Share

Bab 115

Author: Skyy
last update Last Updated: 2025-12-25 21:46:05

Ruangan itu seharusnya sudah steril. Lampu stabil, medan tenang, tidak ada lonjakan Qi.

Itulah sebabnya Harris langsung berhenti berjalan. “Ada yang salah,” katanya pendek.

Liora mengangkat kepala dari panel. “Sensor normal, tidak ada intrusi.”

“Justru itu,” jawab Harris.

Udara di tengah ruangan menjadi hampa. Seperti satu lapisan realitas ditarik mundur setengah langkah. Cahaya di layar berkedip.

Liora mundur setengah langkah. “Ini bukan gangguan medan.”

Bayangan itu terbentuk perlahan, seperti siluet seorang pria yang berdiri dengan santai, tangan di saku dan kepala sedikit miring.

Lalu suaranya terdengar. “Harris Gunawan…”

Nada suara itu tenang dan terdengar familier.

Harris tidak bereaksi. “Kau tidak punya akses ke sistem ini.”

“Benar,” jawab Simon ringan. “Makanya aku tidak masuk lewat sistem.”

Senyum tipis muncul di wajah bayangan itu, namun hanya separuh ekspresi yang diizinkan hadir.

Liora mengepalkan tangan. “Ini proyeksi.”

“Resonansi,” koreksi Simon lembut. “Kau membuka cela
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 116

    Liora menyelesaikan kalimatnya dengan suara bergetar. “Tidak ada lagi pintu.”Mereka berdiri di sana, dua dokter di hadapan sesuatu yang belum lahir, tapi sudah cukup kuat untuk menekuk dunia di sekitarnya.Liora menatap Harris, suaranya nyaris berbisik. “Kau memilih yang mana?”Harris menutup matanya sejenak. Saat membukanya kembali, tatapannya dingin dan jernih. “Menutup sekarang, berarti kita membunuh hari ini.”Ia melangkah maju setengah langkah, menatap struktur tak terlihat itu tanpa gentar. “Jika kita membiarkannya, berarti kita menyiapkan neraka nanti.”Semua sistem dikunci.Di tengah ruangan, Sera terbaring diam. Liontin giok merah di dadanya tidak lagi sinkron dengan alat apa pun. Ia berdenyut sendiri dengan pelan, teratur, seolah memiliki kehendak terpisah.“Status?” tanya Harris tanpa menoleh.“Fungsi biologis stabil,” jawab dokter jaga. “Tidak ada kerusakan organ.”“Jiwanya?” tanya Liora.Hening~.“Tidak bisa diukur,” ujar teknisi akhirnya. “Resonansinya terasa aneh.”Har

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 115

    Ruangan itu seharusnya sudah steril. Lampu stabil, medan tenang, tidak ada lonjakan Qi.Itulah sebabnya Harris langsung berhenti berjalan. “Ada yang salah,” katanya pendek.Liora mengangkat kepala dari panel. “Sensor normal, tidak ada intrusi.”“Justru itu,” jawab Harris.Udara di tengah ruangan menjadi hampa. Seperti satu lapisan realitas ditarik mundur setengah langkah. Cahaya di layar berkedip.Liora mundur setengah langkah. “Ini bukan gangguan medan.”Bayangan itu terbentuk perlahan, seperti siluet seorang pria yang berdiri dengan santai, tangan di saku dan kepala sedikit miring.Lalu suaranya terdengar. “Harris Gunawan…”Nada suara itu tenang dan terdengar familier.Harris tidak bereaksi. “Kau tidak punya akses ke sistem ini.”“Benar,” jawab Simon ringan. “Makanya aku tidak masuk lewat sistem.”Senyum tipis muncul di wajah bayangan itu, namun hanya separuh ekspresi yang diizinkan hadir.Liora mengepalkan tangan. “Ini proyeksi.”“Resonansi,” koreksi Simon lembut. “Kau membuka cela

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 114

    Liora melangkah lebih dekat, hampir berhadapan. “Kau sedang mengorbankan prinsip.”Harris menatap Liora dengan tajam. “Aku hanya sedang memilih urutan.”“Apa maksud kata-katamu itu?”Harris menatapnya lebih tajam, suaranya rendah dan mantap. “Kalau aku tidak salah sekarang, kita mati nanti.”“Kau terlambat.” Tiba-tiba sebuah suara terdengar datar, hampir malas, ketika pintu baja ruangan itu bergeser terbuka, cukup untuk membiarkan udara dingin dan satu sosok asing masuk.Pria itu tidak mengenakan jas lab. Tidak juga jubah ritual. Pakaian hitam tak bertanda, ringan, dibuat untuk bergerak cepat. Wajahnya biasa saja, nyaris mudah dilupakan. Tapi cara ia berdiri, berat tubuh bertumpu sempurna.“Dokter Agung,” ucapnya, nada sopan tapi kosong. “Kami datang untuk mengamankan aset yang tidak stabil.”Liora yang berdiri di belakang Harris langsung menegang. “Jangan—”“Diam,” potong Harris.Matanya tidak pernah lepas dari pria itu. “D’Varuna?” tanyanya.Pria itu tersenyum tipis. “Cabang operasi

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 113

    “Kalau ini gagal,” kata Liora lirih sambil mengenakan sarung tangan steril, “Kita tidak bisa menutupinya.”“Operasi ini memang tidak akan dicatat,” jawab Harris.Ia berdiri di sisi ranjang, membuka kotak jarum naga. Hanya delapan yang tersisa.“Ini penyeimbangan skala kecil, bukan penyembuhan. Kita hanya mencoba mencegah pemisahan.”Pasien itu mengerang, matanya terbuka setengah. “Dok…” suaranya pecah. “Aku… dingin—”“Jangan melawan,” kata Harris tenang. “Tarik napas pendek, dengarkan suaraku.” Ia menusukkan jarum pertama ke titik jangkar di bawah tulang dada. Jarum kedua menyusul, lalu ketiga untuk membentuk segitiga penahan Qi.Awalnya berhasil dan aliran Qi pria itu melambat, monitor menunjukkan stabilisasi halus. Liora menghela napas kecil.Lalu tiba-tiba tekanan datang.Qi di ruangan itu bergetar, seolah ada sesuatu yang mengenali prosedur ini. Alur yang sebelumnya pasif mulai bergerak, mengikuti jalur yang Harris buat.Suara Liora menegang. “Resonansi berbalik.”“Aku tahu,” jawa

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 112

    “Ini bukan laporan tunggal.”Suara itu keluar dari sistem konferensi terenkripsi Heaven’s Pulse, teredam lapisan keamanan berlapis yang hanya dipakai untuk komunikasi lintas-zona. Layar kristal di dinding menyala, menampilkan wajah-wajah serius dari berbagai fasilitas, tidak ada satu pun logo publik, tidak ada nama rumah sakit umum.Semua yang hadir berada di balik dunia resmi.“Kami menerima pola mimpi sinkron di beberapa fasilitas berbeda,” lanjut suara itu. “Node Selatan, Wilayah Delta, dan satu pusat medis lintas-laut di luar yurisdiksi Konsorsium lokal.”Liora menegang. “Jaraknya terlalu jauh.”“Dan terlalu cepat,” tambah Harris dari sisi ruangan. Ia berdiri dengan tangan terlipat, suaranya tenang tapi memotong. “Onset tidak mengikuti pola penularan medis atau psikologis.”Seorang pria berkacamata di layar lain mengangguk. “Pasien kami melaporkan simbol yang sama. Pintu. Detak. Cahaya merah. Tidak ada koneksi sosial di antara mereka.”“Berarti medan resonansi,” gumam Liora. “Ia t

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 111

    “Matikan seluruh sirkulasi medan!”Perintah Harris, suaranya terdengar parau tapi tegas.Lampu-lampu steril padam satu per satu. Garis Qi biru di lantai meredup, beberapa di antaranya retak permanen, meninggalkan bekas hitam seperti luka bakar pada kristal.Heaven’s Pulse masih berdiri, namun tidak lagi utuh.“Zona C dan D kolaps total,” lapor Raka dengan suara kaku. “Medan penyeimbang tidak bisa dipulihkan penuh. Kita… kita kehilangan tiga simpul inti.”Liora berdiri di tengah ruangan, matanya menyapu pasien-pasien yang tersisa. Beberapa tertidur paksa. Beberapa menangis dalam diam. Dan satu ranjang kosong, tertutup kain putih.Ia berhenti di sana.“Nadi berhenti sepuluh menit setelah medan runtuh,” katanya lirih. “Jiwanya sudah lebih dulu pergi.”Harris tidak mendekat, ia hanya menutup mata sesaat. Satu kematian adalah harga yang telah dibayar.Getaran susulan terasa halus, hampir tak disadari, tapi Harris merasakannya sampai ke tulang. “Ini bukan lokal,” gumamnya.Liora menoleh cep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status