya menangis.

Tidak terlalu jelas apa yang terjadi setelah itu. Karena ketika aku bangun kembali, yang kulihat hanyalah dinding putih dan bau obat-obatan yang tercium kuat.

Disampingku hanya ada Ibuk yang meremas ujung baju yang kukenakan sambal menatapku menangis sesenggukan.

“Anin..” Tersendat dengan suara tangisan dan kehati-hatian untuk tidak menyentuh apapun yang berpotensi membuatku terluka.

Ibuk masih memohon maaf dan memintaku untuk tidak lagi melakukan hal-hal berbahaya seperti yang aku lakukan.

“Lepasin aku ya Buk? Aku mungkin gak bisa untuk tetap disini dan bertatap muka dengan mereka kayak dulu.”

Lama sekali aku menunggu Ibuk menjawab, sebelum akhirnya aku melihatnya menganggukan kepala dan mencium keningku pelan.

Selepas dibebaskan dari rumah sakit. Hal yang pertama kulakukan adalah menyiapkan berbagai berkas yang dibutuhkan untuk kembali mendaftar kuliah. Surat penerimaan dari kampus lokal yang sebelumnya kudaftar hanya bisa kutinggalkan pelan di rak penyimpanan.

Dalam prosesnya, Bapak masih menjadi eksistensi yang tidak kulihat meski terkadang aku tau dia diam-diam ke kamarku dan mengelus kepalaku untuk memastikan bahwa aku tetap hidup.

Tapi Pak, apa artinya hidup?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Back To Home   Bab 4. Past is Present

    Setahun genap berlalu semenjak aku mengunjungi Tante Diatri. Selepas mengetahui sedikit kebenaran yang disembunyikan Mas Bagus, aku kembali melanjutkan hidupku dalam lajur yang sama. Ada banyak perbedaan pastinya, tapi beberapa diantaranya masih terasa canggung untuk dirubah. Hubunganku dengan Fatih dan Nanda membaik seiring berjalannya waktu. Kami selalu menyempatkan bertemu sekali dalam sebulan setelah rehat sejenak dari dunia kami yang mulai memasuki usia dewasa. Tempat itu kini perlahan berubah kembali menjadi rumah seperti tempat aku tinggal dahulu kala. Ibuk kembali bekerja sebagai pegawai kelurahan di desa ini, dan Bapak melanjutkan usaha ternak Kambing yang dulu sempat berhenti. Rasa-rasanya semua orang kembali kejalur yang benar. Namun, titik penyesalanku masih belum segenapnya usai. Aku masih merindukan Mas Bagus di tiap malam aku akan tidur, dan di pagi hari ketika aku baru terbangun. Adnan berada diakhir semester kuliahnya. Jadi dia hanya pulang 1 atau 2 kali dal

  • Back To Home   Bab 3. Time is Healing

    2025“Anin, bangun Nin.” Aku membuka mata setelah Nanda mengguncang badanku pelan.“30 menitan lagi kita nyampe. Kamu mau nyegerin wajah dulu gak? Nanti kita berhenti di minimarket terdekat ya.” Aku menggumam iya dan melihat Nanda berbalik ke depan, mengatakan kalimat yang sama kepada Fatih yang memegang kemudi.Mata kami bertabrakan di kaca spion, sebelum aku akhirnya melihat ia menurunkan pandangan dan diam kembali melanjutkan perjalanan.Kami setuju untuk datang ke Surabaya. Tempat dimana Tante Diatri tinggal. Menyelesaikan apa yang harus diselesaikan tampaknya hanya menjadi pilihan yang aku punya saat ini. Selebihnya, aku kembalikan lagi ke waktu dan nasib.30 menit berjalan dan aku kini melihat satu bangunan yang menjadi akhir dari destinasi ini.Terasa asing karena layout rumahnya persis dengan rumah mereka sebelumnya hingga membuatku agak sesak.Didepan pintu berdiri Tante Diatri. Tersenyum beg

  • Back To Home   Bab 2. What is Life?

    BAB 2What is Life?“Nanda dan Fatih tadi kesini Nin. Mereka boleh mampir sore ini?”Aku mengangguk mendengar pertanyaan Mas Andy.Ah, dua dari sebagian orang yang ingin kembali, lagi.Diujung meja makan, kini dihiasi oleh keberadaan sosok yang sebelumnya tidak ada. Diam, menunggu dengan pasti untuk melihatku bereaksi.Haha“Bapak ada perlu membicarakan sesuatu. Apa kamu bisa menunggu disini sebentar Nin?”Suara yang kubenci selama 10 tahun mulai bergema, aku hanya bisa membalas menatap wajahnya yang sudah dimakan usia itu.Ah, kembali kuingat ini sudah 10 tahun.Semua orang pasti akan berubah seiring berjalannya waktu. Demikian pula dengan orang itu.Aku hanya diam sambil menunggu satu persatu orang meninggalkan meja dan hanya menyisakan aku dan orang itu.Dia menempatkan satu bungkusan kecil diatas meja beserta 1 surat yang bisa kulihat sudah lama sekali diremas oleh pemiliknya.

  • Back To Home   Bab 1. What took you so long to comeback home?

    “Kamu yakin Nin mau resign?”Pertanyaan Mbak Riska baru saja kudengar, dan lagi, dengan kesadaran penuh aku menganggukan kepalaku dalam.“Yakin Mbak. Aku juga udah submit resign letter ke Pak Ray kemarin.”Mbak Riska Cuma menatapku lembut. Wanita berusia 37 tahun ini menjadi salah satu karyawan yang paling dekat denganku selama aku bekerja di perusahaan ini.“Kalau nanti dimasa depan, kamu butuh apa-apa, tolong hubungi aku ya Nin.”Aku hanya membalas untuk menggenggam tangan Mbak Riska pelan. Berusaha memastikan bahwa jalan yang sekarang aku pilih ini, menjadi jalan yang sudah jelas dan akan kupastikan lancar hingga penghujung jalan.Menjelaskan kenapa aku berani senekat ini untuk melepas hal-hal di usia hampir 30-an memang tidak mudah. Aku hanya memberi gambaran singkat mengapa aku harus, dan mau gak mau untuk pulang ke tempat yang dulu hingga sekarang, tidak berani aku jamah kembali.Untungnya, keputusanku un

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status