Share

/ti•ga/

"Kenapa sih lo? Dari pagi nggak bisa diem. Cacingan lo ye."

Ashlesha mendelik. "Sewot aja lo."

"Btw, tadi si guru tampan tapi sialan itu, ngomong apaan aja ke lo?" tanya Airin benar kepo karena selain tertarik dengan tokoh utamanya, yaitu Tuan Virgo yang terhormat, ia juga penasaran kenapa Ashlesha yang menjadi pilihan. Padahal di daftar nama kelas sudah terpampang jelas tiap siswa dengan jabatannya di kelas. Dan Ashlesha bukan salah satu di antaranya.

Sedangkan Airin dipenuhi keingintahuan, Ashlesha malah ingin merutuki sahabatnya yang tidak bisa diajak kerja sama ini. Sudah susah-susah dirinya mencoba melupakan pesan Virgo untuk menemuinya, kini malah Airin yang dengan sengaja memancing ingatannya.

"Ish ... kepo banget sih. Tau ah, nunggu angkot sendiri lo."

"Lah? Apaan sih, Sha? Lo kesambet setan mana coba?"

Airin memanggil-manggil Ashlesha agar menemaninya menunggu angkot. Setidaknya ia butuh teman agar tak mati kebosanan. Namun harapannya agar Ashlesha berbalik, langsung berubah menjadi umpatan kekesalan karena Ashlesha sudah menghilang di balik gerbang sekolah.

Gadis itu sendiri ingin ikut mengumpat untuk dirinya. Bisa-bisanya ia kembali ke sekolah dan meninggalkan Airin hanya untuk memastikan bahwa cowok itu tak benar menunggunya.

Dan saat membuka pintu ruangan itu, Ashlesha baru menyadari betapa tinggi tingkat kebodohannya. Susah payah ia kembali ke sekolah hanya untuk mendapati ruangan kosong.

Ia tidak lagi ingin berharap, dan berbalik keluar sekolah. Sekadar berharap Airin masih di sana pun tak ia izinkan. Karena sebenarnya bukan orang-orang itu yang jahat. Ia saja yang terlalu berharap.

Ashlesha hanya menatap datar kerikil di aspal. Padahal niatnya menunggu angkot. Jika seperti ini mana mungkin angkot yang lewat bisa diberhentikannya. Perhatiannya spontan teralih ketika suara payung terbuka mengejutkannya.

Ia mengernyit saat melihat sosok cowok asing, yang memayunginya walaupun keadaan tidak cukup panas atau bahkan hujan.

"Muka lo mendung banget, gw takut ujan." celetuknya lalu tertawa sendiri. Sedangkan Ashlesha tanpa sadar mengambil jarak untuk menjauh dari cowok receh itu.

Cowok yang mengenakan seragam dengan badge nama Revaldo Julian itu akhirnya kembali menutup payungnya.

Seperti menyadari arah pandang gadis di hadapannya, cowok itu mengangkat tangan kanannya yang bebas.

"Kenalan dulu dong. Gw Revaldo Julian, ketua kelas sebelas IPS 2 yang tingkat kegantengannya menyalip Zayn Malik. Sayangnya pas nyalip, gw lupa nggak pake helm, trus ngga sengaja kegelincir, eh kelindes truk sampah. Jadinya begini." jelasnya panjang penuh percaya diri? Tapi dia bisa dibilang merendah diri juga. Entahlah semerdekanya.

"Trus?"

Revaldo berdecak mendengar tanggapan tidak nyambung dari gadis di hadapannya. "Lo kenalin diri juga lah."

"Eh— atau nggak usah panjang lebar kayak gw. Lo tinggal sebut nama, gw yakin gw tau lo siapa. Gw kan cenayang handal." lanjutnya lagi.

Tanpa sadar, Ashlesha mulai tertarik untuk menantang ucapan adik kelas recehnya itu. "Gw Airin, kelas dua belas—"

"Ah, boong! Gw mah kenal sama si mulut mercon itu. Anjir emang, tuh cewek bacot banget. Galak lagi."

Ashlesha terkekeh mendengar penuturan spontan Revaldo. Sepertinya sikap bacot sahabatnya itu sudah dikenal seluruh penjuru sekolah. Untung saja ia tak kena imbasnya.

"Gw Ashlesha."

"Owh ... " ujar panjang cowok itu sambil berpura-pura berpikir keras. "Jadi lo Ashlesha ..."

"Ah gw tau! Lo petinggi Forum Kesenian Pelajar kan? Eh— bukan. Lo sekretaris ekskul teater. Bener kan?" Ashlesha mengangguk. "Ah nolep banget lo mah, ekskulnya satu doang."

"Tnggu ... Berarti lo temennya Airin dong? Mampus gw!" Revaldo spontan memukul dahinya menyadari kecerobohannya untuk gibah dimana saja.

"Jangan lapor ke Airin, Sha. Please ... gw nggak mau dengerin bacotannya, suer."

Revaldo benar-benar mendalami peran memohonnya hingga hampir berlutut di depan Ashlesha. Membuat gadis itu spontan menarik cowok itu kembali berdiri.

"Gila ih lo!" omelnya ditanggapi kekehan.

"Gw dapet apa untuk nutup mulut?" tantang Ashlesha lagi.

Cowok itu nampak berpikir sejenak. " Gw anggep hutang lo lunas."

"Enak aja! Kapan gw ngutang sama lo?"

"Tadi pagi, pas istirahat. Gw nawarin untuk bantu bawain buku lo. Berarti lo utang makasih sama gw."

Setelah sekian lama mengobrol dengan cenayang receh ini, baru sekarang Ashlesha benar mengingat dimana mereka pertama bertemu.

"Kan lo nggak nolongin gw. Dimana hutangnya?"

"Kan gw udah nawarin. Dimana-mana kalau nawarin, ditolak atau diterimanya sambil ngomong makasih. Boleh deh, makasih. Atau nggak usah, makasih. Lo mah apa tadi. Minggir! Gitu." Revaldo mengikuti bagaimana Ashlesha membentaknya tadi. Memancing tawa dari bibir keduanya.

"Nggak pernah ditembak cowok lo ya? Nolak sama nerima aja nggak bisa." sambung Revaldo lagi, yang merupakan keputusan kurang tepat. Raut wajah Ashlesha langsung berubah saat si adik kelas receh dengan sengaja mengungkit bagian itu. Dan Revaldo cukup peka untuk memahami perubahan ekspresi gadis ini.

Ashlesha saja yang kurang peka. Kurang peka bahwa sejak awal Revaldo sengaja menghiburnya, kurang peka bahwa Revaldo juga mencari latar belakangnya, dan kurang peka bahwa Revaldo ingin tau alasannya bergalau ria.

"Eh tadi nama lo siapa? Ashlesha ya? Ashlesha siapa?"

"Kepo."

"Ih tapi Ashlesha kepanjangan. Boleh gw panggil Asha aja nggak?" tanya Revaldo polos, berhasil menarik kepala yang tertunduk itu kembali terangkat.

"Enggak."

"Enggak."

Suara dari belakang Ashlesha membuat gadis itu berbalik. Sedangkan Revaldo hanya menengok sekilas dan sibuk menutupi kecurigaannya terhadap guru baru ini dengan memainkan payung.

Ya bagaimana tidak curiga, Asha cukup cantik untuk langsung menarik perhatian guru baru yang terlihat muda ini. Bisa saja kan guru itu tengah mendekati Asha.

Revaldo mendengus dalam hati. Kenapa bisa-bisanya memihak salah satu saat ia sama sekali belum mengenal keduanya.

Sedangkan Ashlesha, seperti menerima sepercik bahagia yang seharusnya tak ia rasa. Setidaknya kedatangan Virgo menyatakan bahwa laki-laki itu masih menunggunya.

"Kamu pulang dengan saya, Sha." ucap Virgo menyuratkan permohonan.

Ashlesha cukup mengerti alasan adik kelas recehnya itu terdiam. Pasti Revaldo sudah berpikir yang tidak-tidak.

Gadis itu mengarahkan pandangan pada Revaldo. Yang ditatap pun merasa sehingga membalas tatapan kakak kelasnya. Melihat Asha tak kunjung mengucapkan apa-apa, Revaldo malah berceletuk asal.

"Butuh payung?" tanyanya sambil menyodorkan payung yang masih setia dalam genggamannya.

"Enggak, makasih."

Keduanya terjebak dalam momen awkward, melupakan keberadaan Virgo yang dengan lancangnya main menaruh cemburu pada sosok cowok yang tengah dipandangi Asha-nya.

"Um ... aduh udah jam lima, masa sewa payungnya abis. Ntar gw disuruh bayar double sama ibu kantin. Ya udah, bye, Sha!"

Revaldo berbalik sambil melambaikan tangannya. Sesaat Ashlesha heran, dengan mudahnya cowok itu bersikap biasa saja setelah momen awkward melanda mereka.

"Nggak jawab gw anggep hutang!"

"Iya-iya. Bye!"

Terpaksa gadis itu membalas lambaian Revaldo sambil terkekeh kecil. Kini ia yang harus menjalani momen kaku dengan laki-laki yang tadi sempat ditunggu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status