Nayla tersenyum dengan mysterious expression. "Kita tidak akan compete. Kita akan menjadi solution provider yang mereka butuhkan tanpa mereka sadari."Ia berdiri dan berjalan ke jendela besar yang menghadap Jakarta skyline."Bayangkan ini: GalanCorp meluncurkan Green Chain Revolution mereka dengan great fanfare. Media meliput, investors excited, customers interested. Tapi setelah tiga bulan beroperasi, mereka mulai menghadapi efficiency problems, integration issues, dan cost overruns."Nayla berbalik menghadap tim dengan senyum tipis yang mengingatkan pada predator yang sedang merencanakan serangan."Dan pada saat yang tepat, Mahardika Future Tech akan mengumumkan EcoSync Pro sebagai 'revolutionary solution for sustainable business transformation.' Kita akan menjadi jawaban untuk masalah yang belum mereka ketahui akan mereka hadapi."Andi terlihat impressed. "Jadi kita akan positioning sebagai problem solver, bukan competitor?""Exactly. Lebih dari itu," jawab Nayla sambil kembali ke
Tiga Hari Kemudian terasa berbeda di lantai 38 gedung Mahardika Group. Ruang riset strategis yang baru direnovasi dipenuhi dengan layar monitor besar, whiteboard digital, dan meja kerja berbentuk U yang memungkinkan diskusi interaktif. Aroma kopi dari mesin espresso premium bercampur dengan udara dingin dari sistem pendingin yang baru dipasang.Nayla duduk di ujung meja konferensi berbentuk oval, mengenakan kemeja putih berlengan panjang yang dipadukan dengan blazer abu-abu gelap. Rambutnya dikepang perancis rendah, memberikan kesan serius namun tetap elegan. Di hadapannya, lima orang anggota tim riset duduk dengan laptop terbuka dan tumpukan dokumen yang rapi.Dr. Indira Sari, kepala divisi riset pasar yang baru direkrut dari McKinsey Indonesia, membuka presentasi dengan slide yang menampilkan logo GalanCorp."Berdasarkan riset mendalam yang telah kami lakukan selama dua minggu terakhir," kata Dr. Indira sambil mengklik remote, "GalanCorp sedang mengembangkan proyek ambisius bernama
Arjuna bangkit dari kursinya. "Saya kira presentasi Nayla sudah cukup jelas. Sekarang, saya ingin mendengar pendapat dari masing-masing anggota direksi."Ibu Sari angkat bicara pertama. "Dari sisi finansial, proyeksi yang disampaikan Nayla cukup realistis dan menarik. Risiko investasi sebanding dengan potential return yang ditawarkan."Pak Hartono menyusul. "Dari aspek operasional, saya melihat sinergi yang kuat antara Mahardika Future Tech dengan divisi-divisi existing kita. Ini bisa menjadi competitive advantage yang signifikan."Pak Sutrisno, yang awalnya skeptis, kini terlihat lebih supportive. "Saya harus mengakui, visi yang disampaikan Nayla sangat komprehensif dan well-researched. Meskipun saya masih memiliki kekhawatiran tentang execution, namun secara konsep, ini adalah langkah yang tepat."Satu per satu, anggota direksi menyampaikan pandangan mereka. Mayoritas memberikan respon positif, meskipun dengan beberapa catatan dan saran perbaikan.Setelah mendengar semua masukan, Ar
Cahaya matahari pagi menembus jendela kaca berlapis tiga di ruang rapat eksekutif lantai 42, menciptakan permainan cahaya yang elegan di atas meja konferensi kayu mahoni sepanjang empat meter. Di sekeliling meja, duduk tujuh belas anggota direksi Mahardika Group—para veteran industri yang telah membangun kerajaan bisnis ini selama lebih dari tiga dekade.Di ujung meja, Bapak Arjuna Mahardika duduk dengan postur tegap meski usianya telah menginjak tujuh puluh tahun. Jas hitam Armani-nya dipadu dengan dasi sutra biru navy, memberikan kesan otoritas yang tak terbantahkan. Matanya yang tajam menyapu ruangan, memastikan setiap orang memberikan perhatian penuh."Selamat pagi, rekan-rekan," suara Arjuna memenuhi ruangan dengan nada formal namun hangat. "Rapat direksi hari ini memiliki agenda khusus yang akan menentukan arah strategis perusahaan untuk lima tahun ke depan."Para direksi saling bertukar pandangan. Beberapa di antaranya sudah mendapat bocoran tentang rencana besar yang akan dium
Pagi Jakarta yang biasanya dipenuhi hiruk-pikuk lalu lintas terasa berbeda hari ini bagi Galan. Melalui jendela lantai 25 kantornya, ia melihat gedung-gedung pencakar langit yang menjulang, tapi pandangannya kosong, pikirannya masih terjebak dalam percakapan semalam di taman Hotel Mulia."Aku akan memastikan itu tidak pernah terjadi."Kata-kata Nayla terus bergema dalam kepalanya seperti alarm yang tidak bisa dimatikan.Smartphone-nya bergetar di atas meja kaca. Notifikasi dari berbagai aplikasi berita bisnis mulai berdatangan. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Galan membuka ponselnya."BREAKING: Mahardika Group Eksplorasi Kemitraan Strategis dengan Sektor Logistik"Jantungnya berdegup kencang saat ia mengklik artikel tersebut.Nayla duduk di kepala meja konferensi, mengenakan blazer putih yang crisp dan celana hitam high-waisted. Rambut panjangnya ditata dalam low bun yang professional, memberikan kesan authoritative namun tetap feminine. Di hadapannya, lima eksekutif senior Mahard
Udara malam Jakarta terasa lembap dan berat, membawa aroma bunga melati yang ditanam di sepanjang jalan setapak taman. Lampu-lampu LED tersembunyi di antara semak-semak memberikan cahaya lembut yang menciptakan bayangan dramatis di antara pohon-pohon palm dan ficus yang rimbun.Galan berjalan cepat melintasi corridor hotel menuju taman belakang, langkah-langkahnya bergema di lantai marmer yang kosong. Napasnya sedikit terengah-engah, bukan karena jarak yang ditempuh, tapi karena adrenalin yang mengalir sejak percakapan di meja makan tadi.Ia melihat siluet Nayla berdiri di dekat air mancur marmer di tengah taman, punggungnya menghadap pintu masuk. Gaun navy blue-nya kontras dengan cahaya putih yang dipantulkan air mancur, menciptakan efek yang hampir ethereal. Tangan kanannya memegang clutch kecil berwarna emas, tangan kirinya bermain-main dengan gelang berlian di pergelangan tangannya."Nayla."Suaranya memecah keheningan taman yang hanya dipenuhi suara gemercik air dan cicak tokek d