Share

Bab 7 - Kontak Fisik

"Kenapa sih pakai beneran cium!" Karina marah besar saat mereka benar-benar berdua saja di dalam mobil. Setidaknya ini tempat paling aman untuk membicarakan hal ini.

"Biar maksimal dan lebih meyakinkan." Ucap Bryan yang sibuk memasang sabuk pengaman dan mulai mengendarai mobilnya.

“Kita itu mau photo prewedding, bukan mau shooting Twenty Shades of Gray. Cukup pura-pura ciuman aja!” Karina kesal mengingat bibirnya dijamah seenaknya oleh pria disampingnya ini. Namun pria itu tidak ada respon, tidak minta maaf maupun tidak memberi pejelasan. Seperti sedang lepas tanggung jawab.

"Meyakinkan? Meyakinkan kalau mas niat nikah beneran sama aku? Kalau mas bukan perusak rumah tangga Helena?" Karina masih tidak puas, dia masih mengomel karena Bryan hanya diam saja tidak memberikan respon apapun.

"Gak usah bahas itu. Gimanapun saya gak mau nama baik yang sudah saya bangun rusak hanya karena gosip tidak jelas." Akhirnya Bryan buka suara.

"Yang jelas aku gak suka kita ada kontak fisik. Bagi mas mungkin berakting kiss scene adalah hal biasa. Tapi buat aku itu bukan hal biasa."

"Kalau lihat kamu segininya marah, dan cara kamu mencium saya sepertinya kamu gak pernah ciuman?" Tanya Bryan tiba-tiba. Sebenarnya Bryan sudah mencurigai kalau Karina tidak pernah berciuman. Jelas-jelas saat beberapa kali Bryan berciuman dengan gadis disampingnya terbukti dia tidak terbiasa melakukan itu, tidak ahli. Namun hal itu malah membuat Bryan semakin penasaran dengan Karina, dia ingin lagi dan lagi.

"Itu gak penting, yang jelas aku gak mau ada kontak fisik diantara kita, terutama cium-cium bibir.” Karina berusaha mengalihkan pembicaraan tentang ciuman pertama.

“Kamu dulu punya tunangan tapi gak pernah ciuman dengannya selama ini?” Dugaan Bryan benar. Jelas-jelas tunangannya itu berusaha menghindar pertanyaan itu.

“Kalau mas gak mau aku bahas tentang Helena, aku minta mas Bryan jangan bahas ciuman aku dengan Dion. Karena beberapa orang menyalahkanku kalau itu adalah penyebab Dion selingkuh. Karena aku gak mau ciuman sama dia, karena aku tidak mau tidur dengan dia. Dia menjagaku dengan baik agar tidak menyentuhku, tapi ternyata malah melampiaskan nafsunya ke perempuan lain.” Karina yang tadi menggebu-gebu untuk ngomel ke Bryan sudah hilang, nadanya kini lebih seperti orang nelangsa.

"Itu bukan salah kamu, semua orang berhak memegang prinsip yang dia yakini."

Kini Karina tidak menjawab, dia lebih memilih memandang ke luar jendela. Sebenarnya rasa cinta pada Dion sudah dia kubur dalam-dalam. Karina benar-benar tidak mau memberi ruang lagi pada mantan tunangannya itu. Namun perasaan kecewa, sakit dibohongi, dicurangi dan dikhianati masih membekas dan belum hilang. Sebenarnya kalau tidak ada drama yang diciptakan Bryan, Karina masih malas membuat hubungan dengan laki-laki manapun. Lagi pula hubungannya dengan Bryan juga tidak bisa dibilang hubungan romantis kan?

***

Hari-hari menuju pernikahan semakin dekat, itu membuat Karina sebagai penulis lepas harus segera menulis lebih banyak dari pada biasanya. Mengingat beberapa hari lalu hari-harinya sibuk untuk persiapan pernikahan. Kalau cerita yang dia tulis tertunda bisa-bisa para pembaca bosan menunggu dan meninggalkan cerbung yang Karina tulis. Kali ini Karina memilih sebuah kafe yang tenang di daerah Kaliurang. Udara sejuk dan sepi begini setidaknya membuat inspirasi lebih cepat mengalir. Sudah beberapa jam Karina di kafe ini. Akhirnya dia memutuskan untuk menyudahi menulis dan menutup laptopnya. Kemudian dia menyeruput minumannya dan berdiam diri sejenak di kafe ini.

“Karina?” Sapa laki-laki yang baru datang. Karina tidak langsung mengenalinya karena dia memakai masker.

“Siapa?” Karina bertanya-tanya.

“Ini aku!” Pria itu otomatis membuka maskernya. Juno, teman Karina di club tennis saat di Kampus. Kini Juno menjadi aktor pendatang baru yang sedang naik daun. Selesai main satu film, tidak lama dia muncul di film lainnya. Mungkin mirip dengan Bryan saat seumur Karina dan Juno. Hanya saja Bryan tipe yang pilih-pilih dalam main film. Dia cukup selektif dalam memilih peran.

“Juno? Kebetulan banget bisa ketemu kamu disini. Apa kabar?” Wajah Karina yang tadinya lesu dan lelah Kembali cerah. Bagaimanapun bertemu teman lama adalah hal yang menyenangkan buatnya.

“Baik. Kamu juga apa kabar?” Tanya balik Juno yang kini mengambil posisi duduk di hadapan Karina.

“Aku baik juga. Kamu ada acara apa di Jogja?” Tanya Karina antusias.

“Aku baru selesai shooting mini series disini. Jadi aku sudah sekitar dua minggu di Jogja.”

“Kenapa gak bilang? Bukannya kemarin-kemarin pas telepon bilang mau meet up?”

“Karena aku gak mau ganggu kamu. Karena ku fikir kamu bakalan sibuk.”

“Sibuk?”

“Iya,. Sibuk menyiapkan pernikahan.” Jawab Juno. Pasti Juno tahu Karina sedang sibuk menyiapkan pernikahan dari foto-foto yang beredar di internet.

Meskipun Bryan maupun Karina bukan tipikal yang suka upload foto di sosmed, pasti pihak mas Jo sebagai sponsor photographer pernikahan ini beberapa kali mengupload foto mereka sebagai portfolionya. Tentu saja platform berita gossip juga mengangkat berita tentang prewedding photoshoot mereka ini.

 Sebagai teman lama yang bertemu Kembali tentu saja Karina dan Juno mengobrol Panjang lebar masa-masa zaman kuliah mereka, terutama di club tennis. Seperti nostalgia hal-hal lucu yang terjadi di antara mereka dan teman-teman club tenis lainnya.

“Na, itu di wajah kamu ada cream coklat.” Ucap Juno saat Karina sedang asik mengunyah potongan cake yang dia pesan.

Dengan sigap Karina mengambil tissue yang ada di meja, dan langsung mengusap wajahnya.

“Bukan, bukan disitu!” Karena tidak tahan melihat Karina yang tidak beres membersihkan noda coklat di wajahnya, akhirnya Juno berinisiatif mengambil tissue dan membantu Karina.

Namun ternyata di luar kafe ada Bryan yang masih di dalam mobil semenjak tadi memperhatikan Karina yang asik mengobrol dengan Juno. Mobilnya yang terparkir tepat di depan kafe yang memiliki jendela kaca yang cukup lebar ini membuat Bryan lebih mudah untuk melihat jelas Karina tertawa lepas bersama Juno. Dia cukup kesal kenapa Karina bisa tertawa lepas dengan Juno. Sedangkan dengannya hanya mengomel, atau memasang muka kesal. Tadinya Bryan ingin membiarkan Karina mengobrol dulu dengan Juno, tapi lama-lama kesal. Apalagi melihat kejadian barusan, dimana Juno pegang-pegang wajah Karina. Akhirnya Bryan tidak tahan. Dia segera turun dari mobil dan menyusul Karina.

“Ayo pulang.” Ajak Bryan yang tiba-tiba muncul diantara Juno dan Karina sang sedang asik mengobrol.

* * *

“Tau dari mana kalau aku lagi di kafe tadi?” Tanya Karina membuka suara saat di tengah perjalanan.

“Tadi mama kamu yang suruh saya jemput kamu. Katanya udah lama banget keluar tapi gak ada kabar.” Jawab Bryan.

“Oh…”

“Besok-besok kalau lagi keluar lebih hati-hati lagi. Apalagi tadi kamu lagi sama Juno kan? Juno Felman, aktor muda yang lagi naik daun. Semua pasti memburu berita tentang dia. Ditambah kamu juga sudah kadung terkenal sebagai tunangan saya.” Ucap Bryan.

Menurut Karina Bryan adalah tipe lelaki berwajah dingin, kecuali saat akting. Dan tipikal yang sedikit bicara kecuali sedang moment di saat Karina melakukan hal yang tak sesuai harapan Bryan.

“Sebenarnya kami teman di zaman kuliah dulu. Aku sama Juno lama gak ketemu. Makanya seru aja gitu ngobrol bareng.” Jawab Karina.

“Lebih hati-hati aja. Zaman dulu yang bisa jadi paparazzi Cuma wartawan dan jurnalis. Zaman sekarang semua orang bisa jadi paparzi asal ada kamera di ponselnya. Tinggal foto, dikirim ke akun sosmed lambe. Otomatis se-Indonesia pada tahu. Pokoknya mulai sekarang, terutama setelah menikah jangan sembarangan berduaan dengan laki-laki lain seperti tadi.” Jawaban Bryan ini membuat Karina bosan. Karena lagi-lagi Bryan hanya khawatir masalah nama baik dia.

“Biar adil. Kalau mas minta agar aku tidak menemui laki-laki berduaan saja seperti aku sama Juno barusan, apa aku juga boleh buat permintaan?”

“Apa?”

“Jangan ada kontak fisik diantara kita. Itu buat aku gak nyaman.“ Jawab Karina.

“Suami istri tidak ada kontak fisik? Apa kata orang-orang yang lihat nanti?” Protes Bryan

 “Kalau hanya ingin tampak mesra di depan publikmaupun keluarga cukup dengan bergandengan tangan, merangkul. Tidak boleh ciuman lagi. Saya jamin kalau mas gak melanggar aturan ini, pernikahan ini akan baik-baik saja di mata publik, teman bisnis keluarga, apalagi keluarga besar kita sendiri. Aku males ngomel-ngeomel ke mas Bryan lagi kalau ada insiden mas cium-cium aku di publik gitu.”

“Oke. Demi keberlanjutan pernikahan ini.” Jawab Bryan setuju meskipun dalam hatinya keberatan

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status