Share

Bab 79

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-06-04 23:46:30

Gedung mewah itu dipenuhi cahaya kristal dan gaun-gaun mahal. Di antara putra-putri pengusaha papan atas, sosok baru mencuri perhatian: Nayla Mahardika.

Gaun hitam beludru membingkai tubuhnya dengan sempurna. Senyum tenang, tatapan tajam—ia tak perlu bicara banyak untuk menguasai ruangan.

"Siapa dia?" "Putri Mahardika yang katanya hilang itu?" "Dia lebih cantik dari yang dikabarkan…"

Bisikan itu mengalir seperti ombak di antara tamu undangan. Nayla melangkah dengan anggun, setiap langkahnya diperhitungkan. Lima tahun menghilang tanpa jejak, kini ia kembali dengan aura yang sama sekali berbeda—lebih tajam, lebih berbahaya.

"Nayla?" Suara familiar membuatnya menoleh. Adrian Wirawan, putra sulung keluarga konglomerat tekstil, menghampirinya dengan senyum yang tak sampai ke mata. "Aku hampir tak mengenalimu."

"Waktu mengubah banyak hal, Adrian." Nayla menerima cium pipi yang dingin itu. "Bagaimana kabar mama? Masih sibuk dengan koleksi berliannya?"

Adrian terkekeh, namun nada waspada ters
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 83

    Ruang kerja Nayla Mahardika berada di sudut gedung pencakar langit, dengan dinding kaca yang menghadap ke gemerlap Jakarta di malam hari. Lampu-lampu kota terlihat seperti bintang yang jatuh ke bumi, namun Nayla tidak menatap pemandangan itu. Perhatiannya sepenuhnya tertuju pada papan putih besar yang memenuhi dinding sebelah timur.Nama-nama perusahaan terhubung dengan garis merah, biru, dan hitam. Diagram yang kompleks menunjukkan jaringan bisnis GalanCorp—dari supplier utama hingga partner strategis terkecil. Di tengah-tengah web yang rumit itu, satu nama ditulis dengan spidol hitam tebal: GALAN PRAKASA.Nayla berdiri dengan elegance yang natural, memegang spidol merah di tangannya. Gaun hitam kerja yang ia kenakan sudah diganti dengan kemeja sutera abu-abu dan celana palazzo—tetap professional namun lebih comfortable untuk bekerja larut malam.Elena Wijaya, asisten pribadi sekaligus chief strategist-nya, duduk di meja konferensi kecil dengan laptop terbuka dan tumpukan dokumen di

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 82

    Ruang konferensi mewah itu dipenuhi para eksekutif papan atas, investor internasional, dan media bisnis terkemuka. Sebagai salah satu acara paling prestigious di kalangan business elite Indonesia, setiap detik di sini bisa menentukan masa depan perusahaan bernilai triliunan rupiah.Galan berdiri di samping Marcus Lim, CEO venture capital firm yang menjadi partner strategis GalanCorp, ketika ia melihatnya.Nayla Mahardika—dalam balutan blazer abu-abu yang perfectly tailored dan rok pensil hitam—melangkah masuk ke ruangan dengan percaya diri yang mengalir natural. Rambut hitamnya dikuncir low bun yang rapi, makeup minimal namun flawless. Ia terlihat seperti eksekutif yang lahir untuk dunia ini.Yang membuat Galan tercengang bukan penampilannya—tapi cara seluruh ruangan bereaksi terhadap kehadirannya. Percakapan melambat, kepala-kepala menoleh, dan beberapa CEO senior bahkan berdiri untuk menyambutnya."Nayla Mahardika," Marcus berbisik di samping Galan. "Putri tunggal konglomerat Mahard

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 81

    Dalam kolom sosial majalah bisnis terkemuka, muncul headline:"Kembalinya Sang Pewaris: Nayla Mahardika Hadiri Gala Perdana Setelah Bertahun Menghilang"Publik terbelah antara kagum dan penasaran. Netizen mulai menggali masa lalu Nayla, termasuk foto-foto lamanya bersama Galan yang perlahan tersebar lagi.Galan hampir tersedak kopinya saat membuka tablet dan melihat wajah Nayla memenuhi layar. Foto-foto dari gala semalam bertebaran di berbagai portal berita, dan yang paling mengejutkan—foto lama mereka berdua dari lima tahun yang lalu ikut beredar."Nayla Mahardika, 25, putri tunggal konglomerat Mahardika Group yang menghilang dari sorotan publik sejak 2019, kembali mencuri perhatian dalam gala para pewaris kemarin malam..."Galan membaca dengan cepat sambil merasakan kepalanya mulai berdenyut. Mahardika Group? Konglomerat? Putri tunggal?Teleponnya berdering. Alya."Galan! Kau sudah baca berita?" suara Alya terdengar setengah panik. "Nayla itu... dia bukan gadis biasa! Dia pewaris sa

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 80

    Nayla tak banyak bicara malam itu, hanya menjabat tangan dan mengamati. Tapi satu hal jelas: kehadirannya adalah teka-teki yang memikat.Ia duduk bersama pewaris konglomerat otomotif, lalu bicara serius dengan pemilik perusahaan farmasi. Galan, yang juga hadir di acara itu bersama Alya, tak bisa tidak mencuri pandang.Alya berbisik, gelisah: "Dia terlihat… terlalu nyaman di antara mereka."Galan menelan ludah. Ada yang berbeda dari Nayla yang ia lihat malam ini. Bukan lagi gadis yang bekerja di kafe atau yang tersenyum canggung saat pertama kali mereka bertemu. Nayla yang duduk di meja VIP itu adalah sosok yang sama sekali berbeda—elegan, berkuasa, dan misterius."Siapa sebenarnya dia?" gumam Alya, mata tajamnya tidak lepas dari sosok Nayla yang sedang berbincang dengan Hendrick Salim, raja industri otomotif yang terkenal eksentrik dan sulit didekati.Namun Hendrick terlihat tertarik dengan apa yang dikatakan Nayla. Bahkan pria paruh baya itu sampai menundukkan tubuhnya untuk mendenga

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 79

    Gedung mewah itu dipenuhi cahaya kristal dan gaun-gaun mahal. Di antara putra-putri pengusaha papan atas, sosok baru mencuri perhatian: Nayla Mahardika.Gaun hitam beludru membingkai tubuhnya dengan sempurna. Senyum tenang, tatapan tajam—ia tak perlu bicara banyak untuk menguasai ruangan."Siapa dia?" "Putri Mahardika yang katanya hilang itu?" "Dia lebih cantik dari yang dikabarkan…"Bisikan itu mengalir seperti ombak di antara tamu undangan. Nayla melangkah dengan anggun, setiap langkahnya diperhitungkan. Lima tahun menghilang tanpa jejak, kini ia kembali dengan aura yang sama sekali berbeda—lebih tajam, lebih berbahaya."Nayla?" Suara familiar membuatnya menoleh. Adrian Wirawan, putra sulung keluarga konglomerat tekstil, menghampirinya dengan senyum yang tak sampai ke mata. "Aku hampir tak mengenalimu.""Waktu mengubah banyak hal, Adrian." Nayla menerima cium pipi yang dingin itu. "Bagaimana kabar mama? Masih sibuk dengan koleksi berliannya?"Adrian terkekeh, namun nada waspada ters

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 78

    Di kantor pusat Mahardika Corp, Nayla meletakkan berkas di meja ayahnya."Aku mau anak perusahaan ini. Aku ingin mengelolanya sendiri, tanpa campur tangan siapa pun."Ayahnya menaikkan alis, lalu tersenyum samar."Kau serius?""Lebih dari apa pun. Dan target pertamaku adalah… perusahaan Galan."Kini, permainan dimulai. Dan Nayla bukan lagi pion—ia ratu di papan catur ini.Ruang kerja Hardjono Mahardika terasa dingin meski pendingin ruangan tidak dinyalakan terlalu kencang. Mungkin karena atmosfer yang tercipta saat putrinya memasuki ruangan dengan langkah mantap, membawa berkas tebal yang ia letakkan dengan suara thud di atas meja mahoni antik."Mahardika Digital Ventures," kata Nayla tanpa basa-basi, menunjuk berkas itu. "Anak perusahaan yang kau dirikan dua tahun lalu untuk ekspansi ke sektor teknologi, tapi tidak pernah berjalan optimal karena kekurangan visi yang tepat."Hardjono mengangkat pandangan dari laptop-nya, menatap putrinya dengan seksama. Tiga tahun lalu, Nayla yang ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status