Share

Bagaikan Menu Warteg
Bagaikan Menu Warteg
Author: Yuliswar

BAB 01

Bagaikan Menu Warteg

BAB 01

Namaku Tutik, umurku dua puluh lima tahun, aku menikah dengan seorang duda bernama Seno.

Aku adalah anak yatim piatu sejak kecil, aku dibesarkan oleh bibik Tumi dan paman Sardi.

Mereka adalah satu-satunya saudara almarhum Bapak. Sebenarnya ada saudara almarhumah Ibuku, tapi mereka tidak mau mengasuh ku, alasannya karena Ibuku dulu menikah dengan Bapak tanpa restu dari Almarhum Kakek dan Nenekku.

Bibik dan Paman sangat menyayangi ku layaknya seperti anak kandung.

Waktu itu ada sahabat paman datang kerumah.

Kata paman, mereka adalah orang yang dulu sering menolong paman, sehingga paman banyak berhutang budi dengan mereka.

"Nduk, tolong siapkan kamar untuk Pak Tejo dan Bu Ratih, mereka mau menginap disini."perintah Paman.

"Iya, Pak." Jawabku, Paman meminta ku untuk memanggilnya Bapak.

Aku langsung bergegas membersihkan kamar tamu, agar mereka bisa segera beristirahat.

Setelah selesai membersihkan kamar tamu, aku segera memberitahu Paman.

"Pak, kamar sudah bersih."ucapku.

"Oh, iya Nduk."jawab Paman.

Setelah memeberitahu Paman, aku segera kedapur untuk membantu Bibik memasak.

Ketika didapur aku bertanya kepada Bibik tentang mereka.

"Bik, Sahabat Paman itu dari kota ya?"tanyaku penasaran.

"Iya, Nduk."jawab Bibik.

"Bik, mereka apa bisa makan dengan menu seperti ini?" Tanyaku penasaran. Karena Bibik menyiapkan menu makanan ala kampung yang sederhana.

"Ya, bisa Nduk. Wong mereka dulu juga dari kampung."jawab Bibik sambil tersenyum kearah ku.

"Jadi Bapak dulu kenal mereka dimana Bik?"tanyaku.

"Dulu Bapak kerja ditoko milik keluarga Pak Tejo, Nduk."jawab.

Kami tak lagi banyak bicara, kami sibuk menyiangi dan memasak beberapa sayur dan lauk pauk.

Setelah berkutat di dapur sekitar satu jam akhirnya makanan sudah siap.

"Nduk, mandi sana, setelah itu kasih tahu Bapak kalau makanan sudah siap."perintah Bibik.

Aku langsung bergegas mandi, setelah mandi dan berganti baju, aku langsung memberitahu Paman jika makanan sudah siap dimeja makan.

Lalu Paman dan Bibik mengajak mereka untuk makan.

Kami makan siang bersama, mereka sangat lahap menyantap makanan yang kami sediakan.

Setelah selesai makan, Pak Tejo berucap.

"Wah... Makanannya sangat enak, terima kasih ya, Di, sudah menyambut kami dengan baik."ucapnya sambil tersenyum.

"Aduh jadi gak enak aku, Pak, wong makanan sederhana gini."jawab Paman merendah.

"Justru makanan begini yang nikmat."ucap Pak Tejo.

"Eh. Di, dari tadi kamu kok gak ngenalin kami sama anakmu yang cantik ini."imbuhnya.

"Ya Allah. Sampai lupa saya Pak, kenalin ini keponakan Saya yang sudah seperti anak Saya sendiri, namanya Tutik."jawab Paman.

Aku tersenyum kearah Pak Tejo dan Bu Ratih.

"Ayo Pak, kita ngobrol di teras rumah, sore-sore gini enak kalau nongkrong didepan rumah."ajak paman kepada mereka.

Setelah mereka beranjak dari meja makan, aku dan Bibik langsung membersihkan meja makan, aku langsung mencuci bekas makan tadi, sedangkan Bibik membuatkan kopi dan teh untuk mereka.

Setelah selesai membuat minuman, Bibik langsung bergabung bersama mereka. Sedangkan aku masih berkutat didapur.

Setelah selesai, aku langsung masuk kedalam kamar, karena tidak sopan jika aku ikut bergabung dengan mereka.

Ketika sedang asyik memainkan gawaiku, Bibik memanggil ku.

"Nduk, dipanggil Bapak."ucapnya.

"Iya, Bik." Jawabku, aku langsung bangkit dan langsung menemui Paman.

Ternyata mereka sudah ada diruang tamu.

Aku langsung duduk di sebelah Bibik.

"Maaf, Bapak manggil Tutik?" Tanyaku.

"Iya, Nduk, ada yang ingin Bapak tanyakan sama Kamu."jawab Bapak.

Sebenarnya aku bingung dengan jawaban Paman.

"Memang Bapak, mau tanya Tutik apa?"tanyaku penasaran.

"Gini, Nduk, Pak Tejo dan Bu Ratih ini datang kesini ingin meminta mu menjadi menantu mereka."ucap Paman sangat hati-hati.

Aku sangat terkejut mendengar apa yang Paman ucapkan.

"Ma-maksudnya?"tanyaku bingung.

"Gini, Nduk, mereka ini punya seorang anak laki-laki bernama Seno, dia adalah anak satu-satunya Pak Tejo, dan kedatangan mereka kekampung kita itu untuk mencari calon istri untuk anaknya, dan ketika mereka melihat mu tadi, mereka langsung tertarik dengan mu dan ingin meminang mu menjadi istri untuk anaknya. Jadi, sebelum Bapak memberi jawaban, Bapak ingin bertanya dulu kepada Tutik, apakah menerima pinangan Pak Tejo atau tidak, semua keputusan ada ditangan mu, Bapak tidak akan marah apapun jawaban Tutik."ucap paman panjang lebar, menjelaskan semuanya kepada ku.

Aku sangat terkejut mendengar penjelasan Paman. Aku bingung harus memberi jawaban apa?.

Disatu sisi aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak aku kenal, tapi disisi lain aku tidak ingin membuat Paman dan Bibik kecewa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status