Share

Bad Guy : Aku ingin menjadi baik untukmu
Bad Guy : Aku ingin menjadi baik untukmu
Penulis: Princesswaltz

Hidup yang Tak Diinginkan

Pernahkah kamu merasa sangat ingin mati ? kalau aku…ya. Bahkan saat ini, meskipun aku sedang terduduk di bangku taman yang berada di keramaian tengah kota sekalipun, keinginan untuk mati itu selalu menghantui. Aku bahkan memikirkan cara-cara untuk mengakhiri hidup paling cepat. Meminum racun, menabrakan diri ke truk, atau melompat ke rel kereta saat kereta melewat, melombat ke laut dan tenggelam, atau…menggantung diriku sendiri saat tidak ada seorang pun di rumah ? Hah…kenapa hidup rasanya begitu sulit ? menunetukan jenis kematian pun sesulit ini.

“Puk” 

Aku merasakan seseorang menepuk pundakku dari belakang, namun saat ku menoleh, tidak ada siapapun disana. Hanya sekelebat bayangan hitam yang terasa sedang mengintip di tengah-tengah keramaian orang yang sibuk berlalu lalang.

“Aneh” batinku dalam hati “Apa itu halusinasi akibat dari terlalu sering melamun?” lanjut pikiranku. Hah. Bahkan pikiranku pun terus melakukan hal yang tidak kusukai. Aku benci isi pikiranku yang tidak pernah sunyi. Semua hal yang datang dan terjadi dalam kehidupanku, setiap ucapan dan tindakan yang dilakukan orang selalu berhasil mengganggu isi kepalaku, membuatnya terus bersuara.Hah…menyebalkan!

“Hei, Choi Jungyeon !”

Secara otomatis kepalaku menengok saat namaku terpanggil. Jungyeon Choi, adalah nama yang diberikan oleh almarhumah ibuku dan membawakan kesialan dalam kehidupanku selama kurun waktu 18 tahun ini. Bagaimana tidak ? Aku adalah seorang perempuan, namun ibuku malah memberikan nama Jungyeon yang biasa dipakai oleh anak laki-laki. Obsesi ibu terhadap anak laki-laki adalah kesialan pertama dalam hidupku, Atau ah. Tidak. Kesialan pertamaku adalah lahir di keluarga pasangan Choi Suguk dan Suyeon Lee. Dan kesialanku yang kedua adalah mengenal anak laki-laki bernama Hyunwoo yang sekarang sedang berjalan ke arahku sambil tersenyum ngeri. Ia mengambil puntung rokok yang tergigit di mulutnya, lalu mengarahkan ujung puntung rokok yang menyala itu kearah wajahku, bara apinya terasa akan menyentuh kulit, namun aku tahu bahwa dia tidak akan sampai membiarkan bara api dari ujung puntung rokoknya itu menyentuh kulit wajahku. Aku sudah lama berurusan dengan laki-laki itu dan aku tahu bahwa yang dia lakukan hanya untuk menakut-nakutiku.

“Wah lihat ini…wanita perkasa kita. Oh tunggu…apakah kau ini sungguhan wanita ? atau laki-laki ? bagaimana kalau kita memeriksa tubuhmu untuk mengetahui jawabannya ?” Perkataan Hyunwoo bergeming di kepalaku, suaranya begitu jelas dan menusuk. Cara dia mengatakan hal mengerikan itu, caranya menatapku dan tertawa bersama kawanannya, benar-benar terlihat seperti bajingan . Tangan Hyunwoo menyentuh rambutku, lalu bergerak ke bawah menyentuh rahang wajahku, leher dan kerah seragam sekolah yang aku kenakan.

“Bukankah kau harus melakukan sesuatu untukku sebelum kau pulang ke rumahmu yang kumuh itu?” ucah Hyunwoo sambil menyeringai.  

Hyunwoo mengedipkan sebelah matanya ke arahku dan kembali menghisap rokok melalui bibirnya yang sudah menghitam. Sedetik kemudian, kawanan Hyunwoo sudah menyergapku, mereka memegang tanganku dengan keras, sebuah upaya agar aku tidak bisa kabur dari mereka. Namun sayangnya, aku tidak memerlukan penyergapan seperti itu. Aku sudah terbiasa dengan situasi seperti ini, aku sudah tidak akan menolak lagi, bagiku… mau hidupku baik-baik saja ataupun tidak, semuanya sudah tidak berarti lagi, karena hidupku sudah hancur semenjak aku mengenal laki-laki brengsek bernama Hyunwoo yang merupakan anak dari bos ayahku. 

*****

Hyunwoo mengecup bibirku, tangannya bergerak membelai rambutku. 

“Jangan coba-coba kabur dariku kalau kau tidak ingin karir ayahmu berakhir begitu saja” bisik Hyunwoo dengan tegas. Ah, sudah berulang kali laki-laki brengsek itu mengatakan kalimat yang sama, kalimat yang selalu ia katakan setiap kali kami selesai berhubungan intim. Seolah ia tidak ingin kehilanganku, tapi kenapa mesti aku ? dengan statusnya sebagai anak ceo dari perusahaan ternama dan tampang yang cukup rupawan seharusnya ia bisa membeli wanita mana saja untuk diajaknya bersetubuh.

“Kenapa kau tidak menjawab iya ?” Tanya Hyunwoo. Matanya yang bernama biru menatapku dengan penuh amarah, ia memperkuat pelukannya padaku dan meligkarkan kakinya di pinggangku.

“Meskipun aku tidak menjawab, kau sendiri tahu akan jawabanku” balasku dengan datar.

Mataku hanya menatap langit-langit dari ruangan tidur megah yang menjadi tempat keberadaanku sekarang. Meskipun aku sudah sering kali dibawa Hyunwoo ke kamar di rumahnya yang megah, namun kamar dan rumah miliknya selalu saja membuatku takjub, barang-barang disana terlihat berkilau, berisikan keramik porselen karya seniman ternama dan beberapa barang lainnya berlapiskan emas dan berlian, semua barang di tata dengan rapih, nuansa putih dan emas terasa sangat kental di rungan kamar Hyunwoo, menunjukan betapa berkelasnya keluarga itu, namun mengapa anak laki-laki dari keluarga Park tersebut malah terlihat tidak berkelas sama sekali ? malah lebih terlihat seperti preman jalanan dengan dandanan compang camping dan selalu berbuat keributan dimanapun, satu-satunya hal baik yang ada di dalam diri Hyunwoo hanyalah wajah tampan dan kekayaan milik orang tuanya.

“Cup” lagi-lagi Hyunwoo mengecup bibirku lalu menyeringai. Ia berdiri dari tempat tidur, mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai lalu mengenakannya dengan santai.

“Aku akan meminta ayahku untuk menaikan jabatan ayahmu di perusahaan. Dengan begitu ayahmu akan lebih sibuk dan akan jarang pulang ke rumah, kau pun jadi bisa memiliki waktu lebih lama menemaniku, bukankah itu bagus ?” ucap Hyunwoo sambil mengancingkan lengan seragam sekolahnya.

Dasar brengsek ! Ia bahkan tidak menanyakan pendapatku perihal hal itu ! menemaninya lebih lama ? hah ! tentu saja itu semua tidak akan terjadi jika aku bisa mati hari ini, seusai aku pergi dari rumahnya aku harus segera mengakhiri hidupku dengan cara apapun ! aku benar-benar sudah muak hidup menjadi pemuas nafsu laki-laki brengsek sepertinya, terlebih lagi di usia ku yang masih 18 tahun, tentu saja tidak akan ada lagi kehidupan yang lebih baik bagiku di masa yang akan datang. Kehidupan sama sekali tidak berarti lagi untukku.

*****

Rumahku adalah rumah berpetak yang ukurannya kecill, bahkan bila dibandingkan dengan rumah kamar tidur di rumah milik Hyunwoo, rumahku hanyalah satu per tiga dari luas kamarnya. Letak rumah yang berada di dalam gang sempit, tidak memungkinkannya untuk dimasuki atau menjadi tempat parkir mobil. Jangankan mobil, menjadi jalur para penumpang motor pun sangat sulit, karena di gang menuju rumahku selalu terdapat anak-anak yang berlarian, menjadi tempat merumpi para ibu-ibu, sebuah jalanan yang multifungsi bagi para penduduk sekitarnya. Terakhir kali Hyunwoo mendatangi rumahku pada tiga bulan lalu benar-benar berhasil membuat emosinya meledak, dan ledakan emosi tersebut ia lampiaskan padaku dengan cara mengajakku melakukan hubungan intim lima kali sehari di keesokan harinya seusai ia kembali dari rumahku dan memulangkanku di jam dua dini hari, membuat ayahku marah-marah dengan cara memukulku dan mengataiku anak kurang ajar, dan tentu saja ayah tidak marah-marah saat Hyunwoo yang merupakan anak bos ayahku sedang bersamaku. Sejak saat itu aku aku tidak pernah diantar lagi olehnya maupun teman-temannya. Namun ia selalu memesankan taxi untuk mengantarku sampai gang di komplekku yang masih bisa dilalui oleh mobil. Begitupun dengan hari ini, saat aku keluar dari rumahnya, sebuah mobil biru lengkap dengan supirnya sudah siap sedia mengantarku pulang.

“Pulang dengan selamat, lalu kabari aku. Oke, Choi Jungyeon ?” ucap Hyunwoo sambil menyeringai. Entah apa maksud dari seringaiannya itu, namun aku selalu berhasil di buat tidak nyaman olehnya. 

Aku memalingkan wajah darinya tanpa membalas perkataan Hyunwoo sedikitpun, dan aku yakin bahwa sikapku itu membuat laki-laki tersebut kesal bukan main. Pintu mobil yang awalnya sudah ia bukakan malah ia tutup kembali dengan bantingan keras. 

“Buagh”

Hyunwoo mendorong tubuhku hingga membentur body mobil, lalu menekan leherku dengan kuat hingga rasanya sulit untuk bernafas.

“Tidak bisakah kau menjawab perkataanku dengan mulutmu itu , hah ?!” Tanya Hyunwoo dengan kesal.

Aku menutup mataku dan tidak melakukan pemberontakan apapun untuk lepas dari perlakuan kasar Hyunwoo, malah aku sangat mengharapkan sesuatu seperti ini terjadi sejak lama. Bukankah bagus jika aku bisa mengakhiri hidup di tangan laki-laki itu ? jadi aku tidak perlu merasa berdosa karena melakukan tindakan bunuh diri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status