Share

Balasan Istri Buta
Balasan Istri Buta
Penulis: Cucu Suliani

Gelap

Penulis: Cucu Suliani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-31 18:37:08

"Mas! Mas Bara! Kamu di mana, Mas?!"

Hana berteriak dengan begitu kencang memanggil nama suaminya, dia baru saja sadar dan membuka matanya. Namun, dia tidak bisa melihat apa-apa.

Semuanya nampak gelap, dia yang seperti berada di dalam gua yang begitu dalam. Tidak ada cahaya sedikit pun, sehingga dia tidak bisa melihat apa pun.

"Kenapa, Sayang? Kenapa kamu berteriak-teriak?"

"Mas Bara, kamu ke sini, Mas. Sini, jangan jauh-jauh dari aku."

Hana meraba-raba ke arah mana pun, dia berusaha untuk mencari suaminya. Pria yang sudah tiga tahun menikah dengan dirinya.

"Ya, Sayang. Ini, Mas."

Bara nampak menghampiri istrinya yang terbaring di atas ranjang pasien, lalu dia memeluk istrinya dengan begitu erat sekali.

"Kenapa gelap, Mas? Kenapa gelap?"

Bara mengernyitkan dahinya, ini adalah siang hari. Cahaya begitu terang, dia merasa bingung karena istrinya terus saja mengeluh gelap.

"Gelap? Terang kok, Yang. Ini siang loh," ujar Bara.

"Tapi, Mas. Aku nggak bisa lihat apa-apa, kaki Aku juga merasa sakit dan kaku untuk digerakkan. Sebenarnya ada apa ini?"

"Sabar, Sayang. Mungkin karena kamu baru sadar dari koma, makanya penglihatan kamu belum normal. Jadinya semua terasa gelap, kakinya juga akan susah digerakkan. Karena sudah sangat lama kamu tidur di ranjang pasien," jawab Bara.

"Koma? Baru sadar? Maksudnya?" tanya Hana dengan tubuh yang bergetar hebat.

"Ya, Sayang. Kamu koma selama enam bulan, koma setelah kamu melahirkan putri cantik kita."

"Putri? Putri cantik?" tanya Hana.

"Ya, Sayang."

Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Bara, Hana terdiam. Dia seolah sedang mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi, hingga tidak lama kemudian bayangan-bayangan apa yang sudah terjadi terlintas di kepalanya.

Enam bulan yang lalu Hana seperti biasanya bekerja di ruangannya, Bara yang merupakan asisten pribadi sekaligus suami dari Hana tentunya ikut membantu pekerjaan wanita itu.

Saat waktu istirahat tiba, Bara pergi keluar untuk memesankan makanan. Tidak lama kemudian pria itu datang kembali dengan membawa makanan kesukaan istrinya.

"Kita makan dulu, Sayang. Ini sudah sangat siang, kamu itu kalau udah kerja lupa segala-galanya, ingat, di dalam perut kamu ada baby kita yang membutuhkan nutrisi."

Hana menghentikan pekerjaannya, lalu dia mengelus lembut perut buncitnya. Wanita itu kini sedang mengandung, usia kandungannya 7 bulan. Dia merasa begitu bahagia sekali.

Kehidupannya dirasa sempurna walaupun dia tidak mempunyai kedua orang tua, dia begitu bahagia karena bisa menikah dengan pria yang begitu dia cintai, Bara.

Dia juga merasa bahagia karena kini dia tengah mengandung buah hatinya dengan Bara, dokter berkata kandungannya sangat sehat dan sekitar 2 bulan lagi dia akan memiliki bayi. Tentunya itu sangat menyenangkan bagi Hana.

"Tapi, Sayang. Kayaknya aku mau shalat dulu deh, boleh, kan?" ujar Hana.

Rasanya belum tenang kalau dia belum melaksanakan kewajibannya terhadap Sang Khalik, untuk urusan makan bisa belakangan.

"Tentu saja boleh, kamu shalat duluan aja. Nanti aku nyusul," ujar Bara.

"Iya," jawab Hana.

Setelah berpamitan kepada suaminya, Hana pergi dari ruangannya. Dia melangkahkan kakinya menuju mushola kantor yang berada di lantai dasar.

Namun, malang tidak bisa dihindari. Saat dia hendak mengambil air wudhu, dia terpeleset dan jatuh. Wanita itu nampak meringis kesakitan, tidak lama kemudian dia menjerit karena ada darah yang keluar dari inti tubuhnya.

"Tolong! Siapa pun tolong aku, tolong!" jerit Hana.

Tidak lama kemudian banyak orang yang menghampiri, Hana dengan cepat dibawa ke rumah sakit setelah ada karyawan yang dengan cepat menelpon Bara.

"Bagaimana keadaan istri dan calon buah hati kami, Dok?" tanya Bara.

"Kondisi istri anda tidak baik, kondisi calon buah hati kalian juga sangat lemah. Nyonya Hana harus dengan cepat melakukan operasi," jelas Dokter.

"Lakukan saja apa pun yang terbaik untuk mereka, Dok." Bara berkata dengan lesu.

Setelah menandatangani surat persetujuan operasi, akhirnya Hana dibawa ke ruang operasi. Bara tidak ikut masuk, dia beralasan jika Bara panik dan tidak mampu menemani istrinya.

Hana hanya sendirian di dalam sana, tidak ada yang memberikan kata-kata penyemangat untuk wanita itu. Karena memang Hana merupakan anak yatim piatu, tapi dia memang memiliki harta warisan yang banyak.

"Mas, di mana baby cantik kita?" tanya Hana setelah dia dipindahkan ke ruang perawatan.

"Baby kita sangat lemah, Yang. Dia ada di ruang NICU, di dalam incubator."

Hana menangis, Bara dengan cepat memeluk istrinya dan berusaha untuk menenangkan hati istrinya tersebut.

"Sabar ya, Sayang. Anak kita lahir prematur, kata dokter dia butuh perawatan selama satu bulan di rumah sakit. Karena anggota tubuhnya belum sempurna," ujar Bara.

"Aku sedih, Yang. Kasihan sekali baby kecil kita," ujar Hana.

"Ya, aku juga sedih. Sebaiknya sekarang kamu istirahat saja, agar kamu bisa cepat pulih. Jangan sedih lagi, aku yakin baby kita pasti akan cepat pulih."

"Hem!" ujar Hana.

Selama 3 hari dia mendapatkan perawatan di rumah sakit, setelah itu dokter mengatakan jika Hana boleh pulang. Namun, baby cantik yang dia beri nama Hani belum bisa dia bawa pulang.

"Yang, rasanya aku tidak ingin pergi ke manapun. Aku ingin selalu dekat dengan putriku," ujar Hana ketika dia hendak pulang ke kediaman Aditama.

"Tidak bisa seperti itu, Sayang. Kamu harus pulang dan beristirahat, agar kamu sehat dan asinya tetap mengalir dengan deras. Kamu bisa datang setiap hari untuk menjenguk putri kita," ujar Bara.

"Baiklah, ayo kita pulang." Hana sudah masuk ke dalam mobil, dia duduk di bangku penumpang.

"Kamu pulang saja terlebih dahulu dengan sopir, aku lupa belum memberikan asi yang sudah kamu pompa kepada suster."

"Aku tunggu kamu, palingan ngasih asinya juga cuma sebentar doang."

"Pulang dulu saja, Yang. Ada hal yang harus aku kerjakan terlebih dahulu, aku ingin memastikan apakah putri kita nyaman berada di sini atau tidak."

"Baiklah, aku pulang. Kamu cepatlah menyusul," ujar Hana.

"Ya, Sayang." Bara mengecup kening istrinya, lalu dia masuk ke dalam rumah sakit.

Selepas kepergian Bara, pak sopir langsung melajukan mobilnya menuju kediaman Aditama. Namum, saat di pertengahan jalan tiba-tiba saja pak sopir terlihat begitu panik.

"Kenapa, Pak?" tanya Hana.

"Anu, Nyonya. Remnya blong," jawab Pak sopir.

"Loh! Kok bisa?" tanya Hana yang mulai panik.

"Entahlah, Nyonya. Saya juga bingung," ujar Pak sopir yang berusaha untuk mengendarai mobilnya sebaik mungkin.

Sayangnya, mobil itu oleng dan melaju tanpa kendali. Hingga tidak lama kemudian mobil itu menabrak pembatas jalan dengan begitu kencang.

"Aaargh!" jerit Hana.

Padahal dia sudah memakai sabuk pengaman, tetapi tubuhnya seakan melayang dan kepalanya terbentur dengan begitu kencang. Kapalnya berdarah dan pandangan matanya mengabur.

"Mas Bara, tolong aku." Kata itulah yang keluar dari bibirnya sebelum dia hilang kesadaran.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Balasan Istri Buta    Aku pacarnya, cepat buka pintu.

    Selama satu minggu di Villa, Hana benar-benar menikmati harinya bersama dengan Bertrand dan juga Hani. Dia selalu bisa menyenangkan hati suaminya, dia juga selalu bisa menyenangkan hati Hani. Awalnya dia mengira jika Bertrand akan egois, suaminya akan meminta banyak waktu darinya hanya untuk berduaan saja dengan Bertrand. Karena pada kenyataannya mereka memang pasangan pengantin baru. Namun, justru Bertrand selalu ingin pergi ke manapun untuk menikmati hari bersama dengan Hani. Pria itu seolah mengerti keinginan dari Hana yang memang sudah sangat lama tidak bertemu dengan putri cantiknya. Bertrand selalu mendahulukan keinginan putri cantiknya, dia selalu memanjakan putri cantiknya karena pria itu berpikir jika dia memanjakan putrinya, maka Hana akan semakin mencintai dirinya. "Sudah satu minggu loh, mau nambah waktu atau mau pulang ke Jakarta aja?" Bertrand memeluk Hana yang kini sedang berada di depan jendela kamar yang terbuka, wanita itu sedang menikmati udara segar di sana.

  • Balasan Istri Buta    Penyatuan

    Saat mendapatkan pemeriksaan ternyata Hana dinyatakan baik-baik saja, hanya saja dia perlu beristirahat dan diberikan vitamin oleh dokter.Bertrand juga mendapatkan tindakan, wajah tampannya langsung diobati dan diolesi salep luka. Kini keduanya sudah terlihat baik-baik saja, keduanya sudah pulang ke Villa."Bagaimana keadaan kalian?" tanya Helma dengan cemas.Semalaman dia tidak bisa tidur pulas, karena terus saja memikirkan bagaimana nasib menantunya itu. Dia sangat tahu kalau Hana adalah wanita baik, dia begitu gelisah saat mengetahui Bara menculik menantunya itu."Kami baik, Mom. Mana Hani?" tanya Hana.Padahal dia yang sudah diculik, tetapi tetap saja dia mengkhawatirkan kondisi putri cantiknya. Helma menghela napas panjang lalu memeluk Hana."Hani baik, dia sama Bobby. Kita langsung pulang ke ibu kota saja, Mom khawatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan lagi." Helma mengurai pelukannya, lalu dia mengusap puncak kepala Hana."Jangan khawatir, Mom. Bara sudah ditangkap polisi

  • Balasan Istri Buta    Pertolongan

    Hana menjerit-jerit karena ketakutan, dia takut akan dinodai oleh mantan suaminya. Karena wajah Bara terlihat diselimuti kabut hasrat, dia takut pria itu akan nekat dan melakukan hal yang di luar dugaannya.Pria itu pernah mencoba membunuh dirinya beberapa kali, sungguh Hana takut jika Bara akan memperkosa dirinya, setelah itu dia akan dibunuh dan dilempar ke jurang. Hani pasti tidak akan pernah lagi mendapatkan kasih sayang dari dirinya, walaupun pada kenyataannya Bertrand pasti memanjakan putri kecilnya itu. Namun, dia tidak mau mati konyol."Tolong jangan melakukan hal yang aneh, Mas!"Hana kembali berteriak ketika dia melihat Bara yang kini sudah berada di atas tubuhnya, pria itu menatap dirinya dengan tatapan lapar dengan tangannya yang terus saja mengurut miliknya. "Mana mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan emas ini," ujar Bara yang nampak memosisikan miliknya agar sejajar dengan milik Hana.Jika saja dia memiliki kekuatan, Hana rasanya ingin menendang pria itu. Sayangnya, di

  • Balasan Istri Buta    Aku akan memberikan kenikmatan, Hana.

    Hana menggeliatkan tubuhnya, dia lalu berusaha untuk menggerakkan kedua tangannya tetapi tidak bisa. Dia juga berusaha untuk menggerakkan kedua kakinya tetapi tidak bisa. Hana merasakan kepalanya begitu berat, dia juga merasakan kalau matanya begitu sulit untuk terbuka. Namun, wanita itu berusaha untuk membuka matanya.Sinar matahari yang menerobos masuk lewat celah membuat dia silau. Namun, Hana berusaha untuk melawan silaunya cahaya dengan matanya yang memicing. "Ini di mana? Kenapa badan aku sakit semua? Kenapa juga kedua tangan dan kedua kakiku begitu sulit untuk digerakkan?"Hana merasakan tubuhnya begitu sakit, dia jadi berpikir apakah tadi malam dia sudah melakukannya atau belum bersama dengan Bertrand.Namun, jika dia sudah melakukannya dengan Bertrand, Kenapa dia tidak mengingatnya sama sekali. Wanita itu mencoba untuk mengedarkan pandangannya, tiba-tiba saja matanya melotot karena dia berada di tempat yang asing. "Di aman ini?" tanya Hana yang tiba-tiba saja merasa panik.

  • Balasan Istri Buta    Kamu harus merasakan apa yang aku rasakan di penjara, Hana.

    Beberapa hari yang lalu. Bara baru saja melakukan makan siangnya, pria itu berjalan sambil menunduk dan tak berani menatap orang-orang yang ada di sana. Setiap kali dia menatap mata orang yang ada di sana, dia pasti akan menjadi sasaran empuk untuk dipukuli. Wajah Bara yang tampan sudah berubah, banyak luka bekas pukulan. Bukan hanya di wajahnya, tapi juga di beberapa bagian tubuhnya. Ada juga luka sayatan di pipinya. Tubuhnya yang dulu begitu gagah, kini nampak kurus kering. Kalau Hana bertemu dengan pria itu, pasti Hana tidak akan mengenalinya. Bara benar-benar tersiksa berada di penjara, sayangnya dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia juga merasa tersiksa karena mengetahui Hesti yang sedang hamil, usia kandungan wanita itu sudah memasuki usia dua puluh empat minggu. Perut Hesti sudah menonjol, tetapi sayangnya wanita itu tak kunjung bisa keluar dari dalam penjara. Padahal, Hesti sudah melakukan berbagai cara. Dia sudah berpura-pura sakit, dia sudah melakukan hal agar bisa kelu

  • Balasan Istri Buta    Sekarang aja ya, Sayang?

    Bertrand terus aja berusaha untuk menggoda Hana, tentu saja rayuannya begitu manjur karena wajah Hana kini sudah memerah. Tubuh wanita itu bahkan sudah menegang, meremang dan merasakan panas dingin akibat sentuhan yang dilakukan oleh Bertrand terhadap dirinya.Berkali-kali Hana mencoba melepaskan diri dari pria itu, tetapi sayangnya jerat cinta pria itu benar-benar di luar dugaannya."Bear, tunggu sebentar. Jangan sekarang, aku mau mandi dulu. Aku bau banget loh, nanti kamu boleh melakukan apa pun setelah aku mandi."Hana merasa tidak pede jika harus melakukan malam pertamanya tanpa mandi terlebih dahulu. Karena takut kalau Bertrand tidak merasa nyaman."Sekarang aja, gak usah nanti." Bertrand malah mengecupi leher jenjang Hana."Bear! Please," ujar Hana memelas.Akhirnya Bertrand melepaskan kungkungannya, dia langsung bangun dan duduk di tepian tempat tidur."Untuk apa sih kamu mandi? Padahal kamu itu udah wangi banget," ujar Bertrand sambil menatap miliknya yang kini sudah berdiri d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status