Lisa, Perempuan mandiri yang sudah lim tahun menjadi istri Riko. Lima tahun menikah namun Lisa dan Riko belum juga dikarunia keturunan. Suatu hari Lisa mengikuti mobil Riko yang tidak sengaja dilihatnya di jalan. Lisa mengikuti Riko karena merasa ada seseorang yang sedang bersamanya. Setelah diikuti kemana perginya mobil Riko, Lisa mendapati jika Riko pergi ke rumah Ibunya, mertua Lisa. Lisa sangat kaget saat tahu jika ternyata Riko telah menikah siri dibelakangnya. Bahkan istri siri Riko saat ini juga sedang hamil. Lisa merasa sangat kecewa juga dengan kedua mertuanya yang ternyata juga telah mengetahui pernikahan siri Riko. Lisa merasa dikhianati oleh keluarga Riko. Dia lalu menceritakannya pada kedua sahabat baiknya. Namun sangat di sayangkan juga jika salah satu dari sahabat Lisa ternyata juga mengetahui pernikahan siri Riko dan menyembunyikan kebenaran itu dari Lisa. Lisa yang merasa dikhianati juga oleh sahabatnya kemudian memilih untuk mengakhiri persahatan itu. Entah kenapa dia jadi merasa jika tidak ada orang yang bisa dipercaya selain dirinya dan kedua orang tuanya. Lisa akhirnya menyuruh Papanya selaku bos perusahaan di mana mertua laki-lakinya bekerja memecatnya. Keluarga Riko pada akhirnya meminta maaf dan menyesali perbuatan mereka. Namun nasi sudah menjadi bubur. Lisa tidak ingin mempertahankan rumah tangganya dengan Riko. Laki-laki yang dulu sangat dia cintai.
View MoreKlunting... Sebuah pesan masuk ke ponsel mas Riko. Kuraih ponsel yang tergeletak di atas meja lalu membukanya.
Pesan dari nomer baru namun ponsel mas Riko tidak bisa kubuka. Pasword yang ku masukkan ternyata salah.
"Kenapa mas Riko mengganti sandi kunci ponselnya? Apa ada yang dia sembunyikan dariku?" batinku.
Walaupun tidak bisa ku buka sepenuhnya ponsel mas Riko tapi setidaknya ada sedikit pesan yang masih bisa ku baca di layar ponsel itu.
085643xxxxxx [Hari ini jadi kan, Mas?]
Nomer baru? Nomer siapa gerangan? Apakah nomer teman lama mas Riko? Mungkin saja demikian. Tidak ingin menaruh rasa curiga terhadap suamiku sendiri, ku tanyakan langsung pada mas Riko saat dia kembali dari kamar mandi.
"Ada apa, Sayang? Kenapa ponselku kamu pegang?" tanya dia seraya meraih ponsel yang masih berada di tanganku.
"Ini ada pesan masuk, aku coba untuk membukanya kok nggak bisa ya, Mas? Apa kamu mengganti sandi kuncinya?" tanyaku.
"Oh iya aku ganti, Sayang. Maaf ya belum memberitahu kamu soal ini. Ngomong-ngomong kamu udah baca isi pesannya?" tanya mas Riko lagi.
"Iya tadi sempat terbaca namun tidak semua, pesan dari nomer baru kayaknya," jelasku lagi.
Mas Riko tampak bingung mendengar jawaban yang kulontarkan namun, dia segera membuka suaranya kembali setelah membaca pesan itu.
"Pesan salah kirim, Sayang," ujar mas Riko seraya mengambil tas kantornya yang tergeletak di atas meja.
Belum sempat aku menjawab ucapannya, mas Riko sudah langsung berpamitan, "Oh ya Sayang, aku harus buru-buru berangkat ke kantor nih,” lanjutnya.
"Tapi, Mas? Sarapannya bagaimana? Sudah aku siapin loh," kataku.
Mas Riko malah meminta maaf karena tidak sempat menikmati masakanku. Dia berkata jika hari ini ada meeting pagi dan dia tidak boleh terlambat.
Dengan rasa kecewa, aku pun membiarkan dia pergi tanpa menyentuh sarapan yang sudah ku siapkan untuknya sejak pagi.
"Maafkan aku ya, aku janji akan pulang lebih awal hari ini dan makan malam bersama sebagai gantinya," lanjutnya seraya berjalan keluar dari kamar.
"Ya sudah kalau begitu, tapi janji ya, Mas," sahutku sembari berjalan mengikuti mas Riko menuju garasi.
"Iya, Sayang," jawab mas Riko.
Mas Riko kemudian mencium keningku sebelum kemudian masuk ke dalam mobil.
" Hati-hati, Mas," ucapku saat mas Riko sudah berada di dalam mobil dan akan segera berangkat. Dia melambaikan tangannya padaku, begitu juga denganku.
"Sampai jumpa nanti malam, Sayang," sambungnya kemudian pergi.
Setelah mas Riko pergi, kini tinggal aku seorang di rumah. Kami hanya tinggal berdua saja setelah lima tahun menikah karena belum diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk mendapatkan momongan.
Aku segera masuk untuk melakukan tugasku sehari-hari. Tugas sebagai ibu rumah tangga. Walaupun sebenarnya kami mampu untuk membayar asisten rumah tangga namun, sepertinya kami belum sangat membutuhkannya untuk saat ini. Pekerjaan rumah masih bisa ku handle sendiri, hitung-hitung uangnya bisa ditabung untuk keperluan yang lain.
Seperti yang sudah ku katakan tadi, lima tahun menikah bukanlah waktu yang singkat. Menunggu kedatangan buah hati ini juga sudah begitu mendamba. Namun apa boleh buat? Kita sudah berusaha semaksimal mungkin namun kehendak Illahi masih berkata lain.
"Tidak papa, Sayang. Jika sudah saatnya pasti akan terwujud kok," kata mas Riko setiap kali aku mengutarakan apa yang kurasakan padanya. Dia tetap masih sangat menyayangiku seperti dulu, seperti waktu awal menikah. Tidak ada hal yang berubah dari sikap dan perilakunya. Aku merasa menjadi wanita paling beruntung sedunia mendapatkan suami yang sangat menyayangiku dan bisa menerima kekuranganku ini.
Selain mendapat suami yang super baik dan penyayang, keluarga mas Riko pun juga sangat baik padaku. Mereka sangat menyayangiku seperti anak kandung mereka sendiri. Walaupun aku tahu sebenarnya mereka sudah sangat menginginkan keturunan dari mas Riko, anak laki-laki mereka satu-satunya. Aku salut dengan kelapangan hati mereka yang selalu sabar dan bisa menerima kekuranganku ini dengan ikhlas. Karena semua memang hanya atas ijin Allah.
***
Seperti biasa selesai beberes rumah aku pergi ke salon. Salon kecil-kecilan yang ku dirikan sebelum aku menikah dulu. Alhamdulillah walaupun hanya salon kecil namun aku bangga bisa mendirikannya dengan jerih payahku sendiri.
"Aduh, udah kesiangan nih," ujarku pada diriku sendiri saat melihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih seperempat.
Aku langsung mengambil helm, sarung tangan dan juga jaket tipis untuk kukenakan agar tubuhku terlindungi dari paparan sinar matahari.
Jarak antara salon dengan rumah tidak begitu jauh, paling hanya lima belas sampai dua puluh menitan saja jika jalanan tidak macet.
Di tengah perjalanan ke salon tiba-tiba kulihat mobil mas Riko berjalan berlawanan arah denganku.
"Bukankah itu mobil mas Riko? Mau pergi kemana dia?" gumamku.
Walaupun hanya sepintas melihat mobilnya, namun aku bisa melihat jika dia tidak sendirian di dalam mobil itu. Ada seseorang yang duduk di sampingnya. Mungkinkah itu klien atau rekan kerjanya??
Karena penasaran akhirnya ku ikuti pelan-pelan mobil itu agar mas Riko tidak melihatku. Mobil terus berjalan dengan cepat, begitu juga denganku yang terus mengikutinya hingga akhirnya mobil berbelok arah ke kiri. Bukankah itu jalan menuju rumah mertuaku??
"Untuk apa mas Riko pergi ke rumah ibu pada jam kerjanya seperti ini?? Mungkinkah terjadi sesuatu dengan ibu?” ujarku lirih.
Apa mungkin mas Riko ada keperluan dengan keluarganya? Tapi kenapa dia tidak cerita, biasanya dia selalu bercerita jika ingin ke rumah Ibu. Ada apa ini sebenarnya?
Setelah terus ku ikuti mobil mas Riko pun berhenti tepat di depan rumah mertuaku. Aku yang memang sengaja mengikuti dan tidak ingin mas Riko tahu pun segera mematikan motorku yang jaraknya lumayan jauh dari rumah Ibu. Walaupun jauh namun aku masih bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi depan sana.
Tak lama setelah itu mas Riko turun dari mobilnya kemudian berjalan ke pintu depan sebalah kiri. Dibukanya pintu itu dan tiba tiba Degggggg, seorang perempuan tengah berbadan dua turun dari mobil dengan dituntun oleh suamiku.
Lalu dari arah yang berlawanan ku lihat Ibu mertuaku dengan senyum sumringah berlari menyambut kedatangan mereka. Mengelus perut perempuan itu lalu menciumnya. Wajah mas Riko pun terlihat begitu bahagia saat ini.
Ibu menuntun perempuan itu dan mengajaknya masuk, kemudian disusul oleh mas Riko yang berjalan di belakangnya.
"Apakah yang sebenarnya terjadi? Siapakah perempuan berbadan dua yang bersama dengan mas Riko itu? Kenapa mereka terlihat begitu akrab???" gumamku
Hari ini sepulang dari salon, aku pergi ke rumah Mila. Aku merasa khawatir dengan salah satu karyawan salonku itu. Tidak bisanya dia begini. Dia selalu menghubungiku jika ada urusan ataupun saat dia sakit. Tapi kenapa kali ini tidak? Hari ini aku akan menyelesaikan dulu soal Mila. Lebih baik aku menghubungi bapaknya mas Riko dan mengatakan apa yang sedang anaknya itu perbuat pada istri sirinya. Ku ambil ponselku kemudian menghubungi nomer pak Beni. Nomer yang sengaja tidak kuhapus sampai saat ini. Tut...tut...tut... Panggilanku segera terhubung ke ponsel mantan bapak mertuaku itu. Tak perlu menunggu waktu lama, bapak segera menjawab panggilan dariku. "Halo, Lisa. Ada apa? Tumben sekali kamu menghubungi bapak. Pasti ada hal yang penting kan?" tanya bapak. "Iya, Pak. Ada sesuatu yang harus bapak tahu," balasku. "Apa, Lisa? Apa ini ada hubungannya dengan Riko?" "Iya, Pak. Mas Riko menyekap tante Laras, istri siri bapak," lanjutku. "Kamu serius, Lisa? Bukankah Laras bilang akan
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lebih seperempat. Kubuka pintu gerbang rumah kemudian mengeluarkan motor butut kesayanganku. Hari ini aku akan pergi ke salon. Sudah lama aku tidak ke salon semenjak proses perceraianku dengan mas Riko. Kunyalakan motor butut itu kemudian langsung berangkat menuju salon. Tiga puluh menit perjalanan akhirnya aku sampai juga di salon. Kulihat salon sudah ramai pelanggan. "Selamat pagi, Bu," sapa Eni. "Pagi, En." Aku melihat karyawan salonku satu persatu. Namun aku tidak melihat Mila sama sekali. "Di mana Mila, En?" tanyaku pada Eni. "Mila nggak datang, Bu." "Loh sejak kapan?" "Dua hari yang lalu," jawab Eni. "Loh kok nggak ada yang kasih tahu saya? Apa dia sakit?" tanyaku. "Saya nggak tahu, Bu. Dia nggak menghubungi saya juga soalnya," balas Eni. "Oh begitu, makasih ya, En." "Iya, Bu. Kalau begitu saya lanjut kerja lagi ya," kata Eni. Aku segera masuk ke dalam ruanganku untuk menghubungi Mila. Gara-gara banyak masalah yang terjadi
"Hai, Tante," sapaku pada tante Laras. "Halo, Sayang," balas tante Laras. "Maaf ya udah bikin tante menunggu," lanjutku. "Nggak papa, Sayang. Tante juga baru saja datang kok. Justru tante yang minta maaf karena sudah menganggu waktumu," ujar tante Laras kemudian."Aku nggak merasa terganggu sama sekali, Tante. Aku justru senang jika tante berkenan menceritakan masalah tante padaku," jawabku. Tante Laras kemudian mulai menceritakan hubungannya dengan pak Beni. "Apa menurutmu hubungan tante dengan mas Beni harus diakhiri saja ya, Lis?" tanya tante Laras padaku."Kenapa diakhiri, Tante? Bukankah kalian sama-sama saling menyayangi?" "Itu benar. Tapi tetap saja pernikahan kita hanyalah pernikahan siri yang tidak diakui oleh negara. Tidak lebih dari itu," ungkap tante laras."Memangnya apa salahnya menikah siri jika kalian sama-sama merasa nyaman?" kataku berusaha membuat tante Laras tetap semangat. Bukan membenarkan pernikahan siri ini, namun aku hanya tidak ingin membuatnya sedih. A
Ponselku berdering saat aku hendak memejamkan mata. Saat kulihat ternyata sebuah panggilan masuk dari tante Laras. "Ada apa dia menghubungiku malam-malam begini?" gumamku.Merasa penasaran kenapa dia menghubungiku malam-malam begini, aku pun langsung menjawab panggilan dari tante Laras."Halo, Tante," kataku memulai obrolan."Hai, Lis. Lagi ngapain?" tanya tante Laras."Lagi mau tidur nih, Tante. Ada apa Tante menghubungiku malam-malam begini?" tanyaku kemudian."Tante ganggu ya?" tanya tante Laras."Nggak kok, Tante. Tenang saja," sambungku."Sebenarnya Tante mau cerita sama kamu. Apa kamu nggak keberatan dengerin cerita Tante?" tanya tante Laras setelah itu."Cerita soal apa, Tante?" tanyaku."Soal hubungan tante dengan mas Beni," jawab tante Laras setelah itu."Kenapa memangnya dengan hubungan kalian?""Tante mau kita ketemu saja ya besok. Bisa nggak kira-kira, Lis?" tanya tante Laras."Em sebenarnya aku mau ke salon sih, Tante. Tapi nggak papa deh. Ke salonnya bisa lusa saja," j
"Kamu seharusnya bersyukur bisa menjadi istri Riko. Dia sudah banyak membantumu dan keluargamu kan selama ini?!" terdengar suara Ibu membentak Ria."Beruntung bagaimana ya? Dia diperkosa oleh mas Riko, itu apa sebuah keberuntungan?!" sahutku yang tiba-tiba masuk ke ruang rawat Ria dan membuat ibu mas Riko kaget."Lisa! Ngapain kamu di sini. Jangan ikut campur kamu?! Urusanmu dengan Riko sudah selesai kan? Jangan malah menambah masalah baru!!" gertak ibu mas Riko."Memang benar urusanku dengan mas Riko sudah selesai. Tapi urusan mas Riko dengan Ria belum selesai. Di sini aku hanya berusaha membela Ria. Perempuan yang sangat menderita setelah menjadi istri siri mas Riko!" gertakku balik.Ayah Ria dan Ria hanya diam saja mendengarku dan ibu mas Riko saling beradu mulut."Menderita kamu bilang?! Ria sangat bahagia hidup dengan Riko selama ini, bukan begitu, Ria?" tanya Ibu mas Riko seraya menatap ke arah Ria.Ria tidak menjawab pertanyaan ibu mas Riko. Dia hanya diam saja tanpa mengatakan
"Halo, Lis," kata Lidia melalui sambungan telepon."Hai, Lid. Ada apa?" tanyaku."Bagaimana Ria? Dia jadi dioperasi kan?""Jadi kok. Ini sudah selesai dan dia sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa," jelasku. "Syukurlah jika begitu. Berarti Kinan bisa meyakinkan dokter Indra dong kalau begitu?" tanya Lidia."Iya. Jika kuperhatikan sepertinya Kinan dan dokter Indra ada sesuatu deh," ucapku membuat Lidia kaget."Masa sih? Nggak mungkin lah. Kamu kaya nggak kenal Kinan aja. Dia kan susah sekali di dekati," kata Lidia kemudian."Kali ini beda, Lid. Sepertinya Kinan yang menaruh hati pada dokter Indra deh," tebakku."Ah masa sih?" kata Lidia masih belum percaya."Iya sepertinya. Nanti jika kita bertemu Kinan kita tanya saja langsung padanya," sambungku. "Sip deh. Oh iya, ada berita penting nih, Lid" lanjut Lidia membuatku penasaran. "Berita apa?" tanyaku penasaran."Riko di bebaskan dari tuntutannya. Polisi bilang tidak ada bukti kuat yang bisa memenjarakan Riko," kata Lidia."What???
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments