Share

Bab 6 Berbagai Tatapan

Menyisipkan rambutnya ke belakang daun telinganya. Helena tersenyum menyapa mereka, dengan caranya seakan malu-malu di depan mereka semua.

Semua orang tampak tercengang melihat kedatangannya, tak ayal mereka seperti itu bila selama ini saja Helena mereka ketahui lagi dirawat di rumah sakit jiwa karena kesehatan mentalnya terganggu dan ada rumor beredar juga bila Helena memiliki penyakitit bipolar yang sukar mengendalikan emosinya jika wanita muda itu sudah marah.

“Helena ... putriku?” Malvin mengerjapkan kedua matanya dan menggosok matanya dengan kedua tangannya hampir tak percaya putrinya satu-satunya, Helena, akan muncul di acara dinner yang dibuatnya. Selain itu, kapan putrinya sudah sembuh? Mengapa ia tidak mengetahuinya?

Alex yang berada dekat duduknya dengan sang Ayah, memberikan bisikan pada pria setengah baya itu, “Itu Helena, Ayah. Aku sengaja tidak memberitahukannya ke Ayah tadi jika adikku sudah pulang karena aku melihat betapa sibuknya Ayah sejak tadi.”

Tak membalas, Malvin memutuskan untuk beranjak dari duduknya, berjalan dengan langkah gontai menghampiri putri bungsu kesayangannya. “Helena putriku.” Ia memberikan pelukan hangat padanya, pelukan yang memiliki arti terdalam bahwa betapa rindunya ia pada sosok belahan jiwanya ini, di depan semua orang yang tengah hadir dalam acara dinnernya. Tak peduli diperhatikan seperti itu, rasa rindunya terhadap Helena membuatnya mengabaikan semuanya.

Helena tentu tertegun dengan apa yang dilakukan Malvin secara tiba-tiba memeluknya begini. Dipeluk temannya sendiri seerat ini, biasanya hanya pelukan singkat saja, rasanya membuatnya begitu canggung. Walaupun kini ia bukan sosok Helena yang dikenali Malvin sebagai temannya, melainkan menjadi Helena yang jiwanya bersarang di tubuh putrinya. Siapa yang akan mengetahui itu? Sekalipun terdapat perubahan dalam dirinya, mereka pasti akan mewajarkannya. Tak akan ada siapapun yang mencurigainya sebagai Helena Jones, sang Mafia yang terkenal berbahaya yang hanya segelintir orang saja yang mengenalnya dan Malvin Daswon termasuk list teman terdekatnya.

“Ekhem, A-ayah … ”Helena berusaha memanggilnya. Tangannya terangkat, sebenarnya ingin menyingkirkan Malvin yang memeluknya cukup lama.

Bukannya menyingkir Malvin malah menanyainya lirih, “Kenapa tidak bilang dengan Ayah kamu sudah sehat, sayang?”

Awalnya Helena ingin membalasnya lembut. Tetapi ia mengingat bagaimana Malvi. yang membiarkan putrinya dirawat di tempat buruk itu atas saran kedua istrinya yang diketahui Helena, mereka membencinya begitu dalam karena mereka berdua takut kalah saing dengannya, mau bagaimana pun juga, mereka berdua ibu tiri Helena.

Helena menarik miring bibirnya seraya berkata, “Untuk apa? Bukankah Ayah lebih senang aku di sana.”

“He-helena … ” Marvel terperangah dengan kata-kata Helena. Ia lantas melepaskan pelukannya dari putrinya itu, menatapnya sungguh lekat sambil beralih memegang kedua lengan Helena. “Kenapa kamu berpikir seperti itu? Ayah … ” tanyanya pelan.

“Tidak perlu menjelaskannya,” tukas Helena. “Aku sudah mengetahui alasannya. Karena hari ini hari kepulanganku. Tolong, jangan rusak suasana hatiku. Tidak inginkan aku pergi dari sini?”

Helena berani mengatakan itu karena menurut ingatan yang muncul di kepalanya, Malvin begitu menyayangi Helena dan tak mungkin marah mendengarnya. Malah, itu perkataan yang menyayat hatinya. Malvin menjadi menurunkan tangannya yang memegang kedua lengan tangan Helena, lemas putrinya yang berhati lembut dan tak pernah sekalipun menunjukkan kebencian padanya akan kecewa besar padanya karena keputusannya di waktu itu.

Helena melangkah ringan melewati Malvin yang diam mematung merenungi diri.

Ketika itu, ketiga kakak laki-laki Helena pada mendekatinya, termasuk salah satunya Alex.

“Aku memang sudah yakin di malam itu mimpiku tidak salah, adikku pasti akan kembali lagi,” ujar Vincent Dawson kakak termuda Helena yang jarak lahirnya dengan Helena hanya berbeda setahun saja. Dan dia itu sangat mempercayai mimpinya yang memang selalu nyata terjadi.

Michael kakak kedua Helena memberikan pukulan pelan di kepala Vincent dan memberikan teguran padanya, sembari tangan jahilnya mengacak rambut Vincent yang sudah klimis, “Jangan seperti itu, Helena tidak nyaman kamu membahas itu,”

“Aku sudah lelah di salon hanya untuk merapikan rambut ini, kau malah seenak jidat mengacak-acaknya … ”

Berusaha mengelak dari Vincent yang pasti akan panjang lebar mengomelinya, Michael putuskan mendekati Helena sambil tersenyum manis. “Bahagia rasanya melihatmu kembali adikku.”

“Hm.” Helena bingung meladeninya seperti apa. Tersenyum dan berdahem itulah satu-satunya solusinya.

“Apa kami membuatmu tidak nyaman?” Michael merasakan itu.

“Kentara ya?” celetuk Helena melebarkan senyumannya dengan sempurna sambil garuk-garuk pipinya, yang seketika membuat wajah Michael dan kedua kakak Helena lainnya, melihatnya wajah mereka langsung blushing.

“Hentikan! Jangan senyum selebar itu Helena,” ujar Michael memajukan tangannya, menunjukkan telapak tangannya, menyuruh Helena berhenti tersenyum, tentu saja membuat Helena menghilangkan senyuman itu, penuh tanda tanya menatap Michael, pria datar yang dilihat sepertinya nihil menunjukkan senyumannya dilihat dari bentuk wajah Michael dan matanya yang dingin tanpa harus diekspresikan lagi. “Jangan salah sangka, aku hanya tidak ingin ada orang lain yang tak berhubungan denganmu melihatmu tersenyum.”

Perkataannya jelas seolah-olah menyindir Evan yang sedari tadi tak menghindarkan tatapannya dari arah Helena, begitupun dengan Delina, tapi keduanya memiliki arti yang berbeda menatap Helena sampai tak saling menyadari satu sama lain saling menatap Helena.

“Kenapa?” Alis kanan Helena terangkat.

“Senyuman kamu itu mahal, tersenyumlah pada kami-kami saja, jangan orang lain,” sahut Alex yang mendekat juga dengan merangkul bahu Vincent yang kelihatan badmood.

“Mari duduk bersama kami.” Michael menjulurkan tangannya ke arah Helena kembali, mengajak Helena jalan bersamanya menuju ke meja makan, di tengah di antara mereka duduk, sehingga banyak yang pada berpindah posisi duduk karena satu kursi diberikan ke Helena.

Evan yang terus memperhatikan Helena berharap juga diperhatikanya, saat itu Michael yang menyadarinya, meliriknya tajam, hingga Evan menghindarinya pilih menatap ke lain arah.

Delina yang mendapatkan tatapan dingin dari ketiga kakaknya Helena, terpaksa tersenyum semanisnya, berusaha menutupi rasa bencinya dari Helena.

Sedangkan Malvin yang sudah kembali duduk kelihatan muram dilihat kedua istrinya. Mereka langsung paham apa yang terjadi, langsung membuat mereka sinis menatap Helena yang sudah mengambil duduk di dekat putra-putra mereka, dan bila putra mereka melihatnya, reaksi mereka diubah lebih ramah demi menutupi kebencian besar ini.

“Awas kamu Helena. Jangan kira kamu bisa tenang kembali ke sini lagi.” Brianna diam-diam mengepalkan tangan dan membatin dengan niat busuknya lagi. Wanita itu istri pertamanya Malvin dan sekaligus ibunya Alex.

Helena sadar bagaimana tatapan mereka semua atas kehadirannya di sini. Terkhususnya para pembencinya. Pasti sudah muncul ribuan cara agar ia bisa disingkirkan kembali. Meski mengetahui hal itu, Helena masih bersikap tenang seperti biasa menjadi dirinya sendiri.

Helena tersenyum pada mereka bergantian dan tanpa sepengetahuan tengah memikirkan, “Aku akan menantikan kalian menunjukkan taring di depanku, dan bersiap-siaplah dengan apa yang akan kulakukan selanjutnya kepada kalian. Sekarang aku, Helena Jones yang akan kalian hadapi.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
aduh aku suka banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status