Share

Bab 2

Author: Violet
Aku berbalik dan menatap mata Elias yang penuh menyelidik, lalu menyimpan ponselku dengan tenang.

"Seorang keponakan jauh. Dia lagi dipermainkan laki-laki yang nggak setia."

Elias menatap wajahku lekat-lekat. Setelah memastikan aku tidak menunjukkan kejanggalan, barulah dia dengan tenang merangkulku, dagunya bertumpu pada puncak kepalaku.

"Anna, tenang saja. Aku akan menjadi suami terbaik dan nggak akan pernah mengecewakanmu."

Aku bersandar pada dadanya yang kokoh, merasakan detak jantung yang akrab, tetapi terasa asing itu.

Kemudian, aku bertanya pelan, "Bagaimana kalau terjadi? Bagaimana kalau suatu hari kamu benar-benar mengecewakanku?"

Pelukan Elias mengencang seketika, hampir membuat tulangku patah.

"Nggak ada kalau," ujarnya tegas. "Aku hanya mencintaimu seorang."

"Aku bilang kalau." Aku bersikeras mengulang.

Elias terdiam. Embusan napasnya yang panas menyapu telingaku, membawa semacam kelembutan yang kejam.

"Kalau begitu, hukumlah aku. Sekalipun aku mengelilingi dunia dan mencari sampai ke dasar bumi, aku tetap nggak akan menemukanmu."

"Anna, kamu adalah satu-satunya kelemahanku, nyawaku. Kalau kehilangan nyawa, bagaimana seseorang bisa hidup?"

Aku tersenyum, tetapi itu hanya di permukaan.

'Elias, hukumanmu sebentar lagi akan tiba.'

'Tiga hari lagi, aku akan membuatmu mendapatkan apa yang kamu inginkan, kehilangan nyawamu sepenuhnya.'

Saat itu, terdengar suara perempuan manja. "Tuan Muda, barang yang Anda minta sudah siap."

Itu Liana Albert, asisten pribadiku secara formalitas, juga kekasih baru Elias di ranjang.

Dia mengenakan seragam pelayan dan membawa sebuah baki, berdiri dengan hormat tidak jauh dari kami.

Liana menunduk sopan, dia tampak profesional, sama sekali berbeda dengan gadis penuh trik di ranjang yang baru saja disebut oleh Elias.

Elias hanya mengangguk dingin, lalu mengibaskan tangan menyuruh Liana pergi.

Melihat kerja sama mereka yang begitu serasi, aku hanya merasa muak.

Seorang tuan muda mafia dan seorang wanita simpanan. Dengan kemampuan akting seperti itu, sayang sekali kalau tidak masuk dunia hiburan.

Jika bukan karena ponsel itu, mungkin sampai mati pun aku akan mengira diriku hidup dalam dongeng.

Tiba-tiba, Elias mengulurkan tangan dan menutupi mataku.

Dia berkata dengan suara menggoda, "Anna, tutup matamu. Kejutan ulang tahunmu sudah datang."

"Lima, empat, tiga ...."

Saat hitungan terakhir berakhir, dia melepaskan tangannya.

Tidak ada kembang api atau mawar seperti yang aku bayangkan.

Orang kepercayaan Elias berlutut dengan satu kaki, kedua tangannya menyuguhkan sebuah kotak beludru.

Di dalamnya, ada sebuah pistol Browning perak bertabur berlian, memantulkan kilau yang dingin sekaligus mewah di bawah cahaya.

Elias memelukku dari belakang dan menggenggam tanganku untuk mengangkat pistol itu.

"Anna, mulai hari ini, kekuasaanku kubagi denganmu. Pistol ini adalah tongkat kekuasaanmu. Siapa pun yang berani nggak menghormatimu, kamu boleh langsung menembaknya."

Aku menunduk menatap pistol itu dan sedikit terpaku.

Lima tahun lalu, Elias juga memelukku seperti ini, menyerahkan segelas susu hangat dan berkata akan melindungiku seumur hidup.

Lima tahun kemudian, dia menyerahkan pistol dan berkata ingin berbagi kekuasaan denganku.

Elias berbalik dan menatapku dengan penuh perasaan. Tepat saat dia hendak menunduk untuk menciumku, ponsel di sakunya tiba-tiba berdering.

Dia mengernyit, ada secercah ketidaksabaran di matanya.

"Aku sudah bilang, malam ini nggak boleh ada yang mengganggu."

Namun, ketika dia melihat layar ponsel, ekspresinya seketika menegang.

Dari sudut mata, aku melihat panggilan itu tidak menampilkan nama, hanya sebuah ikon hati yang mencolok.

Elias berdeham pelan, dia mematikan layar ponsel itu dengan tenang, tetapi ujung jarinya bergerak cepat mengetik sesuatu dari dalam saku.

Aku melihat dengan jelas kilatan hasrat di matanya.

Benar saja.

Saat dia mengangkat kepala, wajahnya sudah dipenuhi rasa bersalah.

"Anna, maaf. Seharusnya aku menemanimu sepanjang ulang tahunmu. Tapi, ada urusan mendesak di keluarga ...."

Aku malas mendengar kebohongan murahan itu dan langsung menyelanya, "Pergilah. Urusan penting harus diutamakan."

Elias jelas mengembuskan napas lega. Biasanya, setiap kali hendak berpisah, dia selalu menciumku sampai aku hampir kehabisan napas. Namun, kali ini, dia hanya menempelkan bibirnya sebentar di dahiku, lalu melangkah pergi dengan cepat.

Aku berdiri di tempat, menatap punggungnya menghilang di ujung lorong, lalu berjalan menuju ruang monitor di vila itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Balas Dendam Sang Istri Mafia   Bab 10

    Dia juga adalah rekan bisnisku saat ini, sekaligus pria yang sedang mengejarku.Melihat adegan itu, mata Calvin menggelap. Dia berjalan mendekat, lalu menarik tangan Elias dari tubuhku dengan sopan, tapi tegas."Tuan, tolong lepaskan tunanganku."Tunangan...Satu kata itu bagai petir yang menghantam tepat di kepala Elias.Elias menatapku dengan tidak percaya. "Nggak ... nggak mungkin .... Anna, katakan padanya, ini nggak benar!"Calvin menempatkanku di belakangnya untuk melindungiku, dia menampilkan senyum elegan, tapi terasa dingin."Tuan, Shopia akan bertunangan denganku bulan depan."Shopia adalah nama baruku.Elias memandangku. Cahaya dalam matanya satu per satu padam."Anna, apa kamu mencintainya?"Aku menatap wajah Elias yang penuh keputusasaan, lalu merangkul lengan Calvin dan tersenyum tipis."Dia sangat baik."Itu sudah cukup.Cinta atau tidak, sudah tidak penting lagi.Yang penting, aku bukan lagi Anna yang dulu terus mengitari dirinya.Elias melihat kedekatan kami, tubuhnya

  • Balas Dendam Sang Istri Mafia   Bab 9

    Elias menatap kemunculanku yang tiba-tiba, sorot matanya berubah dari terkejut, menjadi girang, lalu hancur dalam keputusasaan."Anna ...."Dia ingin mendekatiku, tetapi ditahan kuat-kuat agar tetap di tempatnya.Alex berdiri, suaranya berat dan penuh kepedihan."Aku nyatakan, mencabut seluruh jabatan dan hak waris Elias, mengusirnya dari keluarga, dan melarangnya kembali selamanya.""Robert diserahkan ke Nona Anna untuk ditangani."Elias berlutut di lantai, menatapku dengan mata penuh permohonan."Anna, maafkan aku .... Aku salah .... Tolong maafkan aku ...."Aku berjalan ke arahnya, berjongkok, dan menatap langsung ke matanya."Elias, di antara kita, bukanlah soal mau memaafkan atau nggak.""Namun, soal dendam yang sangat mendalam."Setelah itu, aku berdiri dan berjalan menuju Robert yang sedang ditahan, lalu mengambil pistol Browning yang pernah diberikan Elias kepadaku.Dor!Tembakan terdengar dan semua dendam pun terputus.Elias diusir dari keluarga.Dia bukan lagi tuan muda yang

  • Balas Dendam Sang Istri Mafia   Bab 8

    Tepat ketika Elias sedang kebingungan, aku mengirimkan sebuah hadiah besar untuknya.Sebuah laporan anonim yang menuduh Grup Linus melakukan penggelapan pajak dan pencucian uang, dengan bukti yang tidak terbantahkan.Lembaga pengawas segera turun tangan, dan Grup Linus diperintahkan untuk menghentikan operasional guna menjalani pemeriksaan.Kerajaan bisnis itu seketika goyah.Elias terjebak di dalam negeri dan tidak lagi bisa keluar untuk mencariku.Aku telah memutus semua tangan yang ingin dia ulurkan untuk mencariku.Paman Daniel menelepon dengan suara bersemangat. "Nona, kita berhasil!"Aku menatap sosok Elias yang kacau di televisi, lalu berkata dengan tenang, "Ini baru permulaan.""Yang kuinginkan adalah membuatnya nggak memiliki apa pun."Saat itu, aku menerima pesan lain.Liana hidup terlunta-lunta di jalan dan kehilangan anaknya. Ketika dia berniat mencari media untuk menjual cerita demi uang, dia justru diculik, dikirim ke rumah sakit jiwa, dan menjadi bisu.Itu ulah orang-ora

  • Balas Dendam Sang Istri Mafia   Bab 7

    Pada hari yang sama ketika aku meninggalkan Swessia, pesawat Elias mendarat di Zevoria.Dia datang hanya untuk menemukan bahwa aku telah menghilang.Yang kutinggalkan hanyalah sebuah rekam medis yang sempurna tanpa cela, yang menunjukkan bahwa pasien telah berhenti berobat dan keluar dari rumah sakit.Serta sebuah rekaman kamera pengawas.Dalam video itu, aku mengenakan pakaian pasien, tubuhku tampak kurus, dan wajahku pucat. Dengan ditopang oleh Paman Daniel, aku naik ke sebuah mobil entah menuju ke mana.Riasan sakit yang kubuat dengan menyewa penata rias efek khusus Hollywood, dengan biaya mahal itu, begitu meyakinkan hingga tampak seperti sungguhan.Elias yang melihat diriku tampak lemah dalam video itu, merasa hatinya seperti disayat.Penyesalan dan ketakutan nyaris melahapnya.Dia bersikeras meyakini bahwa aku memilih pergi karena menyadari hidupku tidak akan lama lagi.Dia mengeluarkan perintah dengan mata memerah, "Tutup semua pelabuhan pengiriman di Ozerov!""Hubungi dokter te

  • Balas Dendam Sang Istri Mafia   Bab 6

    Akhirnya, Elias mengerti.Aku tahu segalanya.Aku bukan bunuh diri. Aku ... hanya tidak menginginkannya lagi.Kesadaran itu jauh lebih menyakitkan bagi Elias daripada kabar kematianku.Dia mengamuk, menghancurkan ruang kerjanya sampai berantakan."Anna! Kembalilah! Kembalilah!"Teriakannya menggema di seluruh vila yang kosong, tetapi tetap tidak ada jawaban.Elias teringat pertanyaanku dulu."Bagaimana kalau terjadi? Kalau suatu hari kamu benar-benar mengecewakanku?"Saat itu, jawaban Elias adalah ...."Kalau begitu, hukumlah aku. Sekalipun aku mengelilingi dunia dan mencari sampai ke dasar bumi, aku tetap nggak akan menemukanmu."Kata-kata itu menjadi kenyataan.Hukumanku telah tiba.Elias bergegas keluar dari vila, dia mencengkeram kerah Kevin dan berteriak, "Dia nggak mati! Anna nggak mati!""Selidiki! Sekalipun harus membalikkan seluruh bumi, temukan dia!"Di mata Elias kembali muncul cahaya, cahaya yang begitu obsesif hingga mendekati kegilaan.Sementara itu, aku sedang duduk di s

  • Balas Dendam Sang Istri Mafia   Bab 5

    Jeritan Liana memecah kesunyian yang mencekam."Palsu! Ini pasti palsu! Pasti akal-akalan si jalang Anna itu!"Dia berusaha meraih Elias, tetapi pria itu menepisnya dengan keras hingga Liana terjatuh tersungkur di lantai.Elias menatap layar tanpa berkedip. Mata yang sedetik lalu masih menyimpan senyum, kini sepenuhnya memerah."Anna ...."Dia memaksa empat huruf itu keluar dari tenggorokannya, sementara hatinya dipenuhi rasa sakit yang tidak terhingga.Detik berikutnya, Elias berlari keluar dari gereja seperti orang gila, meninggalkan pernikahan yang berubah menjadi bahan tertawaan, serta makian putus asa Liana.Aku duduk di dalam pesawat pribadi menuju Swessia, menyaksikan siaran keributan itu di layar tablet tanpa ekspresi."Nona, semuanya berjalan lancar."Aku mengangguk dan mematikan layar.Namun, tidak ada sedikitpun rasa puas karena berhasil membalas dendam. Justru dadaku terasa hampa.'Anna... benar-benar sudah mati.'Dia mati tepat di hari ketika Elias menggelar pernikahan mew

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status