Share

Balasan Untuk Suami Penghianat
Balasan Untuk Suami Penghianat
Author: Alfiyah

Perempuan berbadan dua

Klunting... Sebuah pesan masuk ke ponsel mas Riko. Kuraih ponsel yang tergeletak di atas meja lalu membukanya.

Pesan dari nomer baru namun ponsel mas Riko tidak bisa kubuka. Pasword yang ku masukkan ternyata salah.

"Kenapa mas Riko mengganti sandi kunci ponselnya? Apa ada yang dia sembunyikan dariku?" batinku.

Walaupun tidak bisa ku buka sepenuhnya ponsel mas Riko tapi  setidaknya ada sedikit pesan yang masih bisa ku baca di layar ponsel itu.

085643xxxxxx [Hari ini jadi kan, Mas?]

Nomer baru? Nomer siapa gerangan? Apakah nomer teman lama mas Riko? Mungkin saja demikian. Tidak ingin menaruh rasa curiga terhadap suamiku sendiri, ku tanyakan langsung pada mas Riko saat dia  kembali dari kamar mandi.

"Ada apa, Sayang? Kenapa ponselku kamu pegang?" tanya dia seraya meraih ponsel yang masih berada di tanganku.

"Ini ada pesan masuk, aku coba untuk membukanya kok nggak bisa ya, Mas? Apa kamu mengganti sandi kuncinya?" tanyaku.

"Oh iya aku ganti, Sayang. Maaf ya belum memberitahu kamu soal ini. Ngomong-ngomong  kamu udah baca isi pesannya?" tanya mas Riko lagi.

"Iya tadi sempat terbaca namun tidak semua, pesan dari nomer baru kayaknya," jelasku lagi.

Mas Riko tampak bingung mendengar jawaban yang kulontarkan namun, dia segera membuka suaranya kembali setelah membaca pesan itu.

"Pesan salah kirim, Sayang," ujar mas Riko seraya mengambil tas kantornya yang tergeletak di atas meja.

Belum sempat aku menjawab ucapannya, mas Riko sudah langsung berpamitan, "Oh ya Sayang, aku harus buru-buru berangkat ke kantor nih,” lanjutnya.

"Tapi, Mas? Sarapannya bagaimana? Sudah aku siapin loh," kataku.

Mas Riko malah meminta maaf karena tidak sempat menikmati masakanku. Dia berkata jika hari ini ada meeting pagi dan dia tidak boleh terlambat.

Dengan rasa kecewa, aku pun membiarkan dia pergi tanpa menyentuh sarapan yang sudah ku siapkan untuknya sejak pagi. 

"Maafkan aku ya, aku janji akan pulang lebih awal hari ini dan makan malam bersama sebagai gantinya," lanjutnya seraya berjalan keluar dari kamar. 

"Ya sudah kalau begitu, tapi janji ya, Mas," sahutku sembari berjalan mengikuti mas Riko menuju garasi.

"Iya, Sayang," jawab mas Riko.

Mas Riko kemudian mencium keningku sebelum kemudian masuk ke dalam mobil. 

" Hati-hati, Mas," ucapku saat mas Riko sudah berada di dalam mobil dan akan segera berangkat. Dia melambaikan tangannya padaku, begitu juga denganku.

"Sampai jumpa nanti malam, Sayang," sambungnya kemudian pergi.

Setelah mas Riko pergi, kini tinggal aku seorang di rumah. Kami hanya tinggal berdua saja setelah lima tahun menikah karena belum diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk mendapatkan momongan.

Aku segera masuk untuk melakukan tugasku sehari-hari. Tugas sebagai ibu rumah tangga. Walaupun sebenarnya kami mampu untuk membayar asisten rumah tangga namun, sepertinya kami belum sangat membutuhkannya untuk saat ini. Pekerjaan rumah masih bisa ku handle sendiri, hitung-hitung uangnya bisa ditabung untuk keperluan yang lain. 

Seperti yang sudah ku katakan tadi, lima tahun menikah bukanlah waktu yang singkat. Menunggu kedatangan buah hati ini juga sudah begitu mendamba. Namun apa boleh buat? Kita sudah berusaha semaksimal mungkin namun kehendak Illahi masih berkata lain.

"Tidak papa, Sayang. Jika sudah saatnya pasti akan terwujud kok," kata mas Riko setiap kali aku mengutarakan apa yang kurasakan padanya. Dia tetap masih sangat menyayangiku seperti dulu, seperti waktu awal menikah. Tidak ada hal yang berubah dari sikap dan perilakunya. Aku merasa menjadi wanita paling beruntung sedunia mendapatkan suami yang sangat menyayangiku dan bisa menerima kekuranganku ini. 

Selain mendapat suami yang super baik dan penyayang, keluarga mas Riko pun juga sangat baik padaku. Mereka sangat menyayangiku seperti anak kandung mereka sendiri. Walaupun aku tahu sebenarnya mereka sudah sangat menginginkan keturunan dari mas Riko, anak laki-laki mereka satu-satunya. Aku salut dengan kelapangan hati mereka yang selalu sabar dan bisa menerima kekuranganku ini dengan ikhlas. Karena semua memang hanya atas ijin Allah. 

***

Seperti biasa selesai beberes rumah aku pergi ke salon. Salon kecil-kecilan yang ku dirikan sebelum aku menikah dulu. Alhamdulillah walaupun hanya salon kecil namun aku bangga bisa mendirikannya dengan jerih payahku sendiri.

"Aduh, udah kesiangan nih," ujarku pada diriku sendiri saat melihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih seperempat.

Aku langsung mengambil helm, sarung tangan dan juga jaket tipis untuk kukenakan agar tubuhku terlindungi dari paparan sinar matahari. 

Jarak antara salon dengan rumah tidak begitu jauh, paling hanya lima belas sampai dua puluh menitan saja jika jalanan tidak macet. 

Di tengah perjalanan ke salon tiba-tiba kulihat mobil mas Riko berjalan berlawanan arah denganku. 

"Bukankah itu mobil mas Riko? Mau pergi kemana dia?" gumamku. 

Walaupun hanya sepintas melihat mobilnya, namun aku bisa melihat jika dia tidak sendirian di dalam mobil itu. Ada seseorang yang duduk di sampingnya.  Mungkinkah itu klien atau rekan kerjanya??

Karena penasaran akhirnya ku ikuti pelan-pelan mobil itu agar mas Riko tidak melihatku. Mobil terus berjalan dengan cepat, begitu juga denganku yang terus mengikutinya hingga akhirnya mobil berbelok arah ke kiri. Bukankah itu jalan menuju rumah mertuaku?? 

"Untuk apa mas Riko pergi ke rumah ibu pada jam kerjanya seperti ini?? Mungkinkah terjadi sesuatu dengan ibu?” ujarku lirih. 

Apa mungkin mas Riko ada keperluan dengan keluarganya? Tapi kenapa dia tidak cerita, biasanya dia selalu bercerita jika ingin ke rumah Ibu. Ada apa ini sebenarnya?

Setelah terus ku ikuti mobil mas Riko pun berhenti tepat di depan rumah mertuaku. Aku yang memang sengaja mengikuti dan tidak ingin mas Riko tahu pun segera mematikan motorku yang jaraknya lumayan jauh dari rumah Ibu. Walaupun jauh namun aku masih bisa  melihat dengan jelas apa yang terjadi depan sana. 

Tak lama setelah itu mas Riko turun dari mobilnya kemudian berjalan ke pintu depan sebalah kiri. Dibukanya pintu itu dan tiba tiba Degggggg, seorang perempuan tengah berbadan dua turun dari mobil dengan dituntun oleh suamiku. 

Lalu dari arah yang berlawanan ku lihat Ibu mertuaku dengan senyum sumringah berlari menyambut kedatangan mereka. Mengelus perut perempuan itu lalu menciumnya. Wajah mas Riko pun terlihat begitu bahagia saat ini. 

Ibu menuntun perempuan itu dan mengajaknya masuk, kemudian disusul oleh mas Riko yang berjalan di belakangnya. 

"Apakah yang sebenarnya terjadi? Siapakah perempuan berbadan dua yang bersama dengan mas Riko itu? Kenapa mereka terlihat begitu akrab???" gumamku

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Ros Rosmah
lambat memahami
goodnovel comment avatar
Dewi Rb
knp kebanyakan novel temanya istri yg diselingkuhi gara" istrinya tidak kunjung hamil...
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
istri lemot otak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status