Share

Bab 101

Author: Skyy
last update Last Updated: 2025-12-17 22:58:49

"Semua orang mundur tiga langkah, sekarang!”

Suara Harris terdengar datar, tapi tidak memberi ruang untuk dibantah.

Di dalam ruang altar yang hancur setengah itu, cahaya merah masih berpendar samar di udara, seperti bara yang menolak padam. Lingkaran simbol di lantai telah retak, namun sisa Qi masih berputar, lambat dan berat, merayap keluar dari pusat ritual seperti gelombang pasang yang tertahan.

Dinding bergetar pelan.

Liora menelan ludah, menahan napas saat ia menarik anak kurus itu menjauh. “Harris, Qi-nya….”

“Aku tahu,” jawab Harris singkat.

Ia berdiri tepat di tengah bekas altar, telapak tangannya terbuka, menghadap ke bawah. Nafas Surga mengalir perlahan dari inti dadanya, tidak menyebar luas, tidak agresif. Qi emas itu membentuk lapisan tipis di udara, seperti membran transparan yang menekan gelombang merah agar tidak meluas.

“Ini bukan sisa energi biasa,” kata Liora cepat, menyalakan alat pemindai Qi portabelnya. Jarum indikator bergetar liar sebelum akhirnya menetap di zona
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 101

    "Semua orang mundur tiga langkah, sekarang!”Suara Harris terdengar datar, tapi tidak memberi ruang untuk dibantah.Di dalam ruang altar yang hancur setengah itu, cahaya merah masih berpendar samar di udara, seperti bara yang menolak padam. Lingkaran simbol di lantai telah retak, namun sisa Qi masih berputar, lambat dan berat, merayap keluar dari pusat ritual seperti gelombang pasang yang tertahan.Dinding bergetar pelan.Liora menelan ludah, menahan napas saat ia menarik anak kurus itu menjauh. “Harris, Qi-nya….”“Aku tahu,” jawab Harris singkat.Ia berdiri tepat di tengah bekas altar, telapak tangannya terbuka, menghadap ke bawah. Nafas Surga mengalir perlahan dari inti dadanya, tidak menyebar luas, tidak agresif. Qi emas itu membentuk lapisan tipis di udara, seperti membran transparan yang menekan gelombang merah agar tidak meluas.“Ini bukan sisa energi biasa,” kata Liora cepat, menyalakan alat pemindai Qi portabelnya. Jarum indikator bergetar liar sebelum akhirnya menetap di zona

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 100

    “Harris…”Suara itu lirih dan rapuh, cukup untuk membuat Harris melangkah maju tanpa ragu.Cahaya merah dari altar menyilaukan, memaksa mata siapa pun untuk menyipit. Udara di sekitarnya bergetar seperti permukaan air yang disentuh berkali-kali. Setiap langkah Harris terasa berat, bukan karena medan, tapi karena tekanan Qi yang memadat seperti dinding tak terlihat.“Harris, tunggu—!” seru Liora dari belakang.Ia tidak menoleh.Begitu kakinya menginjak lingkaran dalam altar, dunia seolah berubah sudut pandang. Suara ritual memudar, digantikan dengungan rendah yang langsung menusuk tulang. Liontin di dadanya melonjak panas, seakan ingin keluar dari tubuhnya sendiri.Di atas altar—melayang setinggi dada—terdapat liontin kedua yang merah menyala dan perputar perlahan dengan bebas.“A-apa?!” napas Harris tercekat.Qi merah di udara bergerak, berpilin, lalu membentuk siluet tubuh perempuan. Bukan tubuh fisik. Lebih seperti bayangan hidup dengan rambut panjang, bahu ramping, kepala tertunduk

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 99

    “Jangan berhenti.”Suara Harris terdengar rendah, tapi tegas, memecah keheningan lorong yang memanjang di depan mereka.Lampu-lampu merah di dinding menyala satu per satu, seolah lorong itu hidup dan sadar akan kedatangan mereka. Cahaya redupnya memantul di lantai logam basah, membentuk bayangan panjang yang bergerak tidak selaras dengan langkah kaki.Liora berjalan di sisi Harris, napasnya tertahan. Di belakang mereka, anak kurus itu tertatih, langkahnya tidak stabil. Setiap beberapa meter, ia menoleh ke belakang—seperti takut sesuatu akan menyusul dari kegelapan yang mereka tinggalkan.“Lorong ini bukan sekadar akses, ini seperti jalur ritual,” bisik Liora.Harris mengangguk tanpa menoleh. Ia sudah merasakannya sejak langkah pertama. Qi di udara tidak mengalir, ia berputar seperti pusaran yang dipaksa diam.Dari kejauhan, terdengar gemuruh rendah, ritmis, seperti detak jantung raksasa yang berdetak di bawah tanah. Setiap detaknya membuat liontin di dada Harris bergetar panas, meneka

  • Bangkitnya Dokter Agung    Bab 98

    “Apa?!”Suara Liora terdengar rapuh, nyaris tidak dikenali sebagai miliknya sendiri.Tubuh yang tergantung di atas altar itu bergoyang perlahan, ditahan oleh kabel-kabel hitam setebal pergelangan tangan. Kabel itu bukan sekadar pengikat, ia berdenyut, seperti pembuluh darah buatan, mengalirkan cairan merah gelap bercampur Qi yang berkilau redup.Harris tidak menjawab langsung, tatapannya terkunci pada wajah pucat itu.Kulitnya masih utuh, dada masih naik turun, sangat pelan. Namun mata hitamnya kosong, seperti jendela rumah yang sudah lama ditinggalkan penghuninya.“Ini bukan mayat,” ujar Harris akhirnya, suaranya rendah. “Tapi sisa manusia.”Cahaya merah dari altar berdenyut lagi. Setiap denyut membuat kabel-kabel itu menegang, lalu mengendur, seolah sedang memompa sesuatu yang tidak seharusnya ada.Tubuh itu bergerak.Kepalanya terangkat sedikit, dagunya bergetar. Bibir keringnya terbuka, menutup, lalu terbuka lagi, seperti sedang mengingat cara berbicara.“Hh… Ha…”Liora mundur set

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 97

    “Pintunya hidup?”Suara Liora nyaris tenggelam oleh denyut berat yang merambat dari logam hitam di hadapan mereka. Pintu itu tidak sekadar berdiri, ia bernapas. Permukaannya mengembang dan mengempis pelan, seperti dada makhluk raksasa yang tertidur di baliknya.Setiap denyut memantul ke lantai batu, merambat ke tulang Harris. Liontin di dadanya bergetar keras, panasnya menusuk sampai ke jantung.Harris melangkah lebih dekat. “Ini bukan segel biasa.”Ia mengangkat tangan perlahan dan menyentuh permukaan pintu.Dingin.Bukan dingin batu atau besi, melainkan dingin dan kosong, seperti menyentuh sesuatu yang menyedot panas dan makna sekaligus. Dalam sekejap, Qi di tubuhnya terseret keluar, tipis tapi nyata.Harris mendengus tertahan. “Logam pemakan Qi.”“D’Varuna sering menggunakannya,” kata Liora cepat, membuka gulungan kecil dari saku jaketnya. “Biasanya untuk ruang eksperimen tingkat akhir. Tujuannya sederhana, melemahkan siapa pun yang masuk.”Ia menyibakkan debu di sisi pintu, memper

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 96

    “Terus bergerak dan jangan berhenti!”Suara Harris memecah keheningan terowongan tepat saat mereka keluar dari runtuhan Zona 0. Debu masih turun seperti hujan abu di belakang mereka, sementara udara di depan terasa lebih dingin lembap, asin, dan tua.Lorong itu tidak dibangun untuk manusia berjalan tegak. Dindingnya melengkung rendah, penuh bekas karat dan guratan aneh seperti goresan kuku. Lampu-lampu darurat mati setengah, menyisakan cahaya kuning pucat yang berkedip tak menentu.Liora terengah, menahan anak kurus itu tetap dekat dengannya. “Ini bukan jalur servis biasa.”“Memang bukan,” jawab Harris pendek.Tangannya menyentuh dada, liontin giok di balik pakaiannya terasa panas, bergetar berat dan teratur, seperti jantung kedua yang memaksa langkahnya maju.Anak itu menelan ludah. “Tempat ini… mereka lewat sini.”“Kapan?” tanya Harris cepat.“Setelah ritual gagal,” jawabnya dengan suara kecil. “Mereka marah dan mereka bilang altar harus dipindahkan lebih dalam.”Liora berhenti mend

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status